Akhir-akhir ini, netizen Indonesia mulai aktif menunjukkan pandangan mereka terhadap dunia politik.Â
Melalui medsos, mereka dengan mudah menyuarakan berbagai pendapat terkait isu-isu terkini, terutama yang berkaitan dengan pemerintahan. Kebanyakan pendapat itupun datang dari generasi orang-orang yang tak terduga, yakni generasi Z.
Sebagai digital native, Gen Z memiliki cara pandang yang unik karena pengaruh teknologi. Intensitas informasi yang dapat diakses oleh Gen Z bisa sangat bervariasi, dari berbagai sumber, dan dalam berbagai macam bentuk.Â
Isu-isu yang hadir di tengah peradaban Gen Z juga sangat plural, bahkan beberapa cenderung dianggap tabu oleh generasi-generasi sebelumnya.Â
Sebut saja isu kesetaraan gender, isu keberagaman, hingga isu terkait HAM. Namun, jika diperhatikan polanya, semua isu tersebut memiliki ujung yang sama untuk disasar, yakni pemerintah.
Mari ambil contoh sederhana dari fenomena-fenomena viral oleh Gen Z. Aktor populer, Jefri Nichol, dalam akun Twitter-nya sering memberi kritik dan komentar terhadap pemerintah.Â
Bahkan, dalam beberapa kesempatan, Ia pernah tertangkap kamera tengah mengikuti aksi unjuk rasa bersama mahasiswa terkait UU Cipta Kerja.Â
Meskipun begitu, aktor ini mengaku kurang memahami konteks Undang-Undang tersebut dan hanya mengetahui garis besarnya saja dari berita. Aksi yang Ia lakukan berhasil membelah masyarakat menjadi dua kubu pro dan kontra.
Contoh selanjutnya datang dari organisasi BEM Universitas Indonesia (UI) yang terkenal dengan kehebatan mahasiswanya.Â
Sejak Indonesia belum memasuki era reformasi pun, BEM UIÂ dikenang atas mahasiswa-mahasiswanya yang berani dan melek politik. Dalam satu unggahan, organisasi ini melayangkan protes terkait pengesahan UU Cipta Kerja oleh DPR.Â