Sekarang permasalahannya, apakah dalam hal yang sama kita juga diperbolehkan menggambarkan orang-orang yang melakukan tindakan kekerasan sebagai Budha, Katolik, Kristen, Hindu, atau Protestan? Ada militan dan teroris dari semua golongan di seluruh dunia. Mereka yang berada di wilayah Basque, Spanyol yang ingin melepaskan diri dari negara itu kadang-kadang melakukan tindakan kekerasan yang mengakibatkan banyak kematian, tetapi mereka sering disebut sebagai separatis Basque, bukan teroris. Tentara Republik Irlandia melakukan banyak aksi teror, tetapi mereka tidak pernah disebut dengan merujuk pada agama mereka. Tapi dalam kasus tindak kekerasan yang dilakukan oleh umat Islam, mereka selalu dikaitkan dengan agama mereka.
Islam tidak menginspirasi, apalagi bercita-cita agar pengikutnya suka melakukan terorisme, radikalisme, dan militansi. Karena itu sangat tidak adil untuk menggunakan julukan "Islam" sebelum kata-kata di atas. Uskup Agung Canterbury, perwakilan umat Kristiani di Inggris, menunjukkan adanya ketidakadilan dalam penciptaan frase terorisme Islam. Siapapun yang melakukan terorisme dan tindak pidana dalam kedok apapun berarti telah menyalahgunakan agama mereka, apakah mereka Budha, Kristen, Hindu, Islam, atau apapun. Karenanya, katakan tidak pada Islamofobia!
Â
Sumber:
Haja Mohideen & Shahimah Mohideen, "The Language of Islamophobia in Internet Articles", Journal of Intellectual Discourse, Vol 16Â No 1 Page 73-87
Â
***
Tentang penulis:
Febby Fortinella Rusmoyo, lahir di Pekanbaru, domisili Pekanbaru; alumnus UIN Suska Riau, bekerja di UIN Suska Riau, dan pernah belajar di Sekolah Menulis Paragraf; salah satu cerpennya terpilih untuk dimuat dalam buku "100 Tahun Cerpen Riau" yang diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Provinsi Riau Tahun 2014.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H