Mohon tunggu...
Ayuk
Ayuk Mohon Tunggu... Freelancer - Anak Gadis Ayah

lahir di palembang, tanggal 5 Februari 1998

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tipe Keluarga yang Manakah Kalian?

6 Januari 2022   20:05 Diperbarui: 6 Januari 2022   20:36 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Terlahir dari keluarga yang lengkap dan utuh tanpa cacat ataupun kekurangan sedikitpun terkadang membuat sebagian anak tidak merasakan proses menemukan jati dirinya sendiri. Seakan-akan semua terus dibantu dan di backup oleh orang-orang sekililing dunianya. Kemudian apa yang harus dilakukan orang tua untuk membantu anak melakukan penemuan seperti itu ? 

Secara general, anak adalah bagian penting dalam sebuah keutuhan keluarga, namun anak juga bisa menjadi alasan keluarga untuk terpecah-belah.

Tergantung bagaimana orang tua mengawali bekal karakter si-anak. Karakter anak adalah didikan dasar yang orang tua berikan yang nantinya akan menjadi bekal kehidupan anak di masa depan. Jika dia biasa di manja maka dia akan menjadi pribadi yang manja hingga dewasa. 

Namun jika anak di didik menjadi pribadi yang mandiri, maka hingga tua ia akan mampu menjadi pribadi mandiri. Aku pernah membaca sebuah notebook karangan Charles R. Berger, dkk. tentang perspektif pola komunikasi keluarga. Dimana aku membaca ada empat pola yang sama dengan kehidupan manusia ;

1. pola komunikasi yang pertama adalah keluarga bermufakat, dimana komunikasi ini terbangun dengan penjajakan ide-ide baru dengang peran penting orang tua sebagai pendengar dan penasihat untuk anak-anaknya. Tipe anak akan menjadi lebih mandiri di masa depan.

2. pola komunikasi kedua adalah keluarga majemuk, dimana komunikasi ini akan membentuk sistem kepenurutan. Orang tua biasanya akan lebih menurut dengan ide-ide anak dan tiadak ada kontrol serta kekangan yang terjadi dalam nilai-nilai itu sendiri. Tipe anak seperti ini juga akan lebih mandiri di masa depan.

3. pola komunikasi ketiga adalah keluarga terlindung, dalam melakukan komunikasi seperti ini anak diminta untuk patuh dan turut atas kewenangan orang tua. Anak-anak di dalam keluarga ini akan menjadi pribadi yang kurang meyakini kemampuan pengambilan keputusan terhadap pendapat diri mereka sendiri. Anak yang berada dalam pola komunikasi ini akan menjadi anak yang lebih manja dan bergantung terhadap orang lain.

4. pola komunikasi keempat adalah keluarga terserah, dimana tipe keluarga ini tidak terlalu memperdulikan kepenurutan dan percakapan dalam keluarga. secara emosional anak akan berjauhan dengan anggota keluarga dan orang tua tidak banyak dalam keterlibatan pengaruh ide-ide yang diarahkan kepada anak. akibatnya, anak akan mengambil keputusan berdasarkan hasil diskusi dengan teman sebaya. Anak yang berada dalam pola komunikasi seperti ini akan menjadi anak yang mandiri dan kurang sensitif terhadap lingkungannya. 

Dalam realitas kehidupan keluarga harus membangun orientasi percakapan dan orientasi kepenurutan, hal ini akan menentukan bagaimana pola komunikasi keluarga akan terbentuk. Namun terkadang pola komunikasi orang tua kepada setiap anak bisa saja berbeda-beda, tergantung bagaimana anak itu sendiri mencernanya.

Dalam keluarga, aku merasakan perbedaan pola komunikasi setiap anak. Orang tuaku memiliki empat orang anak, dimana terdiri dari dua laki-laki dan dua perempuan. Urutannya-pun unik, anak yang pertama laki, kedua perempuan, ketiga laki, keempat perempuan. Dan selisih usia kitapun semua nya selisih genap. 

Menarik bukan! Setiap orang yang mendengar ini selalu takjub dengan kuasa Tuhan karena sejujurnya orang tuaku tidak memprogramkan anak seperti ini, istilahnya se-dikasihnya saja sama Tuhan. Alhamdulillah Allah beri kesempurnaan kepada orang tuaku. 

Nah, anak empat yang orang tuaku didik tidak semuanya sama. Karakter setiap anak sudah berbeda-beda sejak kami kecil dan tentu pola komunikasipun berbeda. Anak yang pertama ia cenderung mandiri dan berani mengambil risiko. Anak yang kedua ia juga mandiri tetapi tidak berani untuk mengambil risiko. 

Anak yang ketiga ia cenderung manja dan takut mengambil risiko. Sedangkan yang keempat Anak yang mandiri dan berani mengambil risiko. 

Kemudian, Floyd (2001) menjelaskan bagaimana cara membentuk komunikasi yang efektif terhadap anak. Dengan adanya rasa sayang hubungan keluarga akan menjadi keluarga yang lebih bahagia. Menariknya lagi, Floyd menjelaskan bahwa hubungan kasih sayang ayah-anak akan membentuk karakter-karakter anak yang sesuai dengan norma-norma dan budaya. Tentu hal ini membangun perkembangan psikologis anak yang akan lebih kuat.

Jika dikaitkan dengan empat pola komunikasi tadi, maka sudah dipastikan orang tua melakukan metode komunikasi yang berbeda-beda terhadap keempat anaknya. Sehingga orang tua harus lebih pandai mengatasi setiap permasalahan dengan anak-anaknya guna menjaga nilai-nilai keluarga tanpa saling menyudutkan dan menuduh anggota keluarga lainnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun