Mohon tunggu...
Febbi Timotius
Febbi Timotius Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik Hari Ini, tentang Perjaka Uzur yang Tak Tahu Malu

7 Februari 2018   15:43 Diperbarui: 7 Februari 2018   15:56 681
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://sijuki.com/bacotan/6-hukuman-koruptor-antimainstream.html

Seperti bercermin pada sumber tirta yang kotor, aku menoleh, yang kudapati hanya seorang perjaka uzur bertopeng yang berjalan gontai tak tentu arah dengan sebotol tuak di genggamannya. Menerjemahkan kegundahan hati yang tiada henti. Keterasingan yang dirasa - dalam ramainya kesepian. Tak dapat diterka. Seperti diterkam binatang tak buas.

Apa rasanya dimamah oleh harimau? Rasa dimangsa suasana?Mungkin ia sedang menerawang ke masa lalu yang menorehkan tragedi dalam hidupnya. Lorong waktu itu terlalu panjang untuk dilewati seorang diri. Tragis benar hidup ini, diobrak-abrik oleh tudingan diri sendiri. Aku trenyuh, mengusik pikiran yang tidak lagi mampu berpikir. Menerau [1] dalam teranas [2]. Teracak dan ditepis.

Teruna hanya dapat terperangkap di dalam terungku [3]. Ia telah terantuk terali besi. Terista [4] ia diterpa angin tak terasa. Bagai tifa yang dipukul tanpa mengeluarkan suara. Mengapa teratai tak bisa dipindahkan pada kolam lain? Ah rasanya ingin tetirah [5], tiada daya, baiklah pergi ke tiang pancung saja. Seperti kematian Tong Bajil ditangan Arya Kamandanu.

Ah, bagaimana nasib Nyi Rongkot sekarang? Bagaimana nasib pedang naga puspa? Apakah masih akan terus teruntir selamanya dalam batu itu? Keterpakuan itu hanya dalam bayang saja. Kenyataan itu tak kan ada. Kepala ini terasa pening, bagaimana menempatkan bayangaan pada kenyataan? Ah sudahlah, mengapa perjaka itu tak mengikuti saja isi hatinya? Mengapa ia menikmati berkawan dengan gelap? Apakah ia tak merindukan sejuknya pagi? Menyeberangi hidupnya dengan sebuah arombai nelayan itu. Kemudian menikmati secangkir kopi dan bukan alkohol yang selama ini masuk, bukan saja ke tubuhnya, tetapi juga memabukkan hatinya? Aku tak mengerti, mungkin saja keterlupaan itu sangat ia nikmati.

Apakah semua itu berasal dari bayangan masa lalu yang tak terlupakan? Ia menghadiahkan kepada mereka apa yang tidak dapat orang lain berikan, yakni cinta. Tetapi ia jugalah yang merenggutnya. Apakah dia salah satu orang yang terluka ketika dikasihi? Romantisme janggal itu semakin terasa hampa. Ahh.

Pada akhirnya, semua orang kini dapat menertawai kepedihan yang tersembul keluar dari kedalaman. Di antara sekian banyak pilihan yang ada, mengapa kesendirian yang melukai hati ia dipilih? Batinnya menjerit dalam. Sedalam rintihan kuda di saat melahirkan.

Ah, mengapa kuda tak mengubah penampakannya menjadi ayam saja? Mengapa ia mengambil sikap seoalah-olah sedang diperah habis-habisan oleh sang pemilik? Mengapa ia menarik diri dari pergaulan kuda yang lain? Mengapa ia tidak menjadi trensetter sebagai horse style mengatasi dooggy style? Mengapa manusia tidak belajar dari kuda? Mengapa keliaran manusia tidak dengan mudah dijinakkan seperti kuda? Tetapi mengapa tak didapati susu manusia liar? Mengapa keheningan ini begitu menusuk?

https://keepo.me/beard.talk/berbagai-hukuman-korupsi-di-luar-negeri-yang-bakal-membuat-indonesia-malu-besar
https://keepo.me/beard.talk/berbagai-hukuman-korupsi-di-luar-negeri-yang-bakal-membuat-indonesia-malu-besar
Mengapa macan menjadi ikon yang ditempatkan pada kehalusan kulit manusia? Mengapa hitam lebih menarik dan menantang daripada putih? Mengapa batu dikagumi mengalahkan kekaguman manusia pada Pencipta batu? Mengapa dosa pelacuran ini begitu tersembunyi? Ahhh.

Kaulah perjaka uzur bertopeng itu. Kau menempatkan dirimu sendiri dalam ketidakbecusan mengampuni jiwamu. Kau terikat dan terpenjara oleh ulahmu. Kau membiarkan mereka merasuki pikiranmu yang sempit itu. Kemudian menyekokkimu dengan keserakahan masa tua. Membiarkanmu hanyut dalam manisnya dosa.

Perjaka uzur berkedok kelemahan. Hidup dalam kepura-puraan. Sehat dalam lobi-lobi politik. Sakit dalam keterperiksaan. Entah apa yang ada dalam benakmu? Apakah langkahmu diikuti badai pasir bergelora? Sehingga tak kasat mata kedatanganmu yang mengarah pada harta karun rakyat jelata! Bukalah kedok pelacuranmu sendiri, sebelum Sang Khalik yang membukankannya. Sebab -- dengan pasti -- tindakkan-Nya melebihi apa yang tak pernah terbayangkan olehmu.

Kau dengan sengaja menempatkan dirimu dalam bahaya. Bagimu, berjalan di pinggir jurang hanya sekedar ejakulasi dini. Kau menginginkan melebihi batas kemampuanmu. Ingat, kau telah uzur, sebentar lagi kau pasti mati. Lalu, bukankah pertangungjawabanmu tak berbalas dengan apa yang telah kau nikmati? Kesenangan duniawimu berbading terbalik dengan apa yang akan kau dapat. Kutuk merubah penampakkannya menjadi maut. Ia telah mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk bertemu dan menyambutmu dalam pestanya. Kau menjadi tuan rumah di negerinya. Kaulah bintangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun