Mohon tunggu...
Febbi Fitriani
Febbi Fitriani Mohon Tunggu... -

Student of life.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Berkontemplasi Melalui Terjalnya Gunung Lembu dan Indahnya Waduk Jatiluhur

18 April 2017   04:08 Diperbarui: 31 Januari 2018   01:00 2783
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"I heard them calling in the distance
So I packed my things and ran
Far away from all the trouble
I had caused with my two hands"

(Mountain Sound, Of Monster and Men)

Bosan dengan suasana perkotaan? Bingung mau menghabiskan libur kemana selain nongkrong di mall? Cobalah untuk mendaki gunung yang satu ini. Gunung Lembu..

Berawal dari iseng-iseng searching di Mbah Google tentang Gunung yang dekat dari ibu kota dengan pemandangan yang worth it, maka singkat cerita ketemu lah Gunung Lembu. Sekalian untuk memanfaatkan tanggal merah yang bertepatan dengan akhir pekan, serta refresh otak setelah UTS, saya dan empat teman saya akhirnya memutuskan untuk mendaki Gunung Lembu di Purwakarta. Gunung ini tingginya 792 Mpdl. 

Jadi, sebenarnya di Purwakarta ada 3 gunung opsional, yaitu Gunung Bongkok, Gunung Lembu, dan Gunung Parang. Namun, setelah ditelusuri ternyata agak susah untuk mendaki Gunung Parang bagi saya dan teman-teman, karena medannya adalah tebing. Akhirnya kita jatuh hati sama Gunung Lembu setelah liat review-nya.

Kurang lebih H-7 pikiran kita terpecah tiga, antara mikirin UTS, mikirin persiapan buat ke Lembu sama mikirin doi #apasi. Pokoknya selama seminggu kita ngurus pesen tiket kereta Jakarta – Purwakarta dan persiapan barang-barang buat ngecamp. Yang lumayan ribet adalah kita berlima emang beda-beda domisili.

Disini saya akan membagi pengalaman saya dan teman-teman saat mendaki Gunung Lembu mulai dari keberangkatan sampai tiba di rumah (jadi ceritanya agak lumayan panjang hehe), semoga bisa menjadi referensi buat teman-teman yang ingin juga mendaki Gunung Lembu.

Jumat, 14 April 2017

Jam setengah 7 pagi, saya dan 2 orang teman saya berangkat dari Tangerang menuju Stasiun Tanjung Priuk menggunakan Commuter Line.

Dua teman saya yang lain berangkat dari Jakarta. Kita berlima memutuskan untuk menjadikan stasiun Tanjung Priuk sebagai meeting point. Sekitar pukul 10, kita sampai di Stasiun Tanjung Priuk. Karena kita ambil keberangkatan kereta kedua yaitu pukul 11.05 (keberangkatan pertama pukul 09.55), kita akhirnya nyari sarapan dulu di sekitar stasiun.

Pukul 11.05, kita menaiki kereta api lokal Walahar Ekspres menuju Purwakarta. Ekspektasi kita yaitu kereta pada saat itu sangat penuh karena tanggal merah orang-orang ingin berlibur atau pulang kampung, sampe kita mesen tiket pulang pergi H-5 karena takut ga kebagian tiket, eh ternyata 180 derajat salah. Kereta lengang banget, kita malah bisa tidur-tiduran di kursi penumpang karena banyak kursi penumpang yang kosong haha.

Tiket KA Walahar
Tiket KA Walahar
Eksis dulu sebelum kereta jalan
Eksis dulu sebelum kereta jalan
Pukul 14.25, kita sampai di Stasiun Purwakarta. Ternyata stasiun ini cukup bisa dibilang stasiun yang aesthetic gitu kalo kata anak instagram. Di seberang stasiun terdapat bangkai-bangkai kereta yang disusun dan malah jadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung stasiun. Katanya dulu boleh foto disitu, tapi karena alasan keamanan sekarang udah gaboleh. Ya iyalah ya, untuk foto disitu kita harus nyebrangin rel keretanya dulu dan agak ngeri juga kalo pas foto eh malah kesamber kereta yang lewat. Jadi kita foto dari stasiunnya aja, lagian kalo tetep maksa pasti kena omel petugasnya juga.

Pemandangan bangkai-bangkai kereta di Stasiun Purwakarta
Pemandangan bangkai-bangkai kereta di Stasiun Purwakarta
Keluar dari stasiun udah banyak angkot yang nawarin untuk ke Gunung . Mungkin bapak-bapak sopirnya tau dari tas kita kali ya. Karena mikir udah sore, dan perjalanan dari stasiun sampe ke basecamp pendakian itu memakan waktu 1-2 jam kita buru-buru untuk naik angkot. Setelah negosiasi yang cukup alot akhirnya kita dapet harga 180 ribu untuk sewa angkotnya. Normalnya sih dari review-review blog yang kita baca yaitu kisaran 200-250 ribu, tapi mungkin karena udah sore dan kita perempuan semua, jadi sopirnya mau. Yaudahlah ya lumayan daripada lumanyun. Btw kok kita nawar kikir banget ya dipikir-pikir wkwk. Oh iya ternyata, udah banyak pendaki yang berangkat di kloter kereta keberangkatan pertama.

Pukul 14.30 kita langsung cus ke Lembu. Karena liburan, jalanan purwakarta hari itu macet banget. Untungnya bapak sopirnya tau jalan-jalan alternatifnya. Kita menyusuri jalan-jalan pedesaan gitu. Pemandangannya indah banget pokoknya deh. Bagi kalian yang bosen liat gedung mulu, dan pengen liat pemandangan persawahan dan pegunungan, silahkan coba kesini hehe. Kita juga sempet Pak Fadil (sopir angkotnya) buat mampir ke minimarket dulu untuk beli air minum, karena disana ga ada mata air dan kalo beli disana ya sudah dipastikan harganya bisa berkali-kali lipat.

Eksis dulu di angkot menuju basecamp
Eksis dulu di angkot menuju basecamp
Pukul 16.30 kita sampai di basecamp pendakian, kita langsung mengurus simaksi dan sempet packing ulang juga karena ada beberapa barang yang belum dimasukin ke tas.

Rute pendakian Gunung Lembu
Rute pendakian Gunung Lembu
Pukul 17.05, Sebenarnya ada banyak pendaki yang baru dateng juga, tapi mereka mau ambil trek malam, kemungkinan memulai pendakian sehabis magrib atau isya . Karena kita gamau sampe puncak kemaleman banget, akhirnya kita langsung memulai pendakian.

Foto sebelum pendakian
Foto sebelum pendakian
Memilih pendakian malam hari di Gunung Lembu ini ternyata cukup menantang, jalanannya berbatu licin, menanjak dan kanan kiri jurang yang ketutup semak-semak. Kita sempet terkecoh sama jalannya, soalnya minim rambu arah, dan karena senter biasa udah ga bisa nembus kabut dan gelapnya malam jadi kita berkali-kali berenti untuk mastiin itu jalan apa jurang wkwk. Untungnya saya bawa senter yang bisa disetting pencahayaan radius jarak jauh.

Entah ini berani atau kita bermodal nekat ya. Hanya kita berlima yang sedang trekking malam di saat itu, walaupun kita juga sesekali ketemu para pendaki yang akan turun. Dan setiap yang lewat pasti bilang “Wih cewek semua nih? Hati- hati ya” dan kita Cuma bilang “Iya nih mas hehe makasih”

Trek saat perjalanan
Trek saat perjalanan
Pukul 19.30, kita sampai di Pos 3 yaitu Puncak Lembu. Ternyata udah banyak pendaki yang bangun tenda di dekat Batu Lembunya (spot untuk melihat view, dari pos 3 harus turun kebawah lagi), dan ga memungkinkan untuk bangun tenda disana. Akhirnya kita memilih untuk ngecamp di Pos 3. Pada saat kita datang, sudah ada 3 tenda yang menghuni area camp tersebut.

Tim kita akhirnya berbagi tugas, ada yang bangun tenda dan masak. Saya lebih memilih masak aja deh hehe. Beruntungnya tetangga sebelah baik banget mau bantuin bangun tenda hehe, mungkin kasian karena melihat kita perempuan semua.

Pukul 21.00, kita memulai untuk emergency lamp dinner (another version of candle light dinner wkwk). Yang selalu membuat saya terkesan ketika mendaki gunung adalah istilah “bahagia itu sederhana” itu memang benar-benar ada. Terutama pada saat makan. Hanya ada lampu emergency dan cahaya bulan sebagai penerangan, beralaskan duduk hanya dengan trash bag yang digunting lebar, banyak nyamuk, 

melupakan sejenak dunia maya karena susah sinyal, serta menu makanan yang seadanya, ditambah iringan lagu Payung Teduh atau Banda Neira, membuat kita bisa merasakan kebahagiaan yang ga ternilai harganya. Ga bisa dibeli oleh uang sekalipun. Makan bersama, minum kopi panas dan becanda dengan pendaki lain yang tendanya bersebelahan juga menjadi kebahagiaan tersendiri. Makin malam makin banyak pendaki yang tiba dan bangun tenda disekitar kita, jadi makin rame.

Pukul 22.00, setelah kenyang.. karena penasaran, kita memutuskan untuk turun ke Batu Lembunya, untuk melihat pemandangan lampu – lampu Waduk Jatiluhur. Menuju ke sana membutuhkan waktu 5-10 menit. Di perjalanan kita harus berkali-kali pegangan sama tambang karena emang jalannya curam banget.

Di Batu Lembunya, udah banyak pendaki yang juga lagi menikmati pemandangan Waduk Jatiluhur dan lampu-lampu kota Purwakarta. Ada yang gelar tiker sambil tiduran, ngopi-ngopi, dengerin lagu, atau bahkan Cuma bengong doang nikmatin pemandangan. Pokoknya Indah banget. Karena kita ga ada yang bawa kamera canggih, Cuma modal kamera digital doang, jadi Cuma dapet foto kayak gini. Tapi kalian harus percaya pemandangannya indah banget ketimbang foto. Habis puas di Batu Lembu, dan waktu juga udah pukul 22.30 kita balik ke tenda buat tidur karena besok harus bangun subuh-subuh buat liat sunrise.

Pemandangan di malam hari dari Puncak Lembu
Pemandangan di malam hari dari Puncak Lembu
Sabtu, 15 April 2017

Pukul 04.00, kita berangkat menuju ke Batu Lembu lagi buat liat sunrise. Cuma bawa kamera doang, barang bawaan ditinggal di tenda. Kita berangkat bersama para tetangga dari tenda sebelah.

Pukul 05.30, keindahan matahari terbit selalu punya keindahan dan kedamaian tersendiri bagi setiap orang yang menikmati setiap detiknya.

Sunrise di Puncak Lembu
Sunrise di Puncak Lembu
Pukul 07.30, sudah puas liat pemandangan Waduk Jatiluhur yang menyejukan pikiran dan hati. Kita balik lagi ke tenda untuk sarapan dan persiapan untuk pulang.

Pukul 09.10, kita memulai perjalanan untuk turun. Sebelumnya kita foto-foto dulu bareng para tetangga, ada yang dari Bekasi, Jakarta, Cikampek, sampe Tangerang.

Foto bersama tetangga-tetangga
Foto bersama tetangga-tetangga
Pada saat perjalanan pulang, terlihat jelas jurang-jurang di jalanan yang kita lewatin semalam. Ternyata ngeri juga haha. Untungnya 2 hari ini cuaca lagi bersahabat banget, ga turun hujan. Kebayang deh kalo hujan, pasti jalannya licin banget soalnya bebatuan dan lumutan.

Pukul 10.15 kita sampe basecamp pendakian dan langsung laporan ke petugas kalo kita sudah sampe. Ternyata disana sudah ada Pak Fadil yang nunggu beserta angkotnya. Memang kita kemarin berniat untuk naik angkot beliau lagi, dan bilang kita ambil keberangkatan kereta 14.25. Sehabis istirahat kita langsung mandi, dan siap – siap pulang.

Pukul 12.00 kita bergegas untuk menuju stasiun, dan setelah nego harga lagi, akhirnya kita sepakat untuk membayar 250ribu (@50ribu), karena merasa berdosa udah nawar kelewatan kemarin (saat kita tau jalannya emang jauh dan lewatin pegunungan), kasian juga bapak sopirnya udah nunggu kita berjam-jam dan kita juga ga setiap hari kesini, yaudahlah ya.

Tapi dengan feedback untuk mampir dulu ke Alun – Alun Purwakarta dan Taman Air Mancur Sri Baduga karena searah dengan stasiun Purwakarta, ga mau rugi banget ya kita wkwk. Tapi Pak Fadil dengan sabar dan baik hati bersedia untuk mengantarkan kita. Di angkot juga kita barengan sama dua pendaki lain dari Cengkareng, Bang Neyo dan Bang Harun. Mereka juga sabar banget nungguin kita mampir-mampir dulu haha.

Taman Air Sri Baduga
Taman Air Sri Baduga
Pukul 13.45 kita sampai di stasiun Purwakarta. Bang Neyo dan Bang Harun langsung pesen tiket ke loket, sedangkan kita isi perut dulu dengan makan bakso.

Pukul 14.25, kita memulai perjalanan menuju Jakarta dengan kereta Cilamaya Ekspres.

Pukul 18.05 kita sampai di Stasiun Tanjung Priuk. Dan pisah dengan dua orang teman saya yang lain.

Foto perpisahan di Stasiun Tanjung Priuk
Foto perpisahan di Stasiun Tanjung Priuk
Pukul 22.00 saya dan dua orang teman saya sampai di Tangerang. Dan nyari tukang pecel ayam dulu karena emang udah laper banget haha.

Catatan :

  • Bagi yang menggunakan transportasi kereta api lokal, sebaiknya memesan tiket minimal H-7 untuk menghindari kehabisan tiket, dan antrean panjang di loket. Tiket bisa dipesan di Stasiun2 pemberhentian dan keberangkatan. Harus isi formulir dulu untuk pesen tiket pulang perginya. Gabisa pesen online karena bukan kereta jarak jauh.
  • Sebaiknya jangan musim penghujan, karena jalannya batu-batu yang berlumut. Kebayangkan kalo hujan licinnya kayak gimana.
  • Bawa persediaan air minum yang banyak, karena di sana gada mata air dan kalo beli mahal.
  • Gada ATM dan minimarket di jalan menuju basecampnya.
  • Kalo mendaki saat libur, bawa aja hammock takut ga kebagian lahan ngecamp.
  • Bawa trashbag buat bawa sampahnya turun.

Biaya :

Kereta Commuter Line Jabodetabek PP = Rp 7.000 x 2 = Rp 14.000

Kereta Api Lokal Walahar Ekspres (Tanjung Priuk – Purwakarta) = Rp 6.000

Kereta Api Lokal Cilamaya Ekpres (Purwakarta – Tanjung Priuk) = Rp 6.000

Simaksi = Rp 15.000 per orang (Kalo ga ngecamp Rp 10.000)

Sewa angkot berangkat = Rp 180.000 (sharing cost)

Sewa angkot pulang = Rp 250.000 (sharing cost)

Total Biaya = Rp 471.000

(Belum termasuk logistic, jajan dan perlengkapan lainnya)

Begitu lah cerita saya dan teman – teman mendaki Gunung Lembu Purwakarta. Maaf kalo ceritanya terlalu panjang hehe, karena saya membuat ini sekalian untuk kenang-kenangan perjalanan yang sewaktu-waktu bisa saya baca kembali. Terimakasih banyak sudah membaca..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun