Waktu berlalu begitu cepat, kembali ke masa sekarang, aku masih tidak menyangka berada di tempat ini.
Sebuah kota yang jauh puluhan KM dari kotaku, dan aku berada di sebuah asrama yang kini sudah sudah setahun aku tinggali.
Aku hanya gadis kampung yang bahkan tidak pernah keluar kota selama 18 tahun. Bagaimana bisa saat ini aku berada di depok dan kuliah di Jakarta Selatan? Hei, pikiranku dipenuhi pekerjaan semenjak SMA! Kenapa malah jadi kuliah? Dengan otak pas-pasan ini?
Aku selalu mengkhawatirkan masa depanku saat itu, apakah aku hanya bekerja tanpa henti sampai menikah? Tapi nyatanya, saat ini aku tidak akan menikah sampai lulus kuliah! Bagaimana ceritanya aku bisa sampai di sini? Bertemu dengan banyak orang baik? Bertemu dengan lingkungan baik? Dan bisa mengetahui ternyata aku tidak bodoh, tapi sangat bodoh karena baru menyadari betapa luasnya ilmu!
Semakin aku mengetahui, semakin bodoh aku!
Mengapa Allah begitu baik padaku? Di tengah kesadaran banyaknya dosa, Allah tetap mengatur masa depanku begitu baik?
Hidupku yang monoton saat itu, mengapa kini dipenuhi pikiran tugas yang menumpuk? Rasa lelah fisik karena bekerja seharian saat itu, kenapa saat ini menjadi lelah berpikir karena terkuras habis oleh berbagai tugas pula? Merasa jauh darimu dengan hanya melaksanakan kewajiban tanpa berdoa, kenapa sekarang malah tak melewati berjama'ah bersama dengan begitu banyak teman?
Ya Allah, apa itu rencanamu? Tahun lalu, apakah Engkau sengaja membuat kontrak kerjaku habis sehingga aku bisa langsung berangkat ke tempat ini empat hari kemudian? Apakah Engkau sengaja memutus rencanaku untuk mencari pekerjaan lagi dan malah digantikan dengan registrasi masuk kuliah begitu tiba-tiba? Apakah Engkau sengaja menempatkan ku di tempat kuliah yang full beasiswa karena ekonomi keluargaku yang rendah? Atau apakah Engkau memberikanku rezeki begitu berlimpah dengan cara ini?
Kejadian dan takdir ini merupakan hal pertama paling plot twist di kehidupanku. Anehnya, otakku yang pas-pasan bisa beradaptasi dengan jurusanku sendiri yang notabene nya berpikir, berpikir, dan berpikir. Apalagi, aku dikelilingi begitu banyak teman yang pintar dan cerdas, mereka membuatku termotivasi untuk selalu berkembang dan melangkah maju.
Aku tidak pernah mengkhawatirkan masa depanku lagi. Entah masa depan besok, minggu depan, bulan depan, tahun depan, atau 5-20 tahun kemudian. Sesungguhnya masa depan yang sebenarnya adalah kematian, siapapun pasti sadar akan hal itu. Namun, manusia juga memiliki banyak harapan hidupnya di dunia, begitu pun aku.
Selagi kita berpikir positif, selagi kita melaksanakan kewajiban sebagai hamba, sebagai rakyat, sebagai keluarga, sebagai mahasiswa, dan sebagai diri sendiri, tidak perlu khawatir lagi.