Mohon tunggu...
Febrianti
Febrianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis adalah di mana saya menemukan berbagai dunia berbeda.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengalaman Pendidikan Sebelum Masuk STAI Sadra

13 Agustus 2024   09:28 Diperbarui: 13 Agustus 2024   09:52 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Saya akan menceritakan pengalaman paling diingat dan berkesan saat belajar sebelum masuk ke Perguruan Tinggi STAI Sadra. Sekolah Dasar enam tahun yang selalu dilakukan dari pagi sampai zuhur, ada juga sekolah "Jam'iyyah" yang dilakukan dari jam satu sampai sore. Ini adalah sekolah dasar agama.

Pengalaman yang paling diingat yaitu saat kelas 3, saat itu pertama kali saya bisa membaca Bahasa Arab. Dari kelas satu yang sama sekali tidak bisa membaca, sampai membutuhkan tiga sampai empat tahun untuk bisa membaca bahasa arab dengan langkah awal membaca Iqra' atau huruf hijaiyyah, lalu dilatih berkali-kali.

Setelah naik ke jenjang Madrasah Tsanawiyah (MTS), kelas 8, itu adalah pertama kali saya pergi mengaji setiap malam hari ke sebuah pesantren salafi tidak jauh dari rumah. Nama pesantren itu adalah Miftahul Falah. Jaraknya dekat, dan saya menyesal tidak dari dulu mengaji di sana. Pesantren ini mengaji banyak kitab dan harus menghafalnya. Saya belajar nahu shorof, hukum fiqih dalam Kitab Safinah, hadis-hadis, dan hal lainnya yang masih pastinya dalam ruang lingkup mazhab syafi'i. Lalu belajar membaca kitab juga atau disebut 'sorogan'. 

Dari malam Senin sampai malam Kamis, kami diajarkan dua kitab berbeda, di mana Ustaz membacakan kitab dan menerangkan penjelasannya kepada kita semua. Terkadang setelah beliau selesai membaca, lalu giliran kami yang membaca dan menyampaikan arti kitab yang sudah dibaca guru (kitabnya diartikan dalam bahasa sunda). Malam Jum'at biasanya yasinan dan dilanjut dengan marhaban, membaca buku berjanji, dan dilanjut dengan membaca selawat atau membaca nadzoman kitab bersama. 

Pada malam Sabtu, para santri menampilkan muhadarah yang sudah disiapkan dalam setiap grup bergiliran. Dalam muhadarah ini, penampilan dan bakat para santri diasah. Seperti berdakwah, qari, selawat, bahkan drama. Terlebih jika diadakan sebuah acara yang kami sebut 'Al-kisah' yang diadakan setiap dua kali setahun di pesantren ini, lalu diadakan berbagai lomba yang menonjolkan bakat-bakat para santri dengan diakhiri pemberian hadiah. 

Adapun pengalaman lomba paling berkesan bagi saya adalah juara satu dalam lomba MQK (Musabaqah Qira'atul Kutub), di mana saya harus membaca kitab gundul dengan artinya, lalu dijelaskan bagaimana nahu shorof-nya atau biasa disebut 'di erab'.

Meskipun hanya 'ngalong' dan hanya sesekali menetap di kobong, tapi semua santri wajib punya hafalan terutama hafalan Kitab Jurumiyah dan satu surat Al-Qur'an setiap setengah tahun. Saat itu saya paling cepat tamat Kitab Jurumiyah yang berjumlah sekitar 26 bab, lalu dilanjut dengan Kitab Yaqulu, Imriti, dan terakhir Alfiyah, yang merupakan kitab wajib. 

Adapun kitab sunnahnya seperti Safinah, Qotrul Goes, Nadzmul Maqsud, dan lainnya. Saya selalu tekun menghafal baik di rumah atau pun sekolah, minimal setiap hari 5 bait, lalu pada malam minggunya disetorkan. Jika sudah tamat satu kitab, maka akan disimak guru dan semua santri pada malam Sabtu.

Selama mengaji hampir tiga sampai empat tahun disana, saya berhasil menghafal tiga kitab wajib (Jurumiyah, Yaqulu, Imriti, dan Alfiyah hanya beberapa bait saja) dan beberapa kitab sunah (tidak wajib dihafal) yang jika ditotalkan seluruh jumlahnya kurang lebih sepuluh kitab. Saya juga diwajibkan menghafal Al-Qur'an surat al Mulk, Yasin, Ar-rahman, dan al-Mujadalah. 

Karena lebih banyak kitab yang berbait alih-alih perbab seperti Jurumiyah, menghafal menjadi lebih mudah. Metode menghafal kitab yang diajarkan Ustaz di pengajian adalah dengan mengulang lima bait sebanyak 40 kali sampai hafal dan lancar. Lalu lanjut ke bait berikutnya. Metode ini biasa saya gunakan juga dalam menghafal Al-Qur'an dengan mengulang satu atau dua surat selama 40 kali.

Dibanding dengan sekolah MTS, mengaji yang hanya dilakukan kurang dari dua jam di malam hari lebih berkesan bagi saya. Saya bisa mengenal berbagai kitab dan menghafalnya, mengetahui hadis-hadis dasar penting, menghafal Al-Qur'an, bisa mengasah mental dalam publik speaking dengan berdakwah, belajar qari, tajwid dan nadzomnya, nahwu shorof, syair-syair, dan banyak hal lainnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun