Jambore memiliki makna "pertemuan besar atau rapat akbar". Jambore bukanlah ajang kompetisi, lomba & atau sejenisnya, sehingga sesuai maknanya maka jambore mestinya berisi kegiatan perkenalan antar orang-orang seprofesi, sehobby atau memiliki tujuan yang sama, akhir yang akan dicapai oleh ajang jambore adalah bertambahnya koneksi, wawasan hingga terjadinya transfer knowlegde. Begitulah .... Â (ssst menurut Saya lo, ha ha ha). [caption id="attachment_98614" align="alignnone" width="720" caption=""][/caption] Sesuai undangan Kami dari PET MTB Bontang berduapuluhan orang lebih meluncur menuju lokasi jambore sepeda yang diselenggarakan setiap tahun sekali bersamaan dengan HUT Balikpapan oleh Le Grandeur Hotel. Berbiaya Rp 75.000,- perpeserta, jambore kali ini disambut antusias oleh hampir seluruh maniak sepeda dari Sulawesi, Kalimantan, Sumatera, dll hingga menembus 700an lebih peserta. YessSssss .... Salut buat panitia & jempol buat Biker Arbain &kk yang telah bekerja keras memilah lalu memilih jalur yang akan dilewati nantinya. [caption id="attachment_98615" align="alignnone" width="720" caption=""]
[/caption] Sekitar jam 08.00 peserta dilepas merayapi jalur onroad berdurasi 3 km dari 29,35 km jarak yang akan ditempuh nantinya. Saya, Anda & Kita semua tentu pernah merasakan ngantri di mulut tol. Begitulah suasana ketika akan memasuki jalur off road, single track diantara rimbunnya ilalang menyambut ratusan biker's, satu demi satu. Situasi ini membuat biker's tak bisa menggenjot sepeda, apa boleh buat tuntun menuntunpun menjadi pemandangan lumrah. [caption id="attachment_98616" align="alignnone" width="720" caption=""]
[/caption] Selesai? ... belum, karena jalur selanjutnya meski telah mengalami pelebaran dari mulut botol sebelumnya, tetap saja sama. Semangat peserta yang baru saja melalui jarak pendek tentu belum terkuras meski jalan mulai becek & satu demi satu mulai disambut dengan berbagai tanjakan dengan elevasi yang cukup memukau. Ketika peserta mulai terpisah dalam baris demi baris, didepan telah menyambut kembali tanjakan yang cukup curam, becek, licin, basah dan berlumpur. Alhasil meski masih harus menuntun, tak jarang terpeleset oleh licinnya jalan. Sampai disini nikmatnya gowes belum terasa, perkiraan Saya sich nanti selepas 10an km. [caption id="attachment_98617" align="alignnone" width="480" caption=""]
[/caption] Lo? ... iyyalah, peserta yang amat beragam & dengan pengalaman yang berbeda, akan mulai tersisih saat nanti tahu medan yang harus dilalui, belum lagi jika mengalami kerusakan atau bisa juga accident. [caption id="attachment_98618" align="alignnone" width="720" caption=""]
[/caption] Benar khan? ... memasuki 2/3 jalur yang harus dilalui, peserta yang terdiri dari warrior sepeda gunung mulai bisa saling adu kecepatan, adu nafas & dengkul dimulai. Ini dia, tanjakan demi tanjakan mulai dilalap, medan tak terduga mulai terhidang dari jembatan selebar bambu dua batang, hingga turunan yang kemudian berbelok tajam untuk kemudian disambut oleh lumpur atau tanjakan patah melintasi kawat berduri. Wuihhhh ! Sayangnya medan asyik masyuk yang dijanjikan panitia belum menjadi kenyataan. Hingga 2/3 lebih medan dilalui belum ada turunan meliuk panjang pemicu adrenalin, menerbangkan ke langit ketujuh, bahkan downhill diantara pepohonan singkong untuk kemudian membelok patah lalu disambut lumpur tak mampu memberi efek "
terbang". Jambore kali ini bisa dikatakan jambore seribu gunung, miskin downhill."Â
He he he ... ojo nesu-nesu Julak Arbain, cuma pendapatku doang kok, na gitu dong ... Â mBak Louise aja cuman cengengesan tuch!". Iyya dah, zipp. Merayapi tanjakan menjelang memasuki jalan raya untuk kemudian finish, seorang peserta terengah-engah menggerutu ;"
Woalah ... kok tanjakannya nggak abis-abis ya". Sumpah ... nggak ngarang, emang begitu kejadiannya. Jangan ngomong-ngomong tapi, ... Saya juga udah pegel and ampir keram kok. Ada peserta malah yang ngitung sudah keram hingga 20an kali. Na lo. [caption id="attachment_98619" align="alignnone" width="1024" caption=""]
[/caption] Karena efek keram, pegel, boring & rada puyeng tadi, tak heran kalau kemudian panggung disisi pantai yang disediakan oleh panitia tak banyak dihinggapi oleh para biker's. Biker's lebih memilih berleha-leha direrumputan, tiduran diantara teduhnya daun pohon, sambil mencoba membetulkan dengkul & nafas yang susul menyusul. Akibatnya pembauran antar biker's sama sekali tak terjadi. Jambore dalam fikiran Saya, harusnya memberi efek "
terbang", puas karena telah mampu menaklukkan medan dengan gagah berani. Sehingga jambore seharusnya tak perlu terdiri dari seribu gunung, apalagi seribu rintangan yang harus ditaklukkan. Beragamnya peserta dengan kemampuan yang berbeda harus mampu diakomodasi tanpa memberi efek jera. Tapi tunggu dulu ... meski demikian duapuluh jempol buat panitia karena mampu memberi tantangan mental kepada para peserta, ya itu tadi ... ngantri  di mulut botol sebelum masuk ke medan yang sesungguhnya. He he he
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Sosbud Selengkapnya