Mohon tunggu...
F Daus AR
F Daus AR Mohon Tunggu... Freelancer - Narablog

Penggerutu

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Wabah dan Literasi, Upaya Bijak Mengelola Keuangan Keluarga

20 Mei 2020   08:43 Diperbarui: 20 Mei 2020   08:43 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kapankah waktu yang tepat agar kita Cerdas Berperilaku dalam menjalani hidup. Jawabnya bisa sangat panjang dan kompleks. Kalau pertanyaannya dikerucutkan menjadi: kapankah waktu yang tepat cerdas berperilaku di tengah ketidakpastian seperti saat ini ketika pandemi Covid-19 tak jelas kapan akan berakhir?

Jawabnya juga bisa panjang, tetapi, di situasi pandemi ini, mau tidak mau keharusan agar kita cerdas berperilaku, utamanya, dalam mengelola keuangan agar tidak kolaps menghadapi pandemi. 

Serangan Covid-19 sangat luas dan bukan hanya manusia yang menjadi korban. Gerak ekonomi juga dibuat melambat jika tidak dikatakan mandek.

Ketika pemerintah resmi mengumumkan adanya dua korban warga Indonesia terpapar Covid-19 pada awal Maret, bayangan horor mulai membayang. 

Dan, sampailah kita menjalani Ramadan yang sangat berbeda. Riuh bukber dan keseruan ngabuburit tidak bisa dilakoni lagi. Begitu juga dengan tarawih dan peristiwa sosial mudik. Semuanya diimbau oleh pemerintah agar ditunda dulu hingga situasi kembali normal.

Dampak lainnya, banyak perusahaan yang harus menerapkan pemutusan hubungan kerja (PHK) atau pemutusan kontrak terhadap karyawannya. 

Adapun mengenai tunjangan hari raya (THR), sejumlah perusahaan, termasuk di tempat saya bekerja, manajemen menerapkan kebijakan pembayaran secara bertahap. 

Apa boleh buat, langkah tersebut mungkin salah satu bentuk oleh manajemen perusahaan demi menjaga Stabilitas Sistem Keuangan agar neraca keuangan perusahaan tidak kolaps di hadapan situasi yang tidak menentu selama pandemi Covid-19.

Memakai kacamata literasi keuangan, gejala itu bisa dibaca sebagai tindakan menjaga stabilitas keuangan. Diketahui bersama kalau kebijakan makroprudensial merupakan tugas Bank Indonesia, lalu di mana peran kita dalam membantu Makroprudensial Aman Terjaga. Ya dari cara kita tidak panic menghadapi situasi. Jangan termakan provokasi mengenai isu yang tidak jelas sumbernya.

Tabungan yang kita miliki dikelola sebagaimana biasanya dan melakukan pengiritan belanja yang bisa ditunda. Secara pribadi, hal ini saya sampaikan pada keluarga kalau lebaran kali ini, agenda rutin membeli baju lebaran ditunda saja. Kita belum bisa menerka apa dan bagaimana kelanjutannya ke depan. Hal yang perlu disiapkan adalah, membekali diri dengan kemampuan bertahan hidup. Oleh karena itulah, dibutuhkan kesiapan finansial untuk menjaga probabilitas menjalani hidup.

Di hadapan dua anak, Ardika dan Arsyla, saya dan ibunya mencoba menjelaskan kepadanya menyangkut hal ini. Sebisa mungkin, dengan bahasa sederhana dan pengandaian agar bisa memahami situasi.

"Nak, tidak ada toko buka. Jadi lebaran kali ini kita tidak bisa pergi beli baju baru." Ujar istri saya kepada Dika, anak pertama kami, seorang lelaki yang sudah berusia enam tahun. Sedangkan untuk adiknya, Arsyla, seorang perempuan, saya kira tidak menjadi masalah. Anak usia tiga tahun tentulah belum bisa diajak berdialog.

Selain itu, cuti bersama yang biasanya seminggu di hari raya dialihkan ke akhir tahun. Praktis, tidak ada jadwal liburan pasca lebaran. Perusahaan harus memenuhi target penjualan di bulan Mei ini. 

Surat edaran manajemen perusahaan sudah mewanti agar semua karyawan dapat memakluminya. Peristiwa pandemi Covid-19 benar-benar menjadi horor. 

Semua lini bisa terpapar jika tidak ada strategi yang tepat dalam mengantisipasinya. Bukan cuma manusia yang perlu menjaga imun. Perusahaan juga perlu mereposisi diri jika mau bertahan.

Menghadapi Covid-19 serasa memasuki labirin. Kita dibuat berputar di dalam satu ruang yang tak jelas jalan keluar mana yang perlu dilalui. Keliru melangkah bisa berabe dan terjebak dalam putaran arus yang dapat mengancam kelangsungan daya tahan hidup keluarga.

Kita tahu, porsi belanja keluarga mengalami lonjakan tinggi menjelang lebaran. Asumsi yang selama ini dipakai ialah, di hari kemenangan (lebaran) setelah sebulan penuh berpuasa harus ditebus dengan kemeriahan. Nah, lebaran kali inilah sudah perlu dilakukan instrokpeksi. Mengevaluasi perilaku konsumtif yang sebenarnya bisa ditunda.

Bagaimana pun, jalannya kehidupan adalah yang nomor satu. Adapun pernik aksesoris hidup sekunder seperti membeli pakaian baru dari ujung kaki ke ujung kepala harus ditunda dulu. Menjalani hidup di tengah pandemi harus bijak dan tepat guna mengelola keuangan.

"Jadi, habis lebarapan kita tidak pergi mandi-mandi." Ujar Dika. Mandi-mandi yang dimaksud adalah piknik ke tempat wisata. Biasanya, sehari atau di hari kedua usai lebaran, kami bersama keluarga besar akan bertamasya ke Bantimurung, lokasi wisata air terjun di Maros. Sulawesi Selatan.

"Tidak, Nak. Sebagai gantinya, Bapak akan buatkan kolam renang kalau sumur yang digali tukang sudah selesai." Kolam renang yang saya maksudkan bukanlah kolam serupa di hotel. Melainkan kolam renang sederhana dari terpal plastik.

Oh iya, di kompleks perumahan kami, air dari PDAM sudah lama tidak mengalir. Sejumlah rumah tangga berinisiatif membuat sumur. Saya pun menempuh jalan yang sama. Dengan lahan terbatas di pekarangan, mau tidak mau menggali sumur menjadi pilihan terakhir dalam menjaga pasokan air.

Apakah ini ada hubungannya dengan Covid-19 dan lahirnya ketidakpastian yang ditimbulkannya. Mengenai pasokan air PDAM yang sedikit tentu saja bukan dampak dari korona. Hal tersebut sudah berlangsung setahun terakhir. Tetapi, harapan kita semua semoga wabah ini segera berlalu dan kehidupan berjalan sebagaimana biasanya

_

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun