Mohon tunggu...
F Daus AR
F Daus AR Mohon Tunggu... Freelancer - Narablog

Penggerutu

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Surat

9 Maret 2020   11:25 Diperbarui: 9 Maret 2020   11:22 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih ingat dengan tembang Kangen dari Dewa 19 di Medio 1990, hampir dipastikan kalau tembang ini sangat melekat di benak anak muda. Liriknya merekam sebuah nafas zaman yang pernah ramai sebagai lalu lintas persebaran sebuah pesan.

Pada dekade itu, surat masih menempati posisi paling vital bagi manusia dalam penyampaikan pesan. Setiap hari orang-orang berdatangan ke sebuah gedung untuk melakukan aktivitas berkirim surat. Namun, seiring berkembangnya informasi teknologi. Kantor Pos perlahan mengalami sepi. Kalau bukan karena pengalihan jasa pembayaran sejumlah barang cicilan atau pelayanan jasa lainnya. Mungkin kantor Pos sudah berubah menjadi tempat penginapan atau sebagai museum dari sejarah yang pernah berjaya.

Lewat surat seseorang merekam peristiwa, kesan, rasa, dan janji yang hendak disampaikan. Lewat surat pula segala transaksi ekonomi terpenuhi, keputusan politik ditetapkan, dan untuk menyimpan rahasia (baca: Surat Wasiat). Konon, komunitas Yahudi mulai bergerak membangun tanah air di Palestina berkat sepucuk surat dari menteri luar negeri Inggris, Arthur James Balfour pada tahun 1917.

Surat memang sakti dan ampuh. Meski laju perkembangan teknologi telah mengamputasi beberapa bagian dan fungsi sebuah surat. Tapi surat tetap akan abadi, ia tak akan ditinggalkan. Secuil bukti tentang keampuhan itu. Ialah, masih seringnya kita menyaksikan pedagang kaki lima digusur dengan alasan yang paling kuat, karena tidak memegang surat izin berdagang atau surat kepemilikan tanah bangunan kiosnya. Ya, lagi-lagi soal surat.

Istilah-istilah baru kemudian lahir dari perkembangan teknologi. E-Mail, surat elektronik yang pernah merajai transaksi pertukaran informasi. Pada dasarnya, tetaplah sebuah surat dalam wujud yang baru. Gejala ini menunjukkan adanya sebuah pergeseran interaksi dalam menyampaikan informasi yang menenggelamkan peran kantor Pos, yang mana pada wilayah ini telah menumbuhkan gerak ekonomi baru bagi para pengusaha Warnet.

Namun sejarah bergerak begitu kencang, tak cukup berapa dekade, Warnet tergantikan dengan fasilitas yang lebih pribadi. Hanya dengan sebuah alat sebesar korek api yang disebut Modem, seseorang mengunci diri dalam kamar untuk menyampaikan pesan atau melakukan pertukaran informasi. Berkirim surat tanpa perlu menempelkan prangko di amplop surat.

Dalam waktu yang tidak terlalu lama, perilaku ini lalu tergantikan dengan motode yang jauh lebih praktis. Selain ada pesan singkat yang bisa dilakukan meski di dalam toiltet sekalipun. Jejaring sosial seperti Facebook dan Twiter adalah pilihan lainnya.

Tetapi hal ini bukanlah sesuatu yang final. Zaman hanya singgah di sebuah fase untuk mengendap, menyimpan benih, dan lahirlah tunas baru sebagai varietas dari dialektika yang bergerak.

Setiap fase menyimpan semangatnya sendiri beserta rekaman nostalgia yang menghampirinya. Dewa 19 merekam salah satu fase itu. Slank tak mau ketinggalan, tembang I Miss U But I Hate U adalah rekaman sebuah pesan pendek. Dan, soal Facebook, saya kira Gigi telah mendendangkannya dengan indah.

"Kuterima Suratmu/Telah kubaca/Dan aku mengerti/Betapa merindunya/Dirimu/Akan hadirnya diriku...../". 

Selamat bernostalgia dengan surat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun