Mati baik-baik, kawan bukanlah judul cerpen melainkan potongan percakapan di cerpen berjudul Mangku Mencari Doa di Daratan Jauh. Saya memilih Bertungkus Lumus sebagai cerpen yang menggambarkan kegigihan Martin merekam dan mengolah serakan kesaksian pilu egara 1965.
Saya membaca dua kumcer Sobron Aidit, Razia Agustus (GPU: 2004) dan Prajurit yang Bodoh (GPU: 2006) dari masing-masing antologi mengandung cerpen dengan konteks kisahnya. Mengingat Sobron adalah adik Aidit, menyeruak dugaan kalau Sobron menyandarkan kisah pada peristiwa lampau, utamanya di tahun-tahun pasca 65 dan setelahnya.
Hal tersebut memang benar, Sobron mengulik kisah pilu yang dialami orang-orang yang dicap kiri sampai kehilangan hak warga negara. Namun, tuturan Sobron tidak melulu ode bagi nasib malang. Ia punya tawaran humor tanpa menawarkan kehampaan. Di cerpen Prajurit yang Bodoh kepiawaian itu tercapai.
-