Mohon tunggu...
F Daus AR
F Daus AR Mohon Tunggu... Freelancer - Narablog

Penggerutu

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kisah Chuck Nolan, Pengiriman Logistik, dan Industri 4.0

3 Desember 2019   07:02 Diperbarui: 3 Desember 2019   07:41 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paket logistik berisi buku siap dikirim ke Manokwari, Papua Barat

Paket logistik berisi buku siap dikirim ke Manokwari, Papua Barat
Paket logistik berisi buku siap dikirim ke Manokwari, Papua Barat

Seorang karyawan, lelaki berusia sekitar 20 tahunan mengenakan kemeja motif batik menyambut. Usai menjelaskan keperluan, ia menyampaikan besaran biaya dengan durasi pengiriman ke Manokwari. "Kalau paket ekspres berapa," saya bertanya. "Ini sudah paket ekspress, Pak." Jawabnya. Setelah sepakat, ia mencatat di lembar resi dan meyerahkan selembar usai saya membubuhkan tanda tangan.

"Selanjutnya Bapak bisa mengecek di website jika ingin mengetahui progres pengiriman." Ia menyarankan. Esoknya, saran pegawai J&T Express itu saya coba dengan memasukkan nomor resi. Hasilnya, proses penginputan dapat dilihat. Laman jet.co.id memiliki pilihan tiga bahasa, yakni Inggris, Indonesia, dan Mandarin. Fitur demikian, saya kira, sudah memenuhi asas transparansi publik yang menjadi salah satu prinsip industri 4.0.

Tampilan laman J&T Express bila mengecek nomor resi
Tampilan laman J&T Express bila mengecek nomor resi

Namun, secanggih apa pun fitur yang ditawarkan dari perkembangan teknologi. Bagi saya, fitur yang menarik tetap ada pada manusia. Bagaimana pun, revolusi tetaplah kreasi manusia, ada hal-hal yang tidak bisa digantikan oleh mesin. Sewaktu mendengar biaya yang harus saya bayar, pegawai J&T Express itu menangkap kerut di wajah saya. Ia lalu menyarankan ke jasa pengiriman yang lain. Saya tersenyum mendengarnya. Rezeki sudah di depan mata, malah ia memberi pilihan. Mestinya ia menjelaskan lebih lanjut mengenai keunggulan pengiriman J&T Express, tetapi ia menempuh dengan memberikan pilihan. Saya bergeming dan tetap memakai jasa J&T Express.

Seketika saya teringat kisah Chuck Noland, meski, pegawai J&T Express itu tidak mengalami peristiwa serupa. Tetapi, ada nilai kemanusiaan yang melekat. Bahwa, manusia membutuhkan pilihan bebas dalam menentukan pilihan. Sebagaimana Chuck Noland, setelah ia selamat, ia bisa saja tidak perlu mengembalikan paket kiriman atau, buat apa dia membawa paket itu dan tidak meninggalkan saja di pulau, toh publik sudah tahu kalau penerbangannya mengalami kecelakaan yang menjadi akhir dari perjalanan paket tersebut.

Jika mengingat kembali, saya baru bisa menyadari mengapa orang-orang di kampung tetap menitipkan barang pada orang yang sudah dikenal untuk urusan pengiriman barang. Mengapa ia tidak memakai jasa pengiriman. Meski ribet, tetangga di kampung tetap menitipkan barang ke pada kakak saya yang hendak menunaikan ibadah haji tempo hari. Barang itu untuk anaknya di Arab Saudi yang bekerja sebagai TKI.

Padahal, barang itu juga tetap sampai jika dikirimkan melalui jasa pengiriman. Jawabnya, saya kira, minimnya literasi mengenai jasa pengiriman yang menjadi pangkal. Padahal, tetangga itu juga membekali uang kepada kakak saya kalau di bandara dikenakan biaya tambahan kargo. Namun, kita dapat menangkap kalau logistik itu sesuatu yang berharga sehingga perlu dititipkan pada orang yang memang dipercaya.

Chuck Noland telah memberikan teladan yang dapat dijadikan pelajaran mengenai pentingnya barang yang dikirimkan manusia kepada manusia. Dan, bukankah, yang mengantar logistik itu juga manusia. Maka, indusri 4.0 tetaplah perlu mengandung sifat kemanusiaan. Saya melihat kecenderungan kemanusiaan itu pada pegawai J&T Ekspress.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun