Belum lagi kerbau yang tidak ditambatkan. Petani yang malas menambak pematang sawah. Guru-guru yang tidak lagi membuka buku. Cendekiawan yang tak bermanfaat. Pendosa yang semakin larut dalam kubangan dosa seiring perputaran bumi. Pelayan yang bertransformasi menjadi juragan. Terdengar familiar?
Sungguh Iblis beserta kroni-kroninya adalah raja diplomasi, guru besar segala tipu daya. Akan tetapi, Iblis, meskipun ia telah angkuh dan tidak sudi sujud di hadapan Adam, sebenarnya Iblis adalah maskot kerendahan hati, guru yang patut di 'iringi'. Iblis memang tidak tahu malu. Dengan segala kerendahan hati ia rela bertukar bentuk, bermuka dua serta berminyak air dari waktu ke waktu. Kok bisa? Belajarlah dari Iblis dan kawan-kawan.
Kinerja dan kesuksesan Iblis sejauh ini patut diacungi jempol. Tidak percaya? Ups, Anda telah bersikap angkuh! Teruslah belajar! Kau bilang kami angkuh, bukankah itu berarti kau sendiri telah bersikap angkuh? Oh, mari terus belajar!
إنما تقف الحياة عندما يقف التعلم
Sungguh kehidupan ini berakhir ketika kita berhenti belajar
Rimba Piatu, 06 -- 06 -- 2017
1Sebagian menyatakan bahwa yang berhak atas kata-kata ini adalah Domenico Giuntalodi, dengan redaksi asli ANCHORA IMPARO
2: المجالسة وجواهر العلم ٢/١٨٦
3Belakangan Ibn Qutaibah (828-889 M) juga menyampaikan hal senada dengan redaksi:
لا يزال المرء عالما ما دام في طلب العلم فإن ظن أنه علم فقد بدأ جهله