Mohon tunggu...
Arif Hidayat
Arif Hidayat Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bintang Dominasi

15 Juli 2017   06:23 Diperbarui: 15 Juli 2017   09:01 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Rotasi Bumi belum berubah. Matahari sampai saat ini masih terbit dari timur. Sunset masih bisa dinikmati di barat. Bumi pun masih di orbit yang sama, mengorbit bintang yang sama. Para astronot dengan santai mengapung di angkasa luar sana, karena bumi masih pada tempatnya. Planet itu masih biru, tenang, indah.

Nyatanya, di bawah atmosfir, bumi tidak setenang itu. Di balik atmosfir, rotasi gila-gilaan terus terjadi. Dan ini terjadi tidak hanya dengan satu poros. Ribuan? Ratus ribuan? Jutaan? Ratus Jutaan? Miliaran?

Entahlah. Andai kita melihat lebih dekat (sekaligus lebih jauh), rotasi-rotasi yang terjadi di atas bumi ini, adalah bagian dari sebuah tata surya maya yang mengorbit sebuah mega-bintang: Dominasi. Daya gravitasi Dominasi sungguh hebat. Ratusan juta planet yang terus setia mengorbit bintang maya ini adalah buktinya.

Tata surya maya sungguh unik. Jika di tata surya kita yang menjadi layak huni adalah planet yang memiliki oksigen yang memadai, maka di tata surya maya semua planet layak huni, bahkan satelit-satelit dan asteroid-asteroid kecil sekalipun. Kita tak bisa mengontrol rotasi maupun orbit bumi, namun di tata surya maya rotasi dan orbit berada di bawah kehendak segenap penduduknya. Tak perlu heran juga ada planet yang penduduknya cuma beberapa orang, bahkan satu orang (Parallel Universe? Tidak, mari kita sebut saja tata surya maya)

Jika jarak bumi matahari berubah, entah musibah apa yang akan menimpa segenap penghuni. Di tata surya maya, jarak bukanlah masalah. Hanya segelintir saja planet raksasa saja yang mengejar, menikmati kedekatan dengan Dominasi. Namun belakangan, bagi sebagian besar anggota tata surya maya, jarak telah menjadi segalanya. Tanpa sadar semua planet menyepakati: semakin dekat sebuah planet (baca: dan satelit dan asteroid) dengan Bintang Dominasi, semakin layak huni-lah planet tersebut. Sebagian besar anggota tata surya maya telah sepenuhnya menyadari potensi energi yang selama ini cenderung tidak dimanfaatkan secara maksimal: populer.

Seperti hendak menyaingi kecepatan cahaya, para penghuni tata surya maya mengumpulkan energi ini sekuat tenaga. Segala daya dikerahkan demi jarak terdekat dengan Dominasi. Mereka menemukan dua sumber daya vital yang secara universal mereka kenal dengan Uang dan Media. Dua sumber daya ini dengan mengalahkan validitas dan soliditas sebuah ide yang selama ini menaungi tata surya maya. Sungguh dua sumber daya ini telah melejitkan tumpukan energi Populer ke level yang tak pernah mereka sangka. Uang dan Media telah membawa proses pengumpulan energi Populer ke level instan, sehingga jarak ke Dominasi bisa dipangkas sekian kali lipat.

Namun, ada satu hal yang sering mereka lupa; mereka adalah planet, sementara Dominasi adalah sebuah bintang. Dan bintang, adalah bola panas. Lebih dari itu, Dominasi bukanlah bintang rata-rata. Ia adalah mega-bintang. Mungkin karena gravitasi Dominasi yang terlalu buas, atau cahayanya yang terlalu benderang, mereka lupa (tidak mengetahui) kisah Ikarus. Ikarus terbang terlalu dekat dengan matahari. Ikarus hangus. Ikarus populer. Namun, Ikarus tidak pernah mendominasi.

Sudah sekian banyak planet hancur lebur karena salah memanfaatkan energi. Ketika sadar mereka telah berada di jarak 0 byte dengan bintang Dominasi. Memang sejumlah planet raksasa sanggup bertahan untuk beberapa lama karena persediaan energi Populer yang masif. Bahkan pernah ada sebuah satelit kecil dengan energi Populer melimpah bertahan cukup lama, sampai-sampai menggeser sejumlah planet raksasa dari orbit mereka. Namun sedikit demi sedikit energi tersebut terkikis. Energi yang mereka hadang terlalu besar, di depan maupun di belakang. Energi untuk tetap utuh, energi untuk tidak lebur ke dalam Dominasi, energi untuk menjauhkan planet lain dari Dominasi, sampai stok energi untuk sebuah ambisi gila; control penuh atas Dominasi. Akhirnya mereka hancur lebur.

Kisah yang lebih miris lagi datang dari asteroid-asteroid muda. Energi yang melimpah dan fisik yang kecil membuat pergerakan mereka begitu lincah. Energi dan kelincahan cenderung membuat mereka gagal menyadari bahwa fisik yang minim tidak hanya berarti sebuah keunggulan. Dalam kondisi tertentu, ia adalah titik lemah yang hanya bisa dikompensasi oleh densitas fisik. Mereka dengan sembrono meninggalkan orbit, menerobos jauh kedepan. Maka, seperti lalat masuk ke kobaran api, mereka binasa, di usia dini.

Di area tengah, planet-planet tanggung terus ribut berkejar-kejaran. Tubuh mereka tidak begitu besar dan densitas mereka juga belum layak diperhitungkan. Cahaya Dominasi di area mereka tidak begitu benderang. Mereka juga ingin berotasi di orbit terdepan, sejajar dengan planet-planet raksasa, bahkan menggeser orbit mereka. Dengan sembrono mereka menyerobot maju, bahkan melangkahi orbit yang semestinya mereka singgahi demi meningkatkan densitas. 

Dengan segala keterbatasan yang dimiliki, dengan tubuh yang getas, mereka berusaha memantulkan cahaya Dominasi ke area kelam di belakang, agar planet-planet tidur di belakang sana terbangun dan melihat pergerakan (dan semangat) mereka. Cahaya yang sama mereka pantulkan ke depan sekuat tenaga berupa energi kritik, bahkan hujatan hebat bagi planet-planet di area benderang. Oh, betapa kerakusan kalian telah mengorbankan asteroid-asteroid muda! Oh,tubuh besar kalian yang buruk tak sepantasnya berada di depan sana. Kalian hanya menyelimuti kami dengan bayangan mengerikan!Menyingkirlah, biarkan cahaya Dominasi menyinari mereka yang membutuhkan!

Nun jauh di belakang, di area kelam, jutaan planet kecil, bulan-bulan nan yatim, asteroid-asteroid cadel yang bahkan tak tahu mereka adalah bagian dari sebuah mega tata surya maya yang mengorbit Dominasi, terus hidup dalam kesunyian. Mereka hampir tak mengenal siang dan malam. Jarak mereka yang terlalu jauh dari Dominasi membuat dunia mereka diselimuti kegelapan. Sesekali mereka mendapati kerlipan kecil di kejauhan, dan itu membuat mereka bahagia. Itu sudah cukup, lebih dari itu mereka tidak peduli. Sesekali mereka tertegun, heran, sedih, karena asteroid-asteroid kecil yang biasa mengambang di lingkungan mereka tiba-tiba hilang tiada kabar berita. Ya, sesekali. Bintang-bintang nan jauh di galaksi lain di mata mereka jauh lebih cemerlang.

 Di bawah kubahlangit Syawal, 9 Juli 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun