Mohon tunggu...
forumbahasa
forumbahasa Mohon Tunggu... -

Forum Bahasa Media Massa (FBMM) adalah sebuah lembaga swadaya masyarakat di bidang kebahasaan. Visi: FBMM menjadi lembaga swadaya masyarakat bidang kebahasaan yang dihormati dan menjadi anutan media dalam penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Misi: 1. Menyamakan penulisan (alfabet, ejaan, kosakata, tata bahasa) dalam rangka penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar di media massa. 2. Memasyarakatkan penggunaan bahasa Indonesia yang bernalar. 3. Membantu pengembangan bahasa Indonesia. Tujuan: 1. Media massa lebih peduli pada masalah kebahasaan 2. Media massa mampu menggunakan bahasa dengan memperhatikan nalar serta kaidah secara baik dan benar 3. Media massa dapat menjadi laboratorium bahasa untuk pengembangan dan pembinaan bahasa Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kantor Bahasa Maluku Tingkatkan Kompetensi Wartawan dalam Kebahasaan

1 April 2016   12:40 Diperbarui: 1 April 2016   19:50 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Pengurus FBMM Pusat, Apolonius Lase, sedang menyajikan materi tentang kalimat logis dalam bahasa ragam jurnalistik, Kamis, 31 Maret 2016, di lantai 7 Hotel Everbright, Ambon, Maluku."][/caption]

FBMM, AMBON — Wartawan harus terus meningkatkan kemampuan dan kecerdasan dalam bernalar ketika menuliskan berita. Menggunakan bahasa yang logis akan mempermudah khalayak dalam memahami maksud pesan yang disampaikan. Selain itu, kelogisan kalimat berita berdasarkan fakta dan kebenaran juga menghindarkan konsekuensi hukum.

Hal itu mengemuka dalam lokakarya selama dua hari, 30-31 Maret 2016, yang digelar oleh Kantor Bahasa Maluku dalam rangka meningkatkan kompetensi kebahasaan bagi wartawan se-Kota Ambon. Lokakarya itu dilaksanakan di Hotel Everbright, Jalan Cenderawasih No 20, Ambon, dan dihadiri 23 wartawan dari berbagai media massa se-Kota Ambon.

"Kelogisan dalam berbahasa, mulai dari pemilihan kata, kalimat, hingga paragraf, harus menjadi perhatian para wartawan sehingga pesan yang disampaikan bisa diserap dengan mudah oleh khalayak," demikian disampaikan pengurus Forum Bahasa Media Massa (FBMM) Pusat, Apolonius Lase, yang diundang sebagai narasumber.

Penyelaras Bahasa Kompas itu mengingatkan bahwa peran jurnalis sangat besar dalam menyosialisasikan penggunaan bahasa yang baik dan benar kepada masyarakat.

"Karya jurnalistik para wartawan yang ditulis media massa memiliki kemampuan penetrasi besar untuk sampai ke masyarakat dari berbagai lapisan. Dibandingkan dengan guru bahasa Indonesia, misalnya, yang hanya sebatas bisa 'memengaruhi' murid-muridnya dalam satu kelas, jurnalis jauh lebih berpengaruh. Tulisannya bisa dibaca oleh presiden, gubernur, bupati, hingga kepala desa. Dari pengusaha besar hingga tukang becak. Karena itu, kalimat-kalimat dalam berita tidak boleh bertentangan dengan nalar," ujarnya.  

Dalam pemaparannya, Apolonius mengatakan bahwa banyak kalimat yang melawan nalar ditemukan di berbagai media massa. Kekeliruan itu dianggap sebagai kelaziman karena sudah begitu sering dipakai. Apolonius membeberkan berbagai contoh kalimat yang melawan nalar yang pernah dimuat di media massa.

Pada hari kedua, Apolonius menyampaikan materi terkait kesalahan-kesalahan kalimat dan pembetulannya. Para peserta juga mendapatkan penyegaran dengan mengikuti tes awal (pre-test) pada hari pertama dan tes akhir (post-test) pada hari kedua.

Mengenang J.S. Badudu

Ketua Panitia Adi Syaiful Mukhtar dalam laporannya mengatakan, lokakarya ini seyogianya dilaksanakan Juli 2016, tetapi dimajukan untuk sekaligus mengenang tokoh penting bahasa Indonesia, J.S. Badudu, yang wafat pada 12 Maret 2016.

Hal itu ditegaskan oleh Kepala Kantor Bahasa Maluku Dr Asrif, "Jasa Jusuf Sjarif Badudu begitu besar dalam memperjuangkan penggunaan bahasa yang baik dan benar di negeri ini. Karena itu, acara ini kami dedikasikan untuk Beliau yang telah berjasa dalam pengembangan bahasa Indonesia." Asrif mengajak semua peserta mengheningkan cipta dan berdoa untuk mendiang J.S. Badudu selama dua menit.

Dalam kesempatan itu, Dr Asrif juga menyampaikan materi tentang pilihan kata dalam media massa. Ia menyampaikan sejumlah kata dan istilah yang dicupliknya dari berbagai media massa.

"Pada satu halaman koran pernah ada penulisan kata 'ramadan' dalam dua versi, ada kata 'ramadhan' dan 'ramadan'. Hal ini tentu diupayakan tidak terjadi di setiap media massa. Dia mengingatkan bahwa kesalahan penggunaan kata bisa menimbulkan perbedaan arti," ujarnya.

Asrif yang memiliki sejumlah program dalam mengangkat bahasa Indonesia di Maluku menyatakan akan terus melakukan dialog kepada semua pihak atau pemangku kepentingan, di Ambon. "Kami akan melakukan berbagai pendekatan, terutama melalui pendekatan berbasis komunitas," ujarnya. 

Kantor Bahasa Maluku tidak saja hanya menjaga penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar, tetapi juga melakukan langkah-langkah penyelamatan terhadap bahasa daerah setempat. "Kami sedang turun ke pelosok-pelosok untuk mendata berbagai bahasa yang hampir punah di Maluku. Secepat mungkin kami lakukan penyelamatan agar bahasa-bahasa tanah (bahasa daerah) di Maluku bisa lestari," katanya.

Asrif mengingatkan juga bahwa Pemerintah daerah memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan bahasa dan budaya di daerahnya.  

[caption caption="Setelah diskusi selesai, peserta dan pemateri berfoto bersama, Kamis (31/3/2016), di lantai 7 Hotel Everbright, Jalan Cenderawasih No 20, Kota Ambon, Maluku."]

[/caption]

Pemerintah daerah Maluku, yang diwakili oleh Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi, menyambut baik kegiatan ini. Ia bahkan meminta Kantor Bahasa Maluku agar kegiatan semacam ini dilakukan tidak hanya sekali dalam setahun. 

"Kegiatan ini penting agar para jurnalis memiliki kemampuan dan kompetensi dalam melakukan tugas jurnalistiknya, terutama dalam menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar," kata Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Maluku Ibrahim Sangadji sesaat sebelum membuka acara lokakarya tersebut.

Panitia lokakarya juga menghadirkan narasumber lain, yaitu L.F. Pessiwarisa, staf pengajar di Universitas Pattimura, Ambon. Ia menyampaikan materi terkait penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) di media massa. Adapun Herlin, peneliti kebahasaan di Kantor Bahasa Maluku, menyampaikan materi berjudul Problematika Kalimat.

Salah seorang peserta, Yulius Padaunan, reporter TVRI Maluku, mengaku sangat senang dengan lokakarya ini. "Saya berharap kami semua, wartawan yang ikut dalam kegiatan ini, bisa bertambah kompeten dalam menggunakan bahasa Indonesia. Ia mengingatkan agar para wartawan tidak perlu menggunakan kalimat-kalimat panjang, atau kalimat majemuk. Pembaca kasihan membaca kalimat yang beranak pinak," ujar Yulius. 

Hadir pada acara itu Ketua FBMM Maluku Devy bin Umar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun