Penelitian yang dilakukan oleh Wiwit Hariyanto, Wakil Dekan Fakultas Bisnis, Hukum, dan Ilmu Sosial (FBHIS) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), bersama timnya mengungkap fenomena skeptisisme yang dihadapi oleh para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terhadap standar akuntansi. Dalam kajiannya, penelitian ini memfokuskan pada bagaimana skeptisisme ini mempengaruhi pengelolaan keuangan UMKM serta implikasi terhadap investasi modal.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami alasan utama yang melatarbelakangi rendahnya penerapan standar akuntansi di kalangan UMKM dan bagaimana hal ini berdampak pada aspek finansial mereka. Dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, penelitian ini menggali informasi dari berbagai pelaku UMKM, dosen, serta pejabat dinas koperasi sebagai informan kunci. Melalui wawancara dan observasi, ditemukan bahwa minimnya pengetahuan tentang standar akuntansi menjadi faktor utama skeptisisme ini.
Ketidakmauan Membuat Laporan Keuangan
Banyak pelaku UMKM enggan untuk menyusun laporan keuangan, padahal pencatatan keuangan menjadi dasar penting bagi stabilitas usaha dan akses terhadap modal. Menurut temuan, mayoritas pelaku usaha mikro bahkan tidak mengenal standar akuntansi khusus untuk entitas mikro seperti Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). Hal ini menyebabkan tercampurnya keuangan bisnis dan keuangan rumah tangga mereka.
"Kendala utama yang kami temui adalah rendahnya kesadaran akan pentingnya pembukuan dan pencatatan keuangan yang baik. Banyak pelaku UMKM yang merasa cukup dengan mencatat pemasukan dan pengeluaran secara sederhana tanpa memahami manfaat dari penyusunan laporan keuangan yang terstruktur," ungkap Wiwit Hariyanto.
Pentingnya Peran Pemerintah dan Edukasi
Hasil penelitian ini memberikan wawasan penting bagi pemerintah untuk memperkuat peran dalam mendukung pelaku UMKM. Peneliti menyarankan agar pemerintah lebih intensif dalam memberikan pelatihan akuntansi, mengingat pencatatan yang benar tidak hanya membantu UMKM untuk mengatur keuangan mereka tetapi juga membuka peluang lebih besar untuk mendapatkan pinjaman.
"Tanpa adanya laporan keuangan yang sesuai standar, investor dan lembaga perbankan kesulitan untuk menilai kelayakan usaha mikro. Ini menjadi hambatan besar bagi pelaku UMKM untuk mengakses pembiayaan," tambah Wiwit. Dinas koperasi diharapkan bisa mengembangkan program pembinaan dan pelatihan yang berkelanjutan agar para pelaku usaha mikro mampu menyusun laporan keuangan yang sesuai standar.
Kebutuhan Akan Akuntansi di Era Digital
Selain itu, penelitian ini juga menyoroti pentingnya adopsi teknologi dalam sistem pembukuan dan pencatatan keuangan. Di tengah pesatnya era digital, software akuntansi yang dirancang khusus untuk UMKM dapat menjadi solusi praktis untuk memudahkan pencatatan keuangan secara sistematis. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam penggunaan teknologi tersebut diharapkan dapat mengurangi kendala yang dihadapi oleh para pelaku usaha.
Dampak Skeptisisme pada Investasi Modal
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa skeptisisme terhadap akuntansi berimplikasi pada rendahnya minat investasi. Banyak investor enggan menginvestasikan modal mereka pada usaha yang tidak memiliki laporan keuangan yang dapat diandalkan. Dengan memperkuat praktik akuntansi di kalangan UMKM, diharapkan potensi investasi modal dapat meningkat. Dukungan dari pemerintah dan lembaga terkait sangat dibutuhkan untuk mendampingi dan mengedukasi para pelaku UMKM agar mereka mampu memanfaatkan laporan keuangan sebagai alat evaluasi usaha.
Dari hasil penelitian ini, terlihat bahwa peran pemerintah sangat krusial dalam membantu pelaku UMKM memahami dan menerapkan standar akuntansi yang sesuai. Dinas koperasi diharapkan aktif dalam memberikan pelatihan dan pendampingan untuk meningkatkan keterampilan akuntansi di kalangan UMKM, sehingga mereka dapat menyusun laporan keuangan yang berguna bagi pengembangan usaha. Selain itu, implementasi standar seperti SAK ETAP perlu disosialisasikan lebih luas agar pelaku UMKM dapat menjalankan usaha mereka secara lebih profesional dan berdaya saing.
Penulis: Indah Nurul Ainiyah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H