fbhis.umsida.ac.id --- Pusat Studi Ekonomi dan Bisnis Umsida (Universitas Muhammadiyah Sidoarjo) baru-baru ini mengadakan Pameran Arsip & Diskusi Karya Sastra yang menyoroti keterkaitan antara Sastra, Kota Kreatif, dan Ekonomi Kreatif. Acara yang berlangsung di Dewan Kesenian Kabupaten Sidoarjo pada Senin (30/10/2023) ini memberikan wawasan mendalam tentang potensi ekonomi kreatif di wilayah tersebut.
Bambang Hermutoko, Ketua Badan Pengarah dan Penasihat Dekesda, dalam membuka acara memberikan pengungkapan menarik tentang perkembangan Sidoarjo dari zaman Jenggala hingga era kolonial dan kontemporer.
Disambung Ferdi (Ketua Komite Sastra), yang memiliki kepiawaian khusus dalam menggali sejarah dan cerita-cerita yang terkait dengan Sidoarjo, telah berhasil membangun narasi yang memukau. Ceritanya menggambarkan kehidupan masyarakat Sidoarjo dari masa lalu hingga masa sekarang, memberikan gambaran lengkap tentang bagaimana kota ini tumbuh dan berkembang.
Ketua Komite Sastra pada acara ini menambahkan. "Cerita-cerita yang disampaikan oleh Pak Ferdi membawa kita dalam perjalanan waktu yang menarik, mengungkapkan sisi-sisi yang segar dan tidak terlupakan dari sejarah Sidoarjo. Ini adalah penghargaan kepada kota ini dan juga pengingat akan pentingnya menjaga warisan budaya dan mewariskannya ke generasi berikutnya," ujarnya.
Pemateri utama acara, Rizky Eka Febriansyah SMb MSm, menjelaskan pentingnya Ekonomi Kreatif sebagai sektor yang memanfaatkan kreativitas, ide inovatif, dan keahlian artistik untuk menciptakan produk, layanan, atau konten dengan nilai komersial. Ekonomi Kreatif mencakup beragam sub-sektor, seperti periklanan, arsitektur, seni rupa, desain, fashion, film dan animasi, permainan video, musik, kuliner, seni pertunjukan, penerbitan, broadcasting, serta riset dan pengembangan.
Menurut Rizky Eka Febriansyah. "Kota kreatif adalah strategi baru dalam perencanaan kota, di mana masyarakat dapat berpikir, merencanakan, dan bertindak secara kreatif di dalam kota. Keberhasilan untuk menjadi kota kreatif ditentukan oleh tiga faktor kunci, yaitu talenta, toleransi, dan teknologi," imbuhnya. Ia juga menekankan bahwa infrastruktur seperti museum, galeri, perpustakaan, dan ruang pertunjukan memainkan peran penting dalam pengembangan Kota Kreatif.
Pemerintah Indonesia telah aktif mengembangkan konsep Kota Kreatif sebagai cara untuk membangun citra dan identitas lokal serta memberikan kontribusi ekonomi daerah yang signifikan. Salah satu contoh keberhasilan yang diungkapkan dalam acara tersebut adalah Pagelaran Wayang Beber Remeng Mangunjaya, warisan budaya dari kerajaan Mataram Kartasura. Saat ini, hanya ada dua koleksi Wayang Beber di dunia, yang disimpan oleh ahli waris ke-15 di Pacitan dan Gunung Kidul.
Kolaborasi antara pemerintah daerah, akademisi, praktisi, ahli waris Wayang Beber, konten kreator, pelaku wisata, dan usaha telah menghasilkan beragam produk dan kegiatan ekonomi kreatif berbasis Bahasa dan Sastra, seperti Pagelaran Wayang Beber, suvenir kriya, film dan animasi, permainan video, kuliner, musik, dan festival budaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H