Mohon tunggu...
Inovasi Pilihan

Pemasan Global dan Kaitannya dengan Fenomena "Cooling Global"

8 Februari 2018   20:06 Diperbarui: 14 Februari 2018   07:14 1139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di era saat ini, perkembangan teknologi dan penyebaran informasi sangat pesat. Dalam satu decade ini, kita telah membuat berbagai inovasi yang tak lain bertujuan untuk mempermudah kehidupan manusia. 

Dalam pengembangannya, khususnya teknologi tak jarang kita harus mengorbankan banyak hal, salah satunya tenaga, waktu hingga lingkungan sekitar. Isu global yang berkembangan belakangan ini adalah perubahan iklim, yang tak lain merupakan salah satu hasil yang tercipta akibat pengembangan teknologi yang tidak memperhatikan kondisi lingkungan sekitar. 

Dampaknya sangat signifikan hingga memunculkan banyak masalah baru. Sebelum kita membahas lebih dalam apa itu perubahan iklim, mari kita bahas hal-hal dasar mengenai perubahan iklim.

Perubahan iklim dapat diartikan sebagai kenaikan suhu udara rata-rata permukaan secara global yang diakibatkan meningkatnya emisi gas rumah kaca di atmosfer, khususnya gas CO2 yang mana dapat mengekang penyaluran panas dari bumi untuk ditransfer keluar bumi. Panas dari bumi yang seharusnya ditransfer keluar bumi atau keluar atmosfer tertahan akibat adanya emisi gas rumah kaca. 

Emisi ini tidak lain disebabkan oleh teknologi yang sehari-hari kita gunakan untuk menyokong kebutuhan kita, seperti kendaraan bermotor yang menghasilkan asap hasil pembakaran. Secara sederhana, proses dari pemanasan global dapat digambarkan sebagai berikut,

Peningkatan suhu global (global warming) ini tak lain akibat dari banyaknya emisi rumah kaca. Beberapa informasi mengenai isu tentang terjadinya pendinginan global (global cooling), sempat menjadi isu yang banyak dibicarakan. Berdasarkan teori tentang akan terjadinya global cooling, peristiwa global warming dan global coolingadalah siklus yang saling berganti terjadi. 

Namun ini hanyalah teori yang belum bisa dipastikan kebenarannya, karena seperti yang kita ketahui global warmingini terjadi akibat dari kelalaian manusia. Di mana manusia menggunakan banyak teknologi yang menghasilkan emisi rumah kaca. 

Dari penjelasan ini, kita bisa menyimpulkan bahwa terjadinya global warming saat ini adalah akibat dari ulang manusia bukan berdasarkan siklus yang tidak bisa dipastikan kebenarannya.

Jika dimuat dalam grafik, peningkatan suhu di Indonesia dapat digambarkan sebagai berikut

asdasd-png-5a7c4155dcad5b7589182f62.png
asdasd-png-5a7c4155dcad5b7589182f62.png
Dari grafik diatas, menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan temperature di Indonesia dari tahun ke tahun dan diprediksi terus berlanjut bilamana penggunakan teknologi yang menghasilkan emisi gas rumah kaca tidak ditekan sejak saat ini. 

Data ini sangat mendukung bahwa terjadinya pemanasan global (global warming) itu nyata, hal ini akan mengakibatkan beberapa masalah baru yang lebih  besar. Seperti saat ini adalah meningkatnnya ketinggian permukaan air laut. Peningkatan ini tak lai akibat dari meningkatnya suhu global yang berdampak pada mencairnya lapisan es di kutub.

33-png-5a7c41aacbe5236c105fb313.png
33-png-5a7c41aacbe5236c105fb313.png
44-png-5a7c4189f133443e492e76d3.png
44-png-5a7c4189f133443e492e76d3.png
Hasil penelitian di atas (Susandi, 2004) mendukung terjadinya peningkatan ketinggian permukaan air laut. Diambil contohya adalah daerah Banjarmasin, di mana pada tahun 2010 terjadi kenaikan hingga 0,37 m. 

Sedangkan pada tahun 2050 nnti diprediksi kenaikan muka laut bisa mencapai 0,48 m. Dalam kurun waktu 40 tahun saja, banyak daerah yang akan terendam akibat dari mencairnya lapisan es di kutub. 

Dengan mengetahui fakta-fakta di atas, sekaranglah saat kita mengambil tindakan nyata untuk mengatasi dampak yang lebih parah lagi. Beberapa hal-hal sederhana yang bisa kita lakukan adalah dengan melakukan daur ulang sampah. Kegiatan sederhana ini sangat besar dampaknya karena mengurangi gas emisi rumah kaca. 

Sampai saat ini pembakaran sampah yang masih bisa diolah kembali seperti sampah plastic masih sering dilakukan yang berakibat semakin banyaknya gas emisi rumah kaca dari asap pembakaran plastic.

Hingga saat ini, tanda-tanda akan terjadinya pendinginan global (cooling global) belum ada yang ada hanyalah pembuktian tentang terjadinya pemanasa global (global warming) yang akan terus berlangsung jika tidak ada tindakan pencegahan saat ini. Untuk itu diharapkan untuk selalu menyaring informasi yang ada mengenai benar atau tidaknya informasi yang disebarluaskan kepada masyarakat.

SUMBER: 1, 2 

Armi dkk., Dampak Perubahan Iklim Terhadap Ketinggian Muka Laut Di Wilayah Banjarasin, Jurnal Ekonomi Lingkungan Vol.12/No.2/2008, Bandung,2008

Susandi, A, The impact of international greenhouse gas emissions reduction on Indonesia. Report on Earth System Science, Max Planck Institute for Meteorology, Jerman,2004.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun