Mohon tunggu...
Fani Fazrul Hikam
Fani Fazrul Hikam Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Sastra Indonesia

Kenikmatan yang berlebihan itu tidak baik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pandangan Masyarakat terhadap Rambut Gondrong

3 Januari 2021   18:25 Diperbarui: 28 Desember 2021   02:50 3407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto penulis bersama kawan Gondrongers

Pada tahun 1970-an, Republika menyebutkan banyak kasus kriminal yang dilakukan oleh para pemuda berambut gondrong. Sehingga memperburuk pandangan masyarakat terhadap rambut gondrong. Pada masa itu, banyak aktivis hingga artis yang berambut gondrong dengan bertujuan melawan stigma negatif pemerintahan Soeharto dan sebagai sikap kebebasan dalam berekspresi. Pada peristiwa Reformasi dalam menggulingkan pemerintahan Soeharto, banyak dari kalangan mahasiswa yang berambut gondrong, alasannya karena rambut gondrong adalah simbol dari perlawanan terhadap rezim Soeharto.

Dari masa ke masa rambut gondrong terus mengalami perubahan. Mulai dari simbol kekuatan hingga perlawanan. Pada masa sekarang, rambut gondrong mungkin telah menjadi gaya hidup seseorang.

Mereka yang tidak mengetahui sejarahnya orang berambut gondrong pada masa lalu, hanya ikut-ikutan artis atau musisi terkenal saja yang berambut gondrong. Itu sah-sah saja, akan tetapi sebaiknya mereka mengetahui agar memotivasi dalam diri sendiri supaya lebih tekad lagi dalam memanjangkan rambut.

Menurut saya, laki-laki yang berambut gondrong akan lebih memperhatikan dan merawat dirinya. Lelaki berambut gondrong harus rajin merawat rambut gondrongnya agar terhindar dari kerusakan. Karena untuk mencapai rambut gondrong itu tidak mudah.

Pada masa sekarang, ujian lelaki berambut gondrong harus sabar dengan diselingi mental yang kuat untuk menghadapi celaan-celaan yang dilontarkan masyarakat. Banyak juga sebagian gondrongers yang menyerah dan mencukur rambutnya.

Mereka biasanya menyerah karena malas dalam merawat rambut, kegerahan memiliki rambut gondrong, atau kegerahan hati setiap kali dicela oleh orang lain, bahkan kena razia rambut dikampus. Melihat perjuangan seseorang untuk menggondrongkan rambut seperti yang saya gambarkan dan sejarah singkat yang saya paparkan. Masihkah Anda menilai negatif kaum gondrong?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun