Berjalan susuri dunia dengan jumawa
Kau tanam benih neraka dalam tubuhmu
Pada hari dimana kau angkuh atas apa yang kau miliki,
Menginjak-injak tanah yang kau pijak dan kau ludahi
Jangan kau sembunyi
Setelah mengangkang berak di atas kepalamu sendiri
Rupanya kau tak mengerti dari mana dan sebab apa kau ada hari ini
Kau tampakkan ketololan di hadapan langit
Hei kawan!
Ketika nafsu membelenggu, kau kehilangan akal pikiran---dan membabi buta...
Mencabik-cabik harapan semesta
Dimana kini keberadaan mu?
Jangan kau sembunyi!
Atas apa yang telah berlalu, jangan sekali-kali kau pergi berlari perihal apa yang kau mulai ketika senja tergantikan rembulan
Seperti itukah wujud dari dirimu?
Rendah macam tinja di dalam septik tankÂ
Barangkali itu tak sepadan---kau bahkan lebih rendah daripada yang aku maksudkan
Hei kawan!
Waktu tak'kan biarkan kau pergi dan lupa
Waktu tak'kan biarkan kau bersenggama dengan dusta
Ludah yang kau percikkan takkan bisa kau jilat dan kau telan lagi
Jangan kau (terus) sembunyi
Kembalilah selagi tak ada maki yang kau dengar
Kembalilah selagi benih neraka yang kau tanam pada tubuhmu bisa kau tiadakan
Sebelum duka semesta begitu dalam,
Sebelum duka menjadi amarah s
emesta
Kau masih termaafkan
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI