Mohon tunggu...
fazli Rafa amin
fazli Rafa amin Mohon Tunggu... Lainnya - fresh graduate

pemula

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tak Melihat

28 Januari 2024   19:26 Diperbarui: 28 Januari 2024   19:28 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ada yang terlintas dari ujung kelopak matamu" katanya waktu itu.

"Tak ku hiraukan. Bagaimana bisa kau berbicara seperti itu?" jawabku.

"Bukankah manusia berbicara sesuai apa yang ia lihat?" sambung ku.

"Mungkin kau salah mengartikan sesuatu yang manusia ucapkan kepadamu, bukan cuma masalah visual yang ku ucapkan namun, ada makna yang dipaksa terpana untuk aku ucapkan" sambungnya.

Sebenarnya tak ada yang perlu diragukan jika berkomunikasi dengan mata tertutup bahkan, disaat manusia buta pun ada hal yang selalu ia lihat untuk disampaikan kepada manusia yang melihat secara visual. Selain itu saya juga ikut berpikir, apakah orang yang bisa melihat dengan keadaan normal akan memberikan makna di setiap apa yang mereka lihat? bahkan, orang buta yang dari lahir pun jika diberi penglihatan sebentar akan memberikan 1001 makna yang ia ucapkan.

Diawali dengan kekacauan yang sedang terjadi di depan kita, ia merajuk bahwa sebuah benda yang tak nampak bagiku, ia melihat-nya dan dapat mendeskripsikannya. Wah ada hal yang tak perlu ku ragukan untuk bertanya makna padanya, dengan ia melihat aku dapat dibuat terpana oleh kata katanya. semua yang ia lihat bisa menjadi sebuah maksa abstrak yang tak ternilai harganya. 

"Jika kau ingin tahu sebenarnya, aku pun juga sulit mengartikan apa yang telah ku lihat dan apa yang keluar dari ucapanku sungguh aku tak tahu, jika kau berkenan aku bisa menafsirkan semuanya pada-mu." katanya.

"Boleh jika kau ingin" sahutku.

"aku memang tak bisa melihat secara sempurna seperti-mu, namun aku memiliki pendengaran yang akan membuatmu melongo. Pendengaran yang tajam yang membuatku bisa mendeskripsikan apa yang ku dengar dan apa yang baru saja kau lihat. Sajak yang aku sampaikan padamu bukan semata untuk melihatmu terpana oleh kata-kata ku, aku juga menginginkan kau merasakan apa yang telah ku dengar selama ini." ujarnya.

Mata ku memerah sejenak ditambah jantungku mulai berdetak kencang mendengar pernyataan yang ia berikan. Tak pernah ku sangka bahwa ia memiliki pandangan jauh yang berbeda dari manusia normal seperti ku.

"jika kau berkenan, aku bisa menuliskan sajak sajak indahmu ke dalam puisi yang akan kutulis." sambung ku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun