sebait puisi ku tujukan untuk mu,
di tengah malam yang hampir terlewat,
ketikan mu sungguh amat hangat,
yang membuat ku amat terikat,
semilir obrolan yang mengalir,
bak hujan yang menghiasi malam yang kaku,
di iringi dengan suara mu nan merdu,
izinkan aku menarasikan puisi tentang mu,
di bawah langit yang berwarna abu,
mengalirkan bait bait yang syahdu,
walau di sini tanpa hadir mu,
dirimu bak cermin diriku,
banyak kesamaan di antara kita,
entah bagaimana cara tuhan menyamakan itu,
yang pasti dirimu akan menjadi yang terhebat dalam dunia mu,
sang waktu mungkin akan memberikan jawabannya,
tentang bagaimana langkah kau yang begitu tertata,
demikian sebuah bait puisi untuk mu,
dengan terbatasnya pengetahuan ku tentang mu,
tak membuat puisi ini mati dalam kaku,
akan lebih indah jika kau lantunkan dengan suara mu nan merdu.
_fzl
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H