Mohon tunggu...
Fazira Maharani
Fazira Maharani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di Bawah Naungan Pohon Beringin Tua

2 Juni 2024   12:37 Diperbarui: 2 Juni 2024   12:42 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di Bawah Naungan Pohon Beringin Tua

Langit sore berwarna jingga, dihiasi indahnya nuansa merah jambu dan ungu. Sinar matahari mulai meredup, menampakkan dedaunan pohon beringin tua raksasa yang berdiri kokoh di taman kota. Seorang lelaki tua bernama Pak Hasan sedang duduk di bawah naungan pohon rindang itu. Wajahnya yang keriput mencerminkan pengalaman hidupnya yang panjang, dan matanya yang gelap memancarkan kebijaksanaan.

Pak Hasan adalah sosok terkenal di taman. Setiap sore, ia selalu duduk di tempat yang sama, merasakan angin sepoi-sepoi dan memperhatikan orang-orang lewat. ia selalu membawa buku-buku tua favoritnya, dan membacanya dari waktu ke waktu, tersesat dalam dunia cerita yang penuh petualangan dan keajaiban.

Suatu sore, Pak Hasan sedang duduk di bawah pohon beringin tua seperti biasa. ia membuka buku itu dan siap terjun ke lautan kata-kata. Namun, perhatiannya teralihkan oleh tangisan seorang anak kecil. Ketika ia menoleh ke arah suara itu, ia melihat seorang gadis berusia sekitar 8 tahun duduk di bangku taman dengan air mata berlinang. 

Pak Hasan menghampiri anak itu dengan langkah pelan. "Nak, kenapa kamu menangis?" tanyanya pelan. Gadis itu terdiam beberapa saat, ragu untuk menjawab. "Boneka kesayanganku hilang," isaknya. " Aku sudah mencari kemana-mana, tapi aku tidak menemukannya". Pak Hasan duduk di samping anak itu dan menepuk pundaknya dengan penuh kasih saying. "Jangan sedih, Nak.", "Ayo kita cari bonekamu bersama-sama,'' katanya penuh semangat. Keduanya pergi mencari boneka yang hilang.

Pak Hasan bertanya kepada orang yang lewat di taman, tapi tidak ada yang melihat boneka itu. Mereka mencari di bawah bangku, di balik semak-semak dan bahkan di pepohonan, namun tetap tidak dapat menemukan boneka itu. Gadis itu mulai putus asa. Dia menangis lagi, kali ini lebih keras dari sebelumnya. Pak Hasan memeluknya erat dan berkata: "Jangan khawatir nak. Aku akan mencari bonekamu." Tiba-tiba Pak Hasan melihat sesuatu yang berkilauan di bawah sinar matahari yang mulai memudar. Dia melihat ke bawah dan melihat boneka beruang coklat kecil tergeletak di rumput. Boneka itu kotor dan sedikit basah, tapi itulah boneka yang dicari gadis itu. Saat gadis itu melihat bonekanya, dia langsung melompat kegirangan. Ia memeluk boneka itu erat-erat dan mengucapkan terima kasih kepada Pak Hasan. Pak Hasan tersenyum dan berkata: "Lihat, Nak? Aku bilang kita akan menemukan bonekamu". 

Anak Perempuan itu sangat senang, ia berlari ke sana dan ke mari, ia bermain dengan bonekanya dengan riang gembira. Pak Hasan duduk di bawah pohon eringin memandangi anak itu dengan penuh kebahagiaan, ia menyadari bahwa kebahagiaan orang lain bisa membuat dirinya Bahagia.

Matahari terbenam, juga menandai berakhirnya hari . Pak Hasan menutup bukunya dan pulang, ia tersenyum pada gadis itu dan berkata, "Hati-hati ya, Nak. Jagalah bonekamu dengan baik." Anak Perempuan itu melambaikan tangannya ke arah Pak Hasan dan berkata, "Terima kasih, pak. Selamat malam!."

Pak Hasan berjalan pulang dengan langkah ringan, hatinya dipenuhi kedamaian dan kebahagiaan. ia merasa telah melakukan sesuatu yang berharga karena dia membantu orang lain. Ia tahu besok ia akan kembali ke taman dan duduk di bawah pohon beringin tua, menunggu cerita baru terkuak di depan matanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun