Mohon tunggu...
Fazil Abdullah
Fazil Abdullah Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu berat, Sayang. Kau harus sediakan waktu dan dunia, yang seringnya tidak bersahabat.

Cerpen Perempuan yang Meminta Rokokmu dan Mogok di Hutan mendapat penghargaan dari Kompasiana (2017 dan 2018). _____________________________________________ linktr.ee/fazilabdullah 👈 merupakan pintu masuk menuju dunia karya saya. silakan masuk dan jelajahi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Yang Berjuang di Balik Sunyi

19 Agustus 2024   20:54 Diperbarui: 19 Agustus 2024   21:10 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahkan, berpura-pura tersenyum, berpura-pura terlihat baik-baik saja, aku pun tak bisa lagi. Aku benar-benar hancur.

Aku seharusnya berbicara, berbagi beban ini, meminta bantuan dengan seseorang. Tapi aku takut, takut dianggap lemah, takut mengecewakan orang-orang yang percaya padaku. Mereka tak bisa membantuku. Mereka cuma bilang, kuat-kuatin diri. Di situ, aku merasa makin sakit. Kata-kata tak semudah saat dilakukan.  

Akhirnya, aku mencapai titik hancur. Aku tak sanggup menahan lagi. Aku ingin tekanan ini keluar dari kesadaranku.  

Maafkan aku, Ibu, Ayah. Maafkan aku, teman-teman. Aku tidak bermaksud menyakiti kalian.

Maafkan Aku Tuhan. Ampunilah aku. Aku tidak sanggup. Sungguh. Jagalah Ibu dan Ayah agar tetap kuat dan penuh cinta serta bahagia selalu.

Maya

Setelah selesai menulis, Maya menatap surat itu dengan nanar. Air matanya jatuh membasahi kertas, meninggalkan noda-noda kelabu. Ia lalu mengambil sebotol obat tidur dari laci meja, menuangkan ke genggaman telapak tangannya.

Dengan satu gerakan cepat, Maya menelan pil-pil obat-obat tidur, lalu merebahkan diri di lantai. Ia memejamkan mata, berharap bisa tertidur selamanya, terbebas dari semua rasa yang menghimpit. Di luar, hiruk-pikuk rumah sakit terus berlanjut, tak peduli pada perjuangan sunyi yang terus memanggil tanpa terdengar.

Beberapa saat kemudian, Dr. Indra, yang merasa ada yang tidak beres pada Maya, berjalan menuju ruang Maya. Ia mengetuk pintu beberapa kali, namun tak ada jawaban. Khawatir, ia mengintip melalui kaca pintu dan melihat Maya tergeletak di lantai, botol obat berserakan di dekatnya.

"Maya!" teriaknya, panik. Ia menggedor pintu dengan keras, namun tetap tak ada respons. Tanpa pikir panjang, ia mengambil kursi terdekat dan menghantamkannya ke kaca pintu hingga pecah. Koridor itu gaduh.

Dr. Indra bergegas masuk, jantungnya berdegup kencang. Ia berlutut di samping Maya, memeriksa denyut nadinya yang melemah. "Maya, bangun!" serunya, suaranya bergetar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun