Tapi, saya curiga publik figur yang sedang cari sensasi itu tidak peduli lagi reputasi. Yang penting mereka dapat sorotan media dan kemudian dapat panggung di televisi. Ya sudahlah kalau begitu.Â
Yang sangat disayangkan, ada masyarakatnya yang katakanlah jenuh dengan yang  hari-harinya, menyukai hal-hal kontroversial atau perseteruan artis demikian. Seru. Menikmatinya. Media pun membumbui dan suka menayangkan hal demikian karena mendatang pundi-pundi duit.
Alangkah miris lagi jika sikap publik figur itu, dikira masyarakat kita wajar dan bisa ditiru kapan-kapan. Mereka pun melampiaskan masalah pertemanan, keluarga, atau sosial dengan menjelekkan atau memburukkan di medsos. Kalau tanpa pikir panjang, sikap itu bakal dapat menyebabkan masalah hukum. Apa yang dilampiaskan tentang seseorang, bisa dianggap tuduhan penghinaan atau pencemaran nama baik seseorang. Kedua tindakan ini dapat dijerat dengan hukuman pidana atau denda.
--
Kita berharap publik figur punya rasa tanggung jawab sosial atas apa yang dikatakan dan dilakukan di media sosial. Apa yang dilakukan tidak hanya berdampak buruk buat reputasinya, korbannya, melainkan buat masyarakat khususnya remaja-remaja yang sedang mencari jati dirinya. Khawatirnya para remaja, anak-anak, meniru sikap-sikap publik figur itu tanpa memilah etis atau tak etis.
Perlu ditekankan bahwa membuka aib, keburukan, atau kejelekan teman atau rekan kerja di media sosial merupakan tindakan yang tidak etis, tidak profesional, dan tidak mencerminkan kematangan emosional.Â
Publik figur perlu memperhatikan etika, profesionalisme, dan kecerdasan emosionalnya dalam berkomunikasi di media sosial. Berhati-hatilah. Jangan sampai karena kecerobohan sikap di medsos, bisa-bisa diboikot atau di demo netizen. Netizen punya potensi itu lewat kekuatan media sosial. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H