Suara terengah-engah. Panjang. Pendek kemudian. Diikuti suara telapak kaki berlari. Suara anjing menggonggong di kejauhan. Suara ayam berkokok. Masih dini hari padahal.
Aku mendengar besi gerbang pagar beradu. Suara tubuh jatuh ke rumput dan semak. Maling? Tak seharusnya terang-terangan menimbulkan suara. Maling bekerja dalam senyap.
Siapakah ia yang memasuki halaman rumah kami?
Aku mengintip jendela. Tak tampak sesiapa di gerbang pagar. Lampu tak menerangi seluruh halaman. Atau ia sembunyi di sudut gelap, di bawah pohon mangga rimbun, atau bisa saja sudah di teras depan pintu. Tak luas halaman rumah kami. Kota memakan lahan-lahan. Menyempitkan hati. Lalu kita meluaskannya dengan dunia lain. Dunia maya.
Aku keluar kamar. Memasuki kamar Mama."Ma!" sekali saja kubangunkan, dan Mama langsung terjaga.
"Ada apa?" Mama mengucek mata sebentar, sambil memicing ke arahku.
Seseorang di luar, kataku. Mata Mama membuka penuh. Kaget dan cemas bercampur.
"Malingkah?" Ia bergegas bangkit. Mengikat piyamanya, mengikat rambut yang terurai.
"Sepertinya bukan," sahutku yang mengikutinya.
Mama ke dapur. Mengambil pisau besar di pantri. Melihat-lihat sesuatu yang lain. Penggorengan bergagang, teflon, lalu diserahkan padaku.