"Katakan padaku, apa yang kau sukai..."
Vannesa Moon selalu tersenyum jika membaca kembali kalimat itu yang diposting di instagramnya. Kalimat itu ia sertai gambar-gambar dirinya yang cantik, seksi, anggun, dan segala ungkapan netizen yang dilekatkan padanya.
Kadang ia memposting gambar dirinya hendak berenang sambil menciptakan kata-kata, "Setiap melihat kolam renang, selalu ingin berenang." Lain kali dia memposting gambar dirinya sedang gym, "Apalah arti cantik jika tubuh lemah." Pernah juga ia memposting dirinya sedang yoga; menunjukkan kelenturan, keseksian, keindahan, dan aura magnetis dirinya.
Ia cukup sadar akan tujuannya memposting semua gambar dan teks akan dirinya. Ia membentuk persepsi dan citra akan dirinya; tentang perempuan yang seksi, anggun, berkelas, cerdas, memancarkan kelembutan dan kasih yang kuat, luwes, serta ramah menyenangkan. Tujuan utamanya adalah memanggil dengan halus birahi purba para lelaki.
Persepsi dan citra adalah bayang pertama akan dirinya. Â Dari bayang pertama yang telah menancap di benak netizen, selanjutnya ia akan olah lagi menuruti imaji dan fantasi yang disukai netizen. Karena itulah, kalimat "Katakan padaku, apa yang kau sukai...?" sungguh menyenangkannya. Apa-apa yang disukai netizen menjadi bahannya untuk mengolah dan mewujudkan imaji dan fantasi netizen yang kemudian terpancing dan menjadi pelanggannya.
***
"Hai, Darling...," suara diseberang telepon begitu renyah dan semangat. Suara mucikarinya Vannesa. "Seekor ikan berhasil dipancing. Harga 80 juta, Cinnn.... Wew. Ikannya berada di akuarium Surabaya. Jadwalnya besok malam. Bisa 'kan?"
***
"Katakan padaku, apa yang kau sukai?" lembut, mengalun tenang nada suara Vanessa. Ditambah senyum, dan tatapan menyenangkan ditujukan pada lelaki pengusaha itu. Dengan telunjuk lentik, Vanessa sentuh dengan tenang dan pelan dahi, pangkal hidung, lalu turun lagi hingga ke dagu lelaki pengusaha itu.
***
Di akuarium, di tempat yang berbeda, istri lelaki pengusaha itu sedang bersama pria muda. Istri itu pun punya imaji dan fantasinya akan pria.
Televisi yang sempat dinyalakannya, menayangkan potongan sang motivator, "Hidup adalah menunda imajinasi. Imajinasi tertinggi dan terbaik yang pernah kita tahu adalah surga. Di sana segala imajinasi dan fantasi manusia bisa kita penuhi. Namun, setan yang tak sabaran itu, menciptakan segera imajinasi dan fantasi di dunia fana ini untuk mengalihkan dan menyesatkan kita dari yang abadi demi kesenangan...."
Sang istri segera mematikan televisi. Pria muda itu mendekatinya dengan tersenyum dan tatapan menyenangkan, Â "Katakan padaku, Honey..., apa yang kau sukai?"Â
***
Bener Meriah, Aceh, 10 Januari 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H