Mohon tunggu...
Fazil Abdullah
Fazil Abdullah Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis itu berat, Sayang. Kau harus sediakan waktu dan dunia, yang seringnya tidak bersahabat.

Cerpen Perempuan yang Meminta Rokokmu dan Mogok di Hutan mendapat penghargaan dari Kompasiana (2017 dan 2018). _____________________________________________ linktr.ee/fazilabdullah 👈 merupakan pintu masuk menuju dunia karya saya. silakan masuk dan jelajahi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Pawang dan Gajah Bercucuran Air Mata

22 April 2017   14:31 Diperbarui: 23 April 2017   07:00 724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pawang mulai menetes air mata. Ia sapu dengan lengan bajunya.

"Sayang, kami sayang. Maafkan kami manusia yang salah ini. Banyak masalah antara kami sehingga melupakan dan tak menunjukkan kasih sayang kami pada kalian. Sekarang, mari kita berdamai. Melalui saya, kami masih peduli dan sayang pada kalian. Akan saya tunjukkan tempat baru kalian untuk habitat baru. Mohon mengalahlah bagi manusia. Hanya ada kehancuran jika kita saling berperang. Saya mohon sekali, mengalahlah. Saya akan tunjukkan hutan yang dekat sungai untuk kalian hidup."

Pawang itu mengalir air mata lagi. Ia tarik dalam rokoknya.

"Akhirnya, gajah mengalah. Setuju mereka pergi. Sementara beberapa ekor gajah yang masih tertinggal, nanti akan ikut mereka. Gajah berpesan soal gajah tertinggal itu, dan berkata pada saya, 'Jika gajah tertinggal itu masih merusak, mohon maklum dan maafkan gajah itu karena mungkin belum sampai pembicaraan kita ini atau masih marah dan kecewa. Tapi gajah yang segera pergi itu sudah pastikan bahwa gajah yang tertinggal itu akan ikut mereka. Jangan bunuh gajah yang tertinggal itu. Halau secara baik-baik. Maafkan dan maklumi gajah itu. Gajah yang tertinggal akan menyusul."

Pawang itu menatap kami. Yang menatap balik pawang hanya beberapa para pemilik dan penguasa tanah mukim kami. Lainnya menunduk.

Pawang melanjutkan, "Gajah sebelum pergi, berpesan pada manusia, berhati-hatilah dengan keinginan-keinginan kalian. Keinginan yang tak terkendali dan tak di-rem kelak akan membawa bencana."

***

Ketika hari menanjak naik, waktu shalat dhuhur hendak masuk, kami selesaikan acara pengusiran gajah. Pulang dengan pandangan tertunduk.

Setelah shalat dhuhur dan pawang pulang, beberapa warga ke warung. Di antaranya pemilik tanah, tetua, dan orang kaya di mukim kami. Di antara mereka sempat berkata, "Sudah berlebihan pawang itu bicara. Sudah mengkhayal dia. Seperti dukun saja dia bicara. Sampai-sampai meramalkan bencana. Jangan percaya sampai ke situ. Sudah syirik itu!"
***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun