Mohon tunggu...
Fazil Abdullah
Fazil Abdullah Mohon Tunggu... Administrasi - Menulislah bila itu cahayamu. (Instagram/fazil.abdullah

Cerpen Perempuan yang Meminta Rokokmu dan Mogok di Hutan mendapat penghargaan dari Kompasiana (2017 dan 2018). _____________________________________________ linktr.ee/fazilabdullah 👈 merupakan pintu masuk menuju dunia karya saya. silakan masuk dan jelajahi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lelaki dengan Parfum yang Menyobek-nyobek Hidungku

20 April 2017   05:55 Diperbarui: 24 April 2017   00:00 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Shutterstock/igor.stevanovic

By the way, kenal saya?” tanyanya masih dalam kesantaian dan senyum.

Nah, lihat! Aku tak tahan untuk tak tertawa dalam hati mendengar pertanyaannya. Terbukti sudah. Pertanyaannya menunjukkan ekspresi resah karena aku acuh tak acuh padanya. Membuatku pun jatuh pada kesimpulan bahwa narsisistik telah bercokol dalam pribadinya.

Kau tentu telah tahu, tapi entah kau sadari, bahwa pribadi narsis sesungguhnya rapuh dan hampa di kedalamannya. Kekuatan jiwanya  bergantung pada perhatian, pujian, dan pujaan orang-orang. Ketika itu tak didapat, jiwanya menciut dan lemah. Sepi dan terpuruk jiwa.  Kusarankan, kau harus berpikir ulang dan bersihkan pemujaan keterlaluanmu padanya. Dirinya hanya menularkan kerapuhan bagi jiwamu. Camkan!

Aku sangat ingin bersikap kurang ajar, mempermainkan dirinya dengan menjawab sinis, “Tidak, aku sama sekali tak mengenalmu. Emang penting banget apa kenal situ? Mau artis kek, mau bos kek, mau dukun kek,  I don’t care!” Tak puas dengan kata-kata itu saja, ingin kutambah lagi dengan menusukkan pertanyaan balik padanya, “Dan kau, apa mengenalku?!”

Kau tahu, pribadi narsisistik pikirannya hanya terpusat pada dirinya sendiri. Ia hanya lebih aktif mengenalkan dan dikenal dirinya saja. Sementara orang lain tak dikenal, terlupakan, bahkan tidak terpikirkan sama sekali. Dunia hanya terpusat ke dirinya.

Menyelami kedalaman dirinya membuatku –lagi-lagi--  tergelitik hati. Aku ingin tertawa.  Pikiran liarku sempat membayangkan lelaki ini  jatuh pada keadaan putus asa karena tak mendapat pujian dan pujaan dariku lalu menceburkan diri ke sungai. Sebelum ia menceburkan diri, sempat berkhayal jadi bunga yang akan SELALU disukai dan dicintai manusia. Seperti kisah mitologi Narciscuss itu. Akan tetapi, dalam bayang ceritaku, ia tak jadi bunga malah mati tragis dimangsa buaya.  Hahaha.  Parahnya lagi, saat dimangsa buaya, masih saja bermimpi bahwa manusia akan menangisi dan iba padanya yang mati dengan tragis. Huaaahahahaha…..

Oh my God. You aresinger!!” Tak lupa kusebut namanya. Nada suaraku kubuat terdengar terkejut sambil telapak tanganku menyentuh pelipis dan bergerak lepas ke udara seperti gerak yang diperagakan aktor-aktor India saat bicara. Aku menjabat tangannya dengan erat dan mengayun-ayunkannya. Belakangan aku malu sendiri dengan tingkah lebayku ini.

Keterkejutanku yang mengandung kekaguman itu, memberi energi pada jiwanya. Kini semangat terpancar di matanya dan tersenyum puas di bibirnya, yang samar-samar ada sapuan lipstik. Ia pakai lisptik! Pujaanmu itu biasa pakai lipstik, ya, atau kau ada ide lain kenapa berlipstik bibirnya? Hmmm....

Yeah, I am!!” sahutnya semangat dan bangga. “Kau akan menonton konser saya?” tanyanya energik.

“Tidak.” Mau kukatakan tidak akan pernah. Tapi melihat matanya yang redup, aku buru-buru melanjutkan, “Tidak akan saya lewatkan. Akan saya tonton. Konsernya besok malam bukan? Saya sangat tidak sabar menontonnya. Oh, your song is so a beautifull. So touch my heart!”

Lagi-lagi, di belakangan waktu, aku jijik dan malu sendiri dengan kata dan sikapku yang bicara hanya demi melambungkan dirinya. Ia tak tampak menyadari apa yang sedang terjadi padaku. Ia tentu sibuk dalam khayal dan sensasi yang dirasakan dari penggemar yang memuja dan memujinya. Aku kembali yakin ia benar depresi. Mungkin kelak ketika tak ada yang memuja dan memujinya lagi, dia bakal masuk rumah sakit jiwa. Aku akan sering-sering menuliskan dia sebagai tanda belasungkawaku!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun