"Pendekar salah strategi. Lupa diri. Sekiranya tembakau tak dimusnahkah, negeri tak akan kacau dan sehancur begitu," kata Kura-kura Tua.
Burung Kumbara yang kaya pengalaman dengan petualangnya ke negeri-negeri jauh dan masa lalu, sangat tahu persoalan kehancuran negeri adalah keserakahan penguasa dan mementingkan selingkaran penguasa. Negeri pun timpang dan rapuh. Hancur bukan hebatnya kekuatan luar yang menyerang negeri, tetapi hancur karena lemahnya dari dalam negeri. Sesungguhnya kekuatan bisa dicari dan digalang, sementara kerapuhan dalam negeri adalah awal petaka kehancuran. Sekiranya kuat dalam negeri, bersatu padu, maka kekuatan sebesar apapun yang datang dari luar, bisa dihadapi. Namun tidak Negeri Cilukba. Sejak bunga terlarang bertubi-tubi diserang dan dihancurkan, sejak itu pula Negeri Cilukba semakin melemah dan kelak hanya tinggal mitos. Perang itu membuat Pendekar Datar Negeri Cilukba tewas.
Negeri Khayangan membawa kembali Putri ke Khayangan. Bunga terlarang yang bertubi-tubi diserang telah kehilangan daya magisnya, tidak diambil kembali. Bunga itu kelak hanya menjadi bunga bau atau bunga bangkai. Jauh ke depan kelak, bunga itu disebut rafflesia arnoldii. Penyebutan nama bunga bangkai dituturkan oleh penghuni Negeri Cilukba generasi kedua hasil keturunan generasi pertama sisa perang.
Peperangan tak dimenangkan oleh kedua belah pihak. Alien yang mendapat hasil keuntungan dari peperangan itu. Alien yang mulanya berhasrat menguasai bunga terlarang Negeri Cilukba menjadi sangat kecewa mengetahui bunga terlarang kehilangan daya magis. Maka, generasi pertama yang tersisa dari perang dijadikan budak-budak oleh pendudukan Alien. Penghuni Negeri Cilukba menjadi budak-budak Alien untuk bangun negeri baru yang kelak disebut Negeri Gerhana.
Negeri Cilukba hanya tinggal mitos bahkan tak tersebut lagi namanya dalam kisah tuturan. Hanya sepenggal cerita-ceritanya yang sudah terdistorsi waktu yang dituturkan turun-temurun. Misalnya, cerita tentang putri khayangan yang turun mandi ke danau; tentang hubungan antara kancil, kura-kura, buaya, kerbau yang terpotong-potong kisahnya, tak utuh; tentang pangeran katak yang rindu seorang putri berubah menjadi kisah punguk merindukan bulan.
Negeri Khayangan sebenarnya sudah merencanakan dan memperhitungkan yang akan terjadi ketika tembakau diminta dimusnahkan. Bukan maksud Negeri Khayangan hendak menghancurkan Negeri Cilukba dengan rencana itu. Ada pesan yang hendak disampaikan Negeri Khayangan yang tak mampu dicerna baik oleh Pendekar. Pendekar telah tertutup hasrat serakah menguasai dan melindungi kepentingan selingkaran pengikutnya itu. Negeri Khayangan telah memberi pesan, tanda, kunci, pokok masalah Negeri Cilukba di balik tembakau. Sekiranya bisa membaca pesan itu dan menyelesaikannya, makmur jaya Negeri Cilukba.
Adalah pesan yang hendak disampaikan Negeri Khayangan, sekiranya kemiskinan dimusnahkan terlebih dahulu, maka memusnahkan tembakau tak akan menimbulkan gejolak penghuni Negeri Cilukba. Akan tetapi, Pendekar Datar terburu nafsu memusnahkan tembakau demi melindungi bunga terlarang semata. Pendekar Datar celaka karena mengabaikan kesejahteraan penghuni Negeri Cilukba.
Semua yang terjadi dan menimpa Negeri Cilukba, Negeri Khayangan lepas tangan. Negeri Khayangan tak merasa berperan telah mengubah Negeri Cilukba tetapi negeri itu sendiri yang mengubahnya.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H