Mohon tunggu...
Fazil Abdullah
Fazil Abdullah Mohon Tunggu... Administrasi - Menulislah bila itu cahayamu. (Instagram/fazil.abdullah

Cerpen Perempuan yang Meminta Rokokmu dan Mogok di Hutan mendapat penghargaan dari Kompasiana (2017 dan 2018). _____________________________________________ linktr.ee/fazilabdullah 👈 merupakan pintu masuk menuju dunia karya saya. silakan masuk dan jelajahi.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Pengalaman Saya antara Susu dan Kopi

25 Maret 2017   07:59 Diperbarui: 28 Maret 2017   00:00 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Finlandia tercatat merupakan negara tertinggi warganya konsumsi susu. Rata-rata orang Finlandia  minum susu 361,19 kg/kapita tahun (nationalgeographic.co.id, 31/01/2014). Jauh berbeda dengan Indonesia. Di Asean, Indonesia merupakan negara terendah warganya konsumsi susu. Rata-rata per-kapita warga Indonesia konsumsi susu sekitar 12 liter/tahun, (wartaekonomi.co.id, 24/01/17). Saya sendiri, setelah hitung-hitung kasar, konsumsi susu pertahun sekitar 5 liter. Beda jauh dengan kopi, sekitar 180 liter pertahun. Data ini membuat saya merenung.Tak pernah saya memperhatikan soal konsumsi susu dan kopi. Apalagi hitung-hitung berapa sudah yang saya minum dalam setahun. Perhatian ini gara-gara lomba blog competition di kompasiana bersama INDOMILK. Dengan data itu, saya merenung kenapa saya dan masyarakat Indonesia kurang perhatian dan suka minum susu. Kalah dengan minum kopi.

Saya tarik runut ke masa kecil. Sejak kecil, sejak SD, tak dibiasakan minum susu. Setiap pagi adalah minum kopi dan roti. Kebiasaan ini karena dilatarbelakagi masalah  ekonomi orang tua. Susu mahal, tapi kopi murah. Akan tetapi, saat beranjak dewasa, ketika ekonomi diri sudah cukup baik dan segelas kopi sudah setara dengan segelas susu, saya masih saja memilih minum kopi. Jadi, bukan masalah ekonomi jika dibilang jarang minum susu.

Saya pikir-pikir lagi. Hanya karena kesukaan semata lalu menyingkarkan susu yang menyehatkan. Jelas, susu bagus buat kesehatan, bahkan Nabi Muhammad pun sudah mencontohkan dan mengarahkan umatnya minum susu. Nabi Muhammad sangat suka minum susu (dan madu). Ah, kenapa pula hal ini telah lama saya ketahui tetapi tak juga membuat saya rutin minum susu.

Saya merenung lagi. Ini berpunca dari masalah kebiasaan yang terbentuk. Kebiasaan minum kopi hingga menyukai kopi telah menyingkarkan minum susu. Ketika ke café, ke warung, bertamu, saya pesan minumnya adalah kopi (atau teh sesekali). Jarang sekali susu padahal ada pilihan untuk pesan susu. Saya sadari pula, kebiasaan minum kopi sejak kecil membuat saya kurang suka juga minum susu. Bukan kebanggaan saya bilang menyatakan kurang suka minum susu. Ini memprihatinkan. Sungguh.

Saya sebenarnya termasuk orang yang mau makan dan minum apa saja selama itu bergizi dan halal. Akan tetapi, soal minum kopi ini benar-benar telah mengalihkan sehat minum susu. Ah, sekiranya sejak kecil, orang-orang dan lingkungan terbiasa minum susu, tentu saya diingatkan terus untuk minum susu. Saya tak dianggap salah seratus persen kan ya, abai dan kurang suka minum susu?

Lebih lanjut, saya berpikir ke masyarakat. Saya selalu persepsi, Indonesia jarang minum susu karena mahal. Itu persepsi, prasangka. Fakta memang susu mahal. Akan tetapi, setelah melihat kebiasaan diri saya minum kopi, kurang suka minum susu, saya membayangkan banyak orang Indonesia juga seperti saya. Karena itu, saya simpulkan jika di Indonesia, penyebab rendah konsumsi minum susu, bukan ekonomi penyebab utama. Penyebabnya seperti saya ini, kebiasaan minum susu tak terbiasa saja karena teralihkan oleh minum kopi. Banyak warga Indonesia yang mampu secara ekonomi, tak juga minum susu rutin. Hanya diminum ketika dibutuhkan (bayi dan masa anak-anak).

Terus saya pikir-pikir lagi, ah jadi kesel saya. Begini keselnya, kenapa kebiasaan minum susu tak dibiasakan dan digalakkan padahal minum susu juga sunnah.Bukan kurma Arab saja yang termasuk sunnah dimakan. Jika digalakkan minum susu sunnah, saya yakin Indonesia tingkat konsumsi minum susunya tinggi. Usaha ternak sapi perah meningkat, dan produksi susu sapi tinggi. Ekonomi dan kesehatan meningkat beriringan. Nah ini keren. Tiga didapat dari susu; sehat, nyunnah,dan meningkatkan perekonomian. Keren ‘kan?

Soal ada warga kurang suka susu, bisa diatasi. Saya sendiri memang kurang minum susu karena mudah cepat eneg.Tak seperti minum kopi, tak eneg.  Kopi bisa saja terus diminum kalau tak ingat kesehatan dan tidur.

Sebenarnya solusi sudah ada buat saya supaya suka minum susu. Saat buat susu cair, campur kopi secuil saja dalam susu panas itu. Dengan secuil kopi, minum susu pun jadi tak eneg.Jadilah susu kopi (beda kopi susu). Jadilah, dua kebiasaan minum bisa dipadukan dan dijalankan sekaligus. Kebiasaan lama dipadukan dengan kebiasaan baru.

Jujur, kebiasaan minum susu belum juga terbentuk di diri saya meski sudah tahu tips minum susu supaya tak enegdan sudahtahu bahwa susu sehat. Akan tetapi, semoga dengan tulisan ini, saya dan orang-orang yang kurang suka dan tak biasa minum susu, menjadi diingatkan dan disadarkan lagi soal sehatnya minum susu. Apalagi kini punya pendorong baru bahwa minum susu itu sunnah nabi. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun