Jika terjadi perbincangan sehat dan tenang, malah ini ada hikmah. Selain kewaspadaan dan kehati-hatian terhadap yang terjadi di sekitar dari isu yang akan datang, hikmahnya keluarga dan masyarakat makin solid, kuat lagi kekeluargaan dan kebersamaannya secara positif. Ancaman keamanan anak dan isu-isu lain yang mengancam ketenangan jiwa orang tua dan masyarakat, tak bisa disikapi dan dihadapi sendiri juga bukan? Perlu kebersamaan untuk menangkal dan mengobatinya. Keluarga, tetangga, guru, dan seluruh masyarakat harus bersama menangkal, mengawasi, dan mengobati. Tapi bukan kebersamaan untuk bersama-sama mendzalimi dan menghakimi orang yang tak bersalah.
Terakhir, terkhusus ancaman pedolifia. Ini sebenarnya tanggung jawab dan peran keluarga inti yang tinggi. Perbincangkan ini dengan anak. Tak perlu dibuat waktu khusus untuk diperbincangkan. Setiap momen; sambil nonton, mau tidur, saat mandikan anak saat ke sekolah, saat apa dan kapan pun, saat anak sedang melihat, mendengar, bicara soal tubuh dirinya atau orang lain, di sanalah orang tua masuk dan mengkomunikasikan soal seks (tubuh). Sesuaikan komunikasi dengan daya tangkap anak.
Komunikasi seks (tubuh), menjadi sebagai benteng pertama, pertahanan pertama anak, pencegahan dini, agar anak tak polos-polos sekali soal tubuhnya. Jangan sampai polos saja ketika ada orang lain menyalahgunakan tubuhnya, tetapi si anak menganggap itu baik dan wajar saja. Anak harus dicerdaskan pula mengenai tubuh dan jiwanya sedini mungkin agar berkualitas diri lahir batin, dan juga tetap bersikap oke punya terhadap siapa dan apa pun pada yang sedang terjadi di lingkungan sekitar. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H