Mohon tunggu...
Fazil Abdullah
Fazil Abdullah Mohon Tunggu... Administrasi - Menulislah bila itu cahayamu. (Instagram/fazil.abdullah

Cerpen Perempuan yang Meminta Rokokmu dan Mogok di Hutan mendapat penghargaan dari Kompasiana (2017 dan 2018). _____________________________________________ linktr.ee/fazilabdullah 👈 merupakan pintu masuk menuju dunia karya saya. silakan masuk dan jelajahi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Wahai Pemimpin, Cakaplah Berkomunikasi

17 Maret 2017   00:02 Diperbarui: 17 Maret 2017   00:12 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Sang Pemimpin: 284, Kanisius, 2009

Beragam cara disebutkan untuk mencapai kecakapan berkomunikasi (secara lisan). Dua cara yang disarankan, yaitu 1) mengenali, memahami audiens (lawan bicara) secara khusus, dan 2) melebihkan porsi telinga untuk aktif menyimak daripada bicara.

Dua cara ini akan terhayati, jika pemimpin mampu menekan ego pribadi dan mengontrol emosinya. Tanpa berusaha menekan ego dan emosi pribadi, maka tak ada usaha memahami lawan bicara dan otomatis berarti rendahnya mendengarkan. Pada saat percakapan nantinya, percakapan menjadi bersifat posisional.

Percakapan posisional artinya percakapan menjadi bersifat “menjual dan mempertahankan pendapat diri”. Ini percakapan level rendah. Percakapan posisional semacam ini mengabaikan perspektif lawan bicara. Pemimpin berbicara “sebagai yang benar” untuk maksud mempengaruhi pendapat orang lain agar mengikutinya dan sejalan dengan pikirannya. Hal ini akan menimbulkan ketidakpercayaan tentang motif pemimpin. Jika pun diikuti, hanya kepatuhan karena rasa takut bukan karena kepercayaan dan semangat mencapai tujuan bersama.

Menekan ego dan emosi pribadi, berusaha mengenali lawan bicara dan lebih banyak perhatian menyimak, selanjutnya, akan terbangun percakapan yang lebih bersifat “berbagi dan menemukan.” Inilah percakapan ‘makam’ tinggi; interaktif, menyimak, terbuka dengan pendapat lawan bicara. Lalu menanggapinya dengan semangat berbagi, menjaga hubungan erat, dan menemukan yang ingin dicapai bersama-bersama. Percakapan makam ini menimbulkan trust (kepercayaan) dan kredibilitas terhadap seorang pemimpin.

***

Pemimpin ‘wajib’ menguasai kecakapan berkomunikasi. Kecakapan komunikasi pemimpin tidak dilihat secara sempit semata sebagai sarana untuk memberitahu, mempengaruhi, atau membuat orang lain berpikir seperti yang dipikirkan. Kecakapan berkomunikasi mengutamakan terjaga hubungan erat, pemahaman, dan kepercayaan antarsesama sekalipun ada perbedaan.

Kecakapan berkomunikasi pemimpin ini dituntut menghargai, memahami lawan bicara, dan lebih banyak mendengarkan, serta tidak menimbulkan permusuhan. Kecakapan komunikasi pemimpin harus mampu menginspirasi, memotivasi, dan mengarahkan bawahan atau masyarakat untuk bekerja sama demi tujuan bersama. Memiliki kecakapan akan mendapatkan trust (kepercayaan) dan kredibilitas sebagai pemimpin di mata bawahan dan masyarakat. ***

Sumber Referensi:

Clemer, Jim. 2009. Sang Pemimpin. Kanisius: Yogyakarta.

Vardiansyah, Dani. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Ghalia Indonesia: Bogor.

www.creatingwe.com/articles/720-what-is-conversational-intelligence

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun