Beragam cara disebutkan untuk mencapai kecakapan berkomunikasi (secara lisan). Dua cara yang disarankan, yaitu 1) mengenali, memahami audiens (lawan bicara) secara khusus, dan 2) melebihkan porsi telinga untuk aktif menyimak daripada bicara.
Dua cara ini akan terhayati, jika pemimpin mampu menekan ego pribadi dan mengontrol emosinya. Tanpa berusaha menekan ego dan emosi pribadi, maka tak ada usaha memahami lawan bicara dan otomatis berarti rendahnya mendengarkan. Pada saat percakapan nantinya, percakapan menjadi bersifat posisional.
Percakapan posisional artinya percakapan menjadi bersifat “menjual dan mempertahankan pendapat diri”. Ini percakapan level rendah. Percakapan posisional semacam ini mengabaikan perspektif lawan bicara. Pemimpin berbicara “sebagai yang benar” untuk maksud mempengaruhi pendapat orang lain agar mengikutinya dan sejalan dengan pikirannya. Hal ini akan menimbulkan ketidakpercayaan tentang motif pemimpin. Jika pun diikuti, hanya kepatuhan karena rasa takut bukan karena kepercayaan dan semangat mencapai tujuan bersama.
Menekan ego dan emosi pribadi, berusaha mengenali lawan bicara dan lebih banyak perhatian menyimak, selanjutnya, akan terbangun percakapan yang lebih bersifat “berbagi dan menemukan.” Inilah percakapan ‘makam’ tinggi; interaktif, menyimak, terbuka dengan pendapat lawan bicara. Lalu menanggapinya dengan semangat berbagi, menjaga hubungan erat, dan menemukan yang ingin dicapai bersama-bersama. Percakapan makam ini menimbulkan trust (kepercayaan) dan kredibilitas terhadap seorang pemimpin.
***
Pemimpin ‘wajib’ menguasai kecakapan berkomunikasi. Kecakapan komunikasi pemimpin tidak dilihat secara sempit semata sebagai sarana untuk memberitahu, mempengaruhi, atau membuat orang lain berpikir seperti yang dipikirkan. Kecakapan berkomunikasi mengutamakan terjaga hubungan erat, pemahaman, dan kepercayaan antarsesama sekalipun ada perbedaan.
Kecakapan berkomunikasi pemimpin ini dituntut menghargai, memahami lawan bicara, dan lebih banyak mendengarkan, serta tidak menimbulkan permusuhan. Kecakapan komunikasi pemimpin harus mampu menginspirasi, memotivasi, dan mengarahkan bawahan atau masyarakat untuk bekerja sama demi tujuan bersama. Memiliki kecakapan akan mendapatkan trust (kepercayaan) dan kredibilitas sebagai pemimpin di mata bawahan dan masyarakat. ***
Sumber Referensi:
Clemer, Jim. 2009. Sang Pemimpin. Kanisius: Yogyakarta.
Vardiansyah, Dani. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Ghalia Indonesia: Bogor.
www.creatingwe.com/articles/720-what-is-conversational-intelligence