Mohon tunggu...
Fazil Abdullah
Fazil Abdullah Mohon Tunggu... Administrasi - Menulislah bila itu cahayamu. (Instagram/fazil.abdullah

Cerpen Perempuan yang Meminta Rokokmu dan Mogok di Hutan mendapat penghargaan dari Kompasiana (2017 dan 2018). _____________________________________________ linktr.ee/fazilabdullah 👈 merupakan pintu masuk menuju dunia karya saya. silakan masuk dan jelajahi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Semua Candu Rokok, Melepasmu Aku Kehilangan Duit

14 Maret 2017   23:47 Diperbarui: 14 Maret 2017   23:50 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tameng rokok bertahan selalu mengatasnamakan petani tembakau. Sekiranya ubah saja petani tembakau jadi petani tomat, cabe gitu, misalnya, susahkah? 🙄🤔

Apa sesusah melepaskan ketergantungan negara dari pendapatan rokok-kah? Pada persamaan tertentu, masyarakat, perusahaan,dan negara sama-sama kecanduan rokok 😓.

Keuntungan terbesar ya ke perusahaan. Masuk ke perusahaan rokok, dibagiteruskan ke negara, media-media pengiklan, dan industri kreatif. Pedagang eceran dan petani itu berapalah penghasilannya dari rokok.

Ya, lihat saja pedagang eceran itu. Untung kadang seribu/duaribu perak dari modal beli rokok yang mencapai Rp 20ribu. Kadang bukan untung, malah buntung saat pelanggan rokok eceran lupa bayar atau ngutang.

Jadi, candu rokok, bukan hanya penyakit masyarakat. Ingat itu. Apalagi ngatain candu rokok terbesar dari kalangan orang miskin. Orang kaya itu sangat candu bagi hasil dari pendapat rokok loh...

Pendapatan rokok bikin candu pengusaha, media yang kecipratan iklan rokok, industri kreatif, dan tentu negara. Berapa biaya yang harus dicari negara jika melepas penyakitnya dari ketergantungan rokok?

Pada 2015, rokok merupakan penyumbang terbesar pendapatan cukai dengan kontribusi sebesar 96 persen, dengan nilai Rp 139,5 triliun dari total pendapatan cukai negara sebesar Rp 144,6 triliun. Pada kuartal 1 2016, pendapatan cukai terjadi penurunan. Penerimaan cukai di kuartal I 2016 Rp 7,9 triliun, turun 67 persen dari kuartal I 2015 (24,1 triliun). (www.kompas.com, 28 April 2016)

Gara-gara gak bisa "merokok" ini, negara udah gimana-gimana gitu. Sama kek orang belum merokok. Bayang kan? 🙄 Sama gak?

Tapi sepertinya pelan-pelan negara bisa melepaskan kecanduan sama rokok. Cukai dari rokok katanya tak lagi diandalkan. Ya pelan-pelan. Kalo libas segera, bakal kolaps semua pihak berkepentingan. Lalu, lagi2 nyalahi nanti orang miskin, petani tembakau bisa-bisa demo dan bikin rusuh. 😡

Petani dan pengecer tak lah begitu kolaps jika diganti cara dapat penghasilan. Yang paling kolaps ya negara, perusahaan, media, dan industri kreatif yang mendapat pemasukan dari rokok. Kan jadi kesulitan membangun lagi cara dapat duit buaaaanyak. Ya, kan? Gitu kan?

Mari kita nantikan RUU Tembakau. Semoga tidak demi kepentingan siapa gitu dengan tamengnya petani tembakau dan kini masyarakat miskin. Semoga bukan semata karena pelit, gak mau bagi duit dari penghasilan rokok ke pos kesehatan. Tapi benar-benar mempertimbangkan kemaslahatan masyarakat, terutama generasi muda. Mari aminkan. Aamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun