Mohon tunggu...
Fazil Abdullah
Fazil Abdullah Mohon Tunggu... Administrasi - Menulislah bila itu cahayamu. (Instagram/fazil.abdullah

Cerpen Perempuan yang Meminta Rokokmu dan Mogok di Hutan mendapat penghargaan dari Kompasiana (2017 dan 2018). _____________________________________________ linktr.ee/fazilabdullah 👈 merupakan pintu masuk menuju dunia karya saya. silakan masuk dan jelajahi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Kehilangan Diri Sejak Kepergianmu

1 Juli 2016   12:03 Diperbarui: 1 Juli 2016   13:57 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Merawat cinta kita | Dok. Pribadi

Usai kepergianmu, rumah kita telah didatangi banjir. Antara banjir karena hujan atau air mata, itu bisa kedua-keduanya. Ya, akulah yang banjir air mata itu.

Hari-hari hujan terus, hari-hari menangis terus. Terlalu cepat hubungan kita berakhir. Belum satu semester. Mawar yang kita tanam sebagai tanda cinta yang ingin kita rawat itu, pun baru saja berbunga.

Cinta ini baru penuh-penuhnya padamu, seperti baru mekar-mekarnya mawar kita. Lalu bayangkan yang baru mekar, ditebas diputus. Sisalah sakitnya mendarah di dada. Duhai yaaa kekasihku...

Bagaimana aku tak seluka ini, tak hilang diri. Sekiranya kau pergi setélah mulai mengelupas dan lepas pelan-pelan cinta seperti mawar yang nanti layu sendiri, aku bisa siap dan tak seluka ini. Aku bisa kuat. Tapi sekali lagi, ini baru mekar. Kau tebas tanpa ampun. Kau pergi dengan tiba-tiba.

Aku hilang diri ya kekasih, sejak kepergianmu. Aku telah dianjurkan berpergian oleh keluarga, oleh teman, agar tak tenggelam dalam kesedihan. Namun hari-hari hujan makin mengurungku di rumah. Alam seakan ikut menangis untukku dan mengikatku untuk menghayati luka dengan lebih dalam. Aku tak bisa bepergian dalam hujan. Ia tak membantuku menghapus luka, ia hanya membantuku menghayati luka. Oh duhai kekasih.... luka cinta ini menggetarkan tubuh, membuncahkan air mata.

Aku hilang diri. Aku menyibukkan diri di sini. Aku tak mau tenggelam dalam luka. Aku sibukkan diri dengan apa saja di rumah kita. Aku ingat mawar kita yang berhari-hari digenangi banjir dan diguyur hujan, tak lagi kita rawat. Aku khawatir ia bakal mati.

Maka aku bangkit dari kursi malasku. kupakai jas hujan yang kau sengaja beli buatku dan selalu kau siapkan saat aku pergi kerja (duhai... indahnya perhatianmu). Aku lihat payung biru di pojok pintu. Aku ambil payung itu. Payung yang kita beli saat kita kehujanan dan kita menikmati ketakutan yang mengasyikkan diciprat hujan. Kau merajuk dan merapatkan tubuhmu pada tubuhku. Serasa diri benar-benar telah jadi pelindungmu. Aku merasa sangat laki-laki.

Aku pakai juga sepatu boots yang sengaja kau beli yang kita gunakan saat hendak menanam mawar itu. Kau beli dua pasang. Sepasang lagi masih menunggumu untuk dikenakan. Ya kekasih...., kembalilah. Kembalilah. Bahkan sepatu boots itu ikut hampa, sunyi, terasing tanpamu.

Aku jatuh bertekuk dan kembali mengucur air mata. Ingus pun keluar. Aku tak pernah serapuh ini sebagai lelaki. Tapi kau benar-benar telah mampu hancurkan kekuatanku sebagai lelaki.

Ya kekasih... aku masih ingin kau kembali dan pegang bahuku dan tegakkan aku kembali. Kuatkan aku. Ini cinta masih penuh. Tak bisa hilang sebegitu saja meski kau selingkuh. Aku murka pada perbuatanmu, tapi tidak bisa murka pada cinta kita yang telah nyala.

Aku bangkit lagi, dengan susah payah. Di luar masih hujan dan banjir. Payung, jas hujan, dan sepatu boot melindungku. Aku keluar, melangkah dalam banjir, mengambil selang air yang tergantung di pohon mangga, dan menyiram mawar-mawar di taman kecil kita yang telah digenangi banjir.

Aku ingin merawatnya. Aku tak ingin mawar ini mati. Aku tak ingin mawar-mawar itu bermuram durja. Layu. Tak lagi cerah merah segar. Lihatlah langit kelabu dan hujan telah memurungkannya. Hujan dan angin merontokkan kelopaknya.

Aku siram semua mawar. Aku hanya ingin merawatnya untuk kau lihat; mawar masih hidup segar dan indah. Begitu pula wujud cintaku padamu. Maka aku ingin kau kembali dan melihatnya. Mari, kita rawat dan jaga cinta kita.

---

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun