MENANG DAN TAKWA MENUJU KEMENANGAN HAKIKI
Manusia adalah makhluk sosial yang menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri dan menjadi pemimpin bagi orang lain. Menjadi pemimpin berarti menjadi seseorang yang memiliki tanggung jawab lebih dalam hidup. Ada ungkapan dari Warren G. Bennis seorang pelopor studi kepemimpinan kontemporer mengatakan bahwa mitos kepemimpinan yang paling berbahaya adalah "bahwa pemimpin dilahirkan, bahwa ada faktor genetik yang untuk kepemimpinan. Itu hanya omong kosong yang pada kenyataannya kebenarannya adalah sebaliknya. Pemimpin sendiri bukan dari bawaan lahir melainkan diciptakan dan disiapkan (Bell, 2015). Menurut Wahjosumidjo (2002:105), kepemimpinan memiliki beberapa implikasi, antara lain: a. Kepemimpinan berarti melibatkan orang atau pihak lain, yaitu para karyawan atau bawahan (followers). Para karyawan atau bawahan harus memiliki kemauan untuk menerima arahan dari pemimpin. Walaupun demikian, tanpa adanya karyawan, tidak akan ada pemimpin. b. Seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dengan kekuasaannya (his or her power) mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang memuaskan. Para pemimpin dapat menggunakan bentuk-bentuk kekuasaan atau kekuatan yang berbeda untuk memengaruhi perilaku bawahan dalam berbagai situasi. c. Kepemimpinan harus memiliki kejujuran terhadap diri sendiri (integrity), sikap bertanggung jawab yang tulus (compassion), pengetahuan (cignizance), keberanian bertindak dengan keyakinan (commitment), kepercayaan pada diri sendiri dan orang lain (confidence) dan kemampuan untuk meyakinkan orang lain (communication) dalam membangun organisasi.
Prof. Komaruddin Hidayat dalam bukunya mengatakan, "Dalam Al-Qur'an (76): 9 disebutkan, Rasulullah berjuang siang malam dengan penuh tantangan dan rintangan, sama sekali tidak mengharapkan pujian dan balasan. La nuridu minkum jaza'an wa la syukuran. Pernyataan ini secara historis-empiris bisa dibuktikan. Nabi Muhammad yang semula merupakan pedagang sukses dan hidup serbacukup, kemudian meninggalkan semuanya demi membimbing umat ke jalan yang benar. Secara materi, hidupnya menjadi miskin, tetapi menjadi kaya berlimpah dengan ilmu, amal, dan cinta kasih kepada sesamanya. Kalau bukan karena dorongan cinta kasih, kekuatan apa yang bisa menggerakkan Muhammad selama 24 jam sehari semalam sampai umur hayatnya selalu memikirkan umatnya?" Maka pemuda milenial yang berharap pada Allah menjadi umat Rasulullah, sejatinya memaknai kemenangan sebagai timbangan amalan kebaikan yang jauh lebih primadona sehingga mengorbankan hal duniawi dan memprioritaskan hal surgawi, itulah kemenangan yang hakiki.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Komaruddin. 2019. Agama untuk Peradaban. Tangerang Selatan: PT Pustaka Alvabet.
Hamas, Edgar. 2015. Untuk Kalian yang Rindu Perubahan. Yogyakarta: Pro-U Media.
Izzudin, Abu Solikhin. 2008. The Way to Win. Yogyakarta: Pro-U Media.
Dzulfaroh, Ahmad Naufal. 2020. "Negara Mana yang Paling Parah Terdampak Resesi? Berikut Ini Daftarnya", https://www.kompas.com/tren/read/2020/09/14/153000965/negara-mana-yang-paling-parah-terdampak-resesi-berikut-ini-daftarnya?amp=1&page=2, diakses pada 09 November 2020 pukul 13.50.
Fadhilah, Hernawan Luthfi. 2019. "Peran Ekonomi Digital dalam Mewujudkan Indonesia Emas 2045", https://writing-contest.bisnis.com/read/20191201/557/1176024/peran-ekonomi-digital-dalam-mewujudkan-indonesia-emas-2045#:~:text=Ekonomi%20Digital%20mendorong%20perubahan%20pada,internet%20dan%20teknologi%20perangkat%20selular, diakses pada 09 November 2020 pukul 13.40.
Peramesti, Ni Putu Depi Yulia dan Dedi Kusmana. 2019. "Kepemimpinan Ideal pada Era Generasi Milenial", http://ejournal.ipdn.ac.id/JTP/article/view/413, diakses pada 09 November 2020 pukul 14.00.
Ambarwati, Amiroh dan Susilo Teguh Raharjo. 2018. "Prinsip Kepemimpinan Character of Leader pada Era Generasi Milenial", http://journals.usm.ac.id/index.php/philanthropy/article/view/1151/748, diakses pada 09 November 2020 pukul 14.10.