Tak sedikit orang bercita-cita menjelajajahi dunia. Mengenal budaya baru, melihat bangunan ikonik tiap negara dan bersentuhan dengan lingkungan baru. Setidaknya menjuju dulu negara-negara tetangga di kawasan Asia Tenggara.
Namun bagaimana jadinya, bila Anda justru menjadi korban penipuan turis atau yang juga dikenal sebagai "travel scam". Tak hanya kehilangan sejumlah uang, bahkan liburan Anda berujung menjadi bencana.
Seorang teman, Gigih Syukron (24 tahun) bercerita dirinya pernah magang di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Filipina selama Oktober 2018.Â
Acapkali, ia menerima laporan dari WNI yang menjadi korban penipuan turis ketika berkunjung ke negara yang berjuluk "Mutiara Laut Orien" itu. Modus yang paling sering ditemui adalah 'Taksi Argo Kuda'. Banyak oknum supir taksi di bandara yang melakukan praktik ini.
Padahal jaraknya yang ditempuh tidak terlalu jauh, tapi argonya terlampau mahal. Ternyata supir telah memodifikasi meterannya sedemikian rupa. Sehingga argonya melanju kencang bak 'kuda pacu'. Ini adalah model yang paling umum ditemui di seluruh belahan dunia.
"Jadi lebih aman, dipastikan dulu sebelum naik taksi. Atau dengan memesan lewat layanan trasnportasi daring," ujar Gigih.
Hal tersebut diamini oleh salah seorang travel blogger, Aji Sukma (29 tahun). Beberapa kali ia telah melakukan trip di sejumlah negara Asia Tenggara. Menurut dia, ada beberapa destinasi wisata yang tidak bisa dijangkau dengan angkutan umum masal. Akhirnya, ia memutuskan menggunakan Grab sebagau platform penyedia transportasi daring. #SelaluBisa #AplikasiUntukSemua
"Kalau pakai taksi konvensional tarifnya mahal. Jadi selain mudah dan tarifnya akurat, GrabCar jadi opsi pilihan transportasi online yang terjangkau untuk wisatawan," kata dia.
Selain itu, dengan Grab, para pengguna dari Indonesia tidak perlu lagi menginstal ulang aplikasinya atau mengunduh layanan Grab khusus di negara tujuan. Karena fitur Grab di dalam gadget mereka, akan menyesuaikan dengan sendirinya, baik posisi, bahasa dan mata uang.
Sebagai tambahan, Grab sendiri bisa digunakan di sejumlah negara di Asia Tenggara. Selain di Indonesia, juga hadir di Kamboja, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.
Sebenarnya apa lagi sih modus penipuan turis asing yang sering ditemukan? Memamg penting bagi para travellers memiliki wawasan ini. Namun menariknya ada beberapa fitur di aplikasi Grab yang bisa dimanfaatkan guna menghindari penipuan tersebut. Berikur ulasannya:
1. Penipuan Rental Motor
Tapi tanpa diduga, banyak dari mereka yang melakukan praktik penipuan. Modusnya, dengan mengikuti para pelancong yang sudah menyewa. Diam-diam mereka menggunakan kunci cadangan untuk mencolong motor dari penyewaannya sendiri. Nantinya, para pelancong akan diminta untuk mengganti motor yang terkesan hilang itu.
Belum lagi, para turis asing ini tetap harus memiliki lisensi mengemudi internasional. Bila tidak, ketika diperiksa oleh petugas kepolisian di tengah jalan, sepeda motor akan disita selama lebih dari sebulan. Sementara, para turis ini akan diminta untuk bertanggung jawab membayar biaya sewa saat disita. #SelaluBisa #AplikasiUntukSemua
Di antara solusi yang paling efektif ialah memanfaatkan fitur ojek online (GrabBike). Tinggal memesannya lewat aplikasi, Anda dapat menghindari risiko terjadi penipuan model tersebut.Â
Keputusan ini lebih aman, serta Anda juga dapat menjangkau tujuan dengan lebih cepat dengan biaya terjangkau serta sesuai aplikasi. Tidak hanya di Indonesia, GrabBike juga sudah beroperasi disejumlah negara lainnya. Â Dimulai dari Thailand, Vietnam, Myanmar dan akan diluncurkan juga di Malaysia.
2. Penipuan Hotel
Salah satu yang paling penting dipersiapkan ketika berlibur di luar negeri adalah akomodasi. Baiknya, jauh-jauh hari sudah melakukan reservasi. Kalau tidak, para travellers akan dibuat bingung oleh calo hotel sesampainya di bandara. Bahkan para supir taksi pun turut ambil bagian.
Seringkali supir justru akan merekomendasikan hotel-hotel yang relatif lebih mahal. Dengan begitu, para supir akan mendapat komisi yang cukup besar dari hotel yang bersangkutan.
Tidak hanya saat pemesanan, perlu diwaspadai hotel-hotel seperti yang berada di Vietnam -- dikenal suka menggandakan tarif saat check-out. Pihak hotel akan beralasan harga yang dikutip adalah per orang, bukan per malam. #SelaluBisa #AplikasiUntukSemua
Untungnya, Grab telah mengintegrasikan fitur Hotels untuk para pengguna. Berkolaborasi dengan Agoda dan Booking.com, keduanya memberikan Anda berbagai tawaran akomodasi di seluruh kawasan Asia Tenggara.Â
Sehingga Anda bisa rencanakan jauh-jauh hari dan membandingkan harga berdasarkan klasifikasi peginapan baik mewah, hotel, apartemen, vacation homes atau juga penginapan lokal milik warga. Jadi, pengeluaran Anda lebih terencana, jelas dan aman.
3. Harga Warung Makan Lokal Abnormal
Problem lain yang tidak bisa diremehkan adalah ketika mencari makan. Tidak sulit membedakan mana turis lokal dan turis asing. Ini seringkali dimanfaatkan oleh oknum warung makan lokal. Seringkali mereka memberikan harga yang terlampau tinggi untuk turis asing. #SelaluBisa #AplikasiUntukSemua
Oleh karena itu, ketimbang harus membayar dengan harga tak masuk akal, para travellers bisa memanfaatkan fitur GrabFood. Banyak pilihan makanan lokal yang tersedia, ditambah Anda tidak perlu lagi susah-susah menjangkau lokasinya. Layanan GrabFood ini sudah beroperasi di Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand dan Vietnam.
Atau bila Anda memilih untuk memasak makanan sendiri. Anda juga bisa memanfaatkan fitur GrabFresh -- untuk memesan bahan-bahan yang dibutuhkan, seperti sayuran, buah-buah, hingga kebutuhan sehari-hari. Untuk merealisasikan fitur ini, Grab telah bekerjasama dengan HappyFresh, dan tidak hanya beroperasi di Indonesia, bahkan juga di Thailand dan Malaysia.
4. Penipuan Tuktuk
Di tiap negara, tidak hanya bahasa dan budayanya yang beragam dan khas. Bahkan sebagian negara -- khususnya kawasan Asia Tenggara -- memiliki alat transportasi yang unik. Seperti Tuktuk di Thailand. Dari bentuknya, mirip bajay yang ada di Jakarta. Mempunyai 3 roda, hanya saja jendela terbuka lebar.
Bisa dibayangkan, ketika menaiki kendaraan itu sembari melewati daerah perkuilan Budhis di Chiangmai. Sensasi yang menggiurkan bukan? Namun di balik itu, banyak praktik penipuan (scam) yang dilakukan oleh supir Tuktuk. Dimulai dari tarif yang naik-turun, hingga tak jarang penumpang dibelokkan dari tujuan kita sebenarnya.Â
Dalam sebuah ulasan daring, pernah seorang turis minta diantarkan ke sebuah restoran yang terkenal, Somboon Seafood, Bangkok. Tapi oleh supirnya, justru diarahkan ke restoran yang lain yang kebetulan namanya mirip, "Somboondee Seafood".Â
Sesampainya, di daftar menu tidak tercantum harga. Hingga akhirnya turis bersama seorang kawannya hendak membayar dan diketahui totalnya mencapai THB 2500 (hampir sejuta). #SelaluBisa #AplikasiUntukSemua
Kabar baiknya, Anda dapat memesan Tuktuk melalui aplikasi Grab. Tentu, lebih terjamin keakuratan lokasi tujuan dan ongkosnya.
Tidak hanya Tuktuk, transportasi khas negara lainnya pun juga bisa dipesan. Di antaranya Remorque (sejenis delman yang ditarik dengan motor) di Kamboja atau ThoneBane (serupa bajay) di Myanmar. Bahkan di Indonesia juga sudah diluncurkan GrabBajay (Jakarta) dan GrabBentor (Medan dan Gorontalo).
Kendaraan klasik dan ikonik ini bisa menjadi pilihan wisatawan saat city tour nantinya.
Begitulah ulasan saya seputar penipuan turis yang sering terjadi khususnya di Asia Tenggara, serta manfaat fitur Grab guna mengantisipasinya.Â
Adapun yang masih ditunggu oleh masyarakat ialah saldo OVO -- sebagai salah satu opsi sistem pembayaran Grab -- bisa turut dikonversikan juga menjadi saldo dompet elektronik yang bisa dinikmati ketika menggunakan Grab di negara lain. Semisal, menjadi saldo RM Grabpay Credits, yang bisa digunakan di Malaysia.
Sehingga para wisatawan dan travellers tidak perlu susah-susah menukarkan uangnya. Selain itu, transaksi non-tunai (cashless) ini akan lebih memudahkan dan aman. Di antaranya dari modus penipuan 'klaim uang palsu'.
Biasanya para pedagang atau penawar jasa menyebut bahwa uang yang digunakan para turis untuk membayar palsu. Padahal dirinya sendiri yang menukarkan uangnya dengan uang palsu yang telah disiapkan.Â
Meski tidak mudah, baik dari segi teknologi maupun regulasi, diharapkan Grab turut mengembangkan dan merealisasikan sistem sistem pembayaran lintas mata uang tersebut.
Dengan begitu, Grab bisa terus berkembang dan memudahkan penggunanya. Serta visinya menjadi #SuperApp dan #AplikasiUntukSemua bisa terwujud.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H