Mohon tunggu...
Fahmi Aziz
Fahmi Aziz Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penikmat kata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Merunut Mataram Kuno di Mandiri Jogja Marathon

20 Mei 2019   01:23 Diperbarui: 20 Mei 2019   01:33 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lokasi perkiraan ibukota Mataram Kuno. Sumber: jogja.tribunnews.com

Ilustrasi Kali Opak di barat Candi Prambanan. Sumber: snowlife-elisa.com
Ilustrasi Kali Opak di barat Candi Prambanan. Sumber: snowlife-elisa.com

'Pendirian bangunan suci sebaiknya dekat dengan air (tirtha). Terutama di pertemuan dua atau lebih sungai, danau ataupun laut'. 

Begitulah aturan baku pembangunan candi yang disebutkan dalam Kitab Vastrusastra. Pedoman ini juga diterapkan oleh Raja Mataram Rakai Pikatan di dalam membangun Candi Prambanan.

Berdasarkan beberapa catatan sejarah, Candi Prambanan bahkan dibangun tepat di atas pertemuan dua sungai. Salah satunya adalah Kali Opak, yang saat ini berada di sebelah barat candi. Sementara satu sungai lainnya sekarang sudah tak terlihat akibat sedimentasi lahar pada saat letusan Merapi di masa silam. Lantas mengapa, posisi Kali Opak menjadi di barat candi?

Hal ini dijawab dalam sebuah kalimat di Prasasti Siwaghra, "Iwah Inalihaken" yang ditafsirkan '(aliran Kali Opak)  dialihkan (dari jalur aslinya)'. Fakta tersebut diperkuat dengan ditemukannya, alur-alur sungai purba yang melintas di timur bangunan candi utama berkedalaman empat meter, dan diprediksi karena sengaja diuruk.

Mungkin para peserta yang melewati Kali Opak tidak menyadari sungai ini ternyata menyimpan nilai historis yang tinggi. Terutama di awal pembangunan Candi Prambanan.

3. Candi Kedulan dan Tempat Mandi Raja Balitung

Candi Kedulan setelah dipugar. Sumber: travel.tribunnews.com
Candi Kedulan setelah dipugar. Sumber: travel.tribunnews.com
Menyusuri melalui rute full marathon MJM, para pelari akan melewati Jalan Raya LPMP. Tidak jauh dari sana terdapat Candi Kedulan (Parhyangan Haji). Berdasarkan Prasasti Tlur Ron, menceritakan bahwa Raja Mataram Kuno pada waktu itu, Raja Balitung pernah berburu perkutut di timur candi. Setelah itu raja mandi di pancuran dan baru beranjak pulang kembali ke kedaton (istana).

Seorang pakar epigraf UGM, Tjahjono Prasodjo mencari tahu di mana letak pancuran atau petirtaan yang dimaksud. Bersama rekannya hidroarkeolog UGM Susetyo Edy Yuwono, keduanya berhasil berhasil menemukan mata air (belik) yang diduga kuat sebagai lokasi pancuran Raja Balitung. Belik itu berada 400-550 meter sebelah timur candi, dan masuk ke Dusun Jongkangan, Desa Tamanmartani, Kalasan. Di sekitar belik ini ditemukan batu-batu andesit yang sudah diolah layaknya batuan candi. 

Bagaimana dengan situs pemandian atau petirtaannya? Tjahjono memperkirakan masih terpendam  sekitar 6-7 meter di bawah tanah. Sebagaimana Candi Kedulan dulu yang ditemukan terpendam sebelum akhirnya dipugar.

4. Pusat Kerajaan Mataram Kuno

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun