Ponorogo merupakan Kabupaten kecil dengan kekayaan wisata budayanya yaitu Reog Ponorogo yang terkenal sampai mancanegara, Kabupaten Ponorogo memiliki banyak sekali potensi wisata dan potensi kulinernya. Kabupaten Ponorogo juga memiliki banyak sekali potensi wisata alam, contohnya Telaga Ngebel, Air Terjun Coban Lawe, Tanah Goyang Pudak dan juga wisata gunung Beruk, selain itu wilayah Ponorogo terkenal dengan wisata kuliner seperti Sate Ayam Ponorogo, Jenang Mirah, dan juga Dawet Jabung. Berdasarkan potensi alam, wisata dan kulinernya, Kabupaten Ponorogo dapat dijadikan sebagai kabupaten yang berjuluk kota budaya, pariwisata dan juga kota kuliner.
Potensi wisata dapat ditingkatkan dengan mengupgrade atau meningkatkan sarana dan prasarana yang ada atau menambah sarana dan prasarana, atau dengan menambahkan inovasi-inovasi inovatif seperti tempat istirahat atau rest area, wifi corner dan juga dapat ditambahkan oleh oleh khas Kabupaten Ponorogo. Agar potensi pariwisata Indonesia dapat diakui di Indonesia bahkan di luar negeri, sebaiknya potensi pariwisata tersebut di promosikan melalui media massa, yaitu jejaring sosial media, media cetak bahkan media komunikasi elektronik, agar potensi pariwisata di wilayah Kabupaten Ponorogo dapat dikembangkan kedepannya .
Potensi wisata budaya dapat dikembangkan dengan tujuan untuk mengenalkan ke dalam negri maupun luar negri  tradisi yang ada di wilayah Kabupaten Ponorogo, seperti tarian khas daerah Ponorogo, dengan menunjukkan ciri khas tari tersebut, serta mewujudkan budaya generasi baru untuk kedepannya dan untuk melindungi seni tari tersebut. Jenis potensi wisata yang ada di Kabupaten Ponorogo tidak hanya berupa tarian, tetapi juga batik celup dan kerajinan lainnya. Karena kini banyak peminat ragam batik celup khas daerah Ponorogo, maka citra batik daerah Ponorogo perlu dikembangkan. Untuk melestarikan keunikan budaya daerah Ponorogo, sebaiknya pemerintah mendirikan museum budaya yang meliputi Reog Ponorogo, miniatur warok, miniatur jatil, dan peralatan musik yang digunakan untuk mengiringi tari Reog Ponorogo tersebut.
Potensi wisata kuliner Daerah Ponorogo dapat dikembangkan melalui promosi agar potensi ini dikenal luas baik di dalam maupun luar negeri, sehingga perlu untuk menjaga potensi wisata kuliner tersebut. Kalau bicara tentang kuliner baru di daerah ponorogo memang butuh sesuatu yang baru atau lebih menarik, jadi bagi yang baru mengenal bisnis makanan di daerah Kabupate Ponorogo harus lebih kreatif dalam mengembangkan masakannya.
Potensi wisata di wilayah Kabupaten Ponorogo belum dikelola dengan baik dan belum optimal. Masih banyak potensi wisata di Kabupaten Ponorogo yang belum pernah dikelola oleh pemerintah maupun masyarakat yang tinggal di Kabupaten Ponorogo. Hal ini mungkin disebabkan oleh berbagai faktor yang menghambat pengelolaan potensi wisata, yaitu kurangnya dana dan kurangnya kesadaran masyarakat akan masalah ini. Pemerintah Kabupaten Ponorogo sendiri juga harus melakukan tindakan penanggulangan agar potensi wisata yang ada di Kabupaten Ponorogo agar semakin meningkat dan berkembang lebih baik lagi, dan dengan pengelolaan Pemerintah Kabupaten Ponorogo yang sesuai dengan masyarakatnya maka potensi wisata yang dikelola akan berjalan dengan baik. dan juga akan berdampak pada pendapatan masyarakat, yaitu pada peningkatan taraf hidup masyarakat yang tinggal di Kabupaten Ponorogo.
Berikut adalah pariwisata lokal yang ada di kota Ponorogo:
Yang pertama ada Telaga Ngebel. Telaga Ngebel adalah daya tarik utama Kabupaten Ponorogo, Telaga Ngebel memiliki pemandangan yang indah dan juga memiliki makanan ikan bakar. Tiket masuk wisata Telaga Ngebel adalah Rp. 10.000/orang dan Rp. 2000 untuk parkir kendaraan roda empat dan roda dua. Ada juga persembahan larungan sesaji, larungan sesaji ini merupakan kebudayaan tradisional yang dilakukan pada malam suro di Telaga Ngebel. Larungan Sesaji sendiri merupakan tradisi masyarakat sekitar danau untuk menimbun hasil panennya, Larungan Sesaji dibentuk seperti kerucut, kemudian dibawa untuk mengitari danau dan yang terakhir atau Larungan Sesai itu dibawa ke tengah danau. Tradisi Larungan Sesaji adalah tradisi yang telah turun temurun, karena masyarakat wilayah Telaga ngebel memegang teguh tradisi dan kepercayaan dengan maksud untuk mensyukuri rizki yang melimpah.
Yang kedua ada Desa wisata Karangpatihan. Desa Karangpatihan memiliki banyak potensi wisata di dalamnya. Desa Karangpatihan ini juga dikenal sebagai Kampung Idiot karena sebagian besar masyarakat di desa tersebut adalah penyandang disabilitas atau difabel, namun sejak tahun 2012 desa ini mulai berkembang dan juga dikenal sebagai desa wisata. Banyak potensi wisata yang disediakan di desa ini seperti Reog, gajah gajah, wisata air terjun Domimang, wisata watu pecah dan wisata desa Karangpatihan yang paling terkenal adalah wisata Gunung Beruk.Gunung Beruk sendiri awalnya hanya berupa gunung yang berisi pepohonan saja, namun dengan kegigihan penduduk desa Karangpatihan, akhirnya mereka berhasil mengubah gunung tersebut menjadi tempat yang indah untuk rekreasi atau wisata. Gunung Beruk sendiri memiliki air terjun, rumah pohon, serta spot atau area foto dan tempat warung makan. Untuk tiket masuk gunung Beruk, hanya perlu membayar Rp. 5000/orang. Dengan biaya yang relatif terjangkau yaitu 5.000 orang/orang, wisatawan memiliki fasilitas yang lengkap seperti kamar mandi, kursi bambu, gubuk untuk beristirahat, dan juga selain itu ada panggung yang sering digunakan untuk acara-acara besar.
Sedangkan yang ketiga ada Masjid Tegalsari. Masjid Tegalsari terletak di Desa Wonoketro, Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo. Masjid Tegalsari merupakan salah satu jenis wisata yang memiliki potensi budaya religi Islam. Bangunan Masjid Tegalsari berarsitektur campuran Jawa dan Hindu, Masjid Tegaklsari ini didirikan pada masa kepemimpinan Presiden Soeharto, dalam perkembangannya Masjid Tegalsari memiliki makna pada atap yaitu iman, Islam dan Ihsan. Masjid Tegalsari dapat dijadikan sebagai pembelajaran sejarah dengan mengetahui makna simbolik yang terkandung di dalamnya. Selain Masjid Tegalsari, ada beberapa madrasah di wilayah desa Wonoketro yang sering digunakan untuk mengaji dan juga melakukan kajian. Pada malam Jum'at, Masjid Tegalsari memiliki berbagai kegiatan seperti shalat malam (Tahajud) dan istigozah dan yang lainnya. Wisata Masjid Tegalsari ini tidak dipungut biaya jika ingin masuk, namun harus membayar biaya parkir Rp. 2000/kendaraan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H