A. Definisi Pemimpin dan Relevansinya Terhadap Gereja
Konsep pemimpin berasal dari kata dalam bahasa Inggris yakni leader dan kepemimpinan leadership. Pemimpin dalam pengertian luas adalah seseorang yang mempimpin dengan memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur, mengarahkan, mengorganisasi, mengontrol usaha / upaya orang lain melalui prestise, kekuasaan atau posisi. Sedangkan pemimpin dalam arti khusus adalah seseorang yang membimbing, mempimpin dengan bantuan berbagai kualitas persuasifnya dan akseptansi atau penerimaan secara sukarela oleh para pengikutnya [1].Â
Pemimpin merupakan seseorang yang berada dalam kelompok yang memiliki tanggung jawab untuk mengordinasikan kegiatan kelompok yang relevan, memberikan tugas atau mengarahkan dan berperan sebagai penganggung jawab utama.Â
Selain itu, pemimpin juga sering diketahui sebagai orang yang menerapkan prinsip dan teknik yang memastikan motivasi, disiplin, dan produktivitas serta melakukan kerja sama yang baik dengan anggota agar mencapai sasaran organisasi [2]. Pemimpin acapkali juga berperan sebagai pionir yang bersedia melangkah kedalam situasi yang tidak diketahui yang mempunyai visi yang jelas dan dapat menjadi penuntun dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin [3].
Suradinata (1997:11) berpendapat bahwa pemimpin adalah orang yang memimpin kelompok dua orang atau lebih, baik organisasi maupun keluarga. Sedangkan kepemimpinan adalah kemampuan seorang pemimpin untuk mengendalikan, memimpin, mempengaruhi fikiran, perasaan atau tingkah laku orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya [4]. Menurut definisi yang diutarakan oleh Suradinata, pemimpin dapat dianalogikan sebagai seseorang yang mengelola atau melayani sebuah kelompok mulai yang terkecil seperti keluarga hingga yang lebih besar seperti organisasi dan lain sebagainya. Jim Collin memberikan defenisi tentang pemimpin yang memiliki beberapa tingkatan, terendah adalah pemimipin yang andal, kemudian pemimpin yang menjadi bagian dalam tim, lalu pemimpin yang memiliki visi, tingkat yang paling tinggi adalah pemimpin yang bekerja bukan berdasarkan ego pribadi, tetapi untuk kebaikan organisasi dan bawahannya.
Berdasarkan beberapa uraian serta kutipan beberapa ahli, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa pemimpin adalah individu yang memiliki kemampuan serta memanfaatkan kemampuan tersebut melalui sikap dan perilaku yang mengarahkan dan memotivasi individu maupun kelompok demi mencapai tujuan organisasi melalui kesatuan pemahaman dan kerjasama antara pemimpin dan masing-masing anggota. Dengan kata lain, pemimpin adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi individu atau sekelompok orang lain untuk bekerja sama mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Implementasi pengertian pemimpin diatas dalam kehidupan gereja adalah tidak dapat dipungkiri bahwa gereja tentu memerlukan sosok pemimpin yang mampu bertanggung jawab penuh dalam mengarahkan dan mengatur parhalado serta jemaat gereja. Pemimpin gereja harus memiliki jiwa Kepemimpinan Spiritual apabila senantiasa berkomitmen terhadap gereja dan selalu dekat dengan gereja sehingga kegiatan yang dilakukan dalam gereja menjadi lebih produktif [5]. Jika pemimpin gereja memiliki jiwa kepemimpinan spiritual atau pemimpin tersebut marsahala, maka organisasi dalam gereja yakni parhalado maupun jemaat akan dapat diarahkan dengan baik dan membawa gereja yang lebih maju lagi kedepannya. Kita harus mengetahui dan tidak boleh lupa bahwa pemimpin dalam sebuah gereja adalah sarana utama yang digunakan Allah dalam menjaga orang-orang percaya supaya tetap ke arah yang benar dan mengerjakan hal yang seturut dengan kehendak Allah karena segala tanggung jawab yang dipercayakan Allah kepada Gereja telah dipercayakan-Nya kepada seluruh gereja-Nya.Â
B. Definisi Kepemimpinan dan Relevansinya Terhadap Gereja
Kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi orang lain dalam pencapaian tujuan dengan antusias. Kepemimpinan juga dapat didefinisikan sebagai proses yang dilakukan oleh seseorang dalam mengelola dan menginspirasikan sejumlah pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi melalui aplikasi teknik-teknik manajemen. Kepemimpinan adalah sebuah hubungan dimana satu orang mencoba mempengaruhi pemikiran, perilaku, dan kepercayaan, serta nilai-nilai orang lain [6]. Kepemimpinan juga pasti berlaku dalam kehidupan bergereja. Skenario kepemimpinan yang berlaku dalam gereja mensyaratkan pembagian tanggung jawab kepemimpinan dalam sebuah tim.Â
Harry S. Truman, mantan Presiden Amerika Serikat menyatakan "Leaderhip is action not position". Pernyataan tersebut dapat dianalogikan sebagai salah satu tugas pemimpin adalah menciptakan, menjelaskan, dan mencapai visi. Selain itu, Yukl (2015) dalam salah satu definisinya mengenai kemepimpinan menyebut bahwa kepemimpinan merupakan sebuah proses memberikan arti (pengarahan yang berarti) terhadap usaha kolektif dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran. Northouse (2018) memberi pernyataan: "influence a group of individuals to achieve a common goal" atau kepemimpinan adalah proses yang dilakukan oleh seseorang untuk mempengaruhi kelompok dalam mencapai tujuan bersama. Baik pernyataan dari Truman, Yukl, dan Northouse sama-sama berpedoman pada tujuan dan visi bersama. Beberapa pernyataan tersebut dalam aplikasinya pada gereja menuntut pemimpin dalam gerja harus mampu menciptakan sebuah aksi yang positif sehingga organisasi gereja tersebut mencapai visi dan tujuan yang ingin dicapai.
Kepemimpinan dalam gereja bersifat teologis yang dikarenakan kekuasaan para pemimpin bukanlah kekuasaan untuk memerintah, melainkan untuk melayani. Kepemimpinan gereja perlu memikirkan kehidupan keseharian jemaat dan memahami pergumulan sekaligus perjuangan hidup jemaat. Otoritas dan kekuasaan dalam gereja diterima atas dasar panggilan dan jabatan dalam tahbisan yang diemban, yakni para pelayan-pelayan gereja seperti Pendeta, Guru Huria, Diakones, dan Bibelvrouw [7]. Kepemimpinan dan kekuasaan dalam gereja juga bersifat ilahi, dimana kepemimpinan tersebut harus berlangsung dalam ketaatan pada roh (dibagasan paniroion ni tondi). Roh yang dimaksud akan menuntun pelayanan gereja untuk lebih cermat terhadap pergumulan jemaat dan tetap setia pada tujuan gereja yaitu untuk melayani. Kepemimpinan yang efektif dalam gereja sangat berpengaruh pada perkembangan gereja tersebut. Jika kepemimpinan dalam gereja merupakan kepemimpinan yang memiliki spiritualitas, memiliki Sahala, serta meneladani Kepemimpinan Kristus, maka gereja dalam perkembangannya menuju kearah yang lebih maju akan dapat terwujud dengan baik.Â
Rujukan
1. H.P. Fairchild, Dictionary of Sociology (New Jersey: Littlefield, Adams & Co, 1960), Hal. 35
2. F.A. Fiedler, A Theory of Leaderships Effectiveness (New York: Mc Graw-Hill Book Company, 1967), Hal. 70-71
3. J.M. Kouzes and B.Z. Posner, The Leadership Challenge, (San Francisco: John Wiley & Sons Inc., 2007), Hal. 24
4. https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/7018/Pemimpin-dan-Kepemimpinan-Kita.html, diakses pada 14 Maret 2021, Pukul 16.23
5. Benny Hutahayan, Peran Kepemimpinan Spiritual dan Media Sosial Pada Rohani Pemuda, (Sleman: CV Budi Utama, 2019), Hal. 44
6. Ibid
7. Riris Johanna Siagian, Agama, Spiritualitas Kepemimpinan, Gereja & Masyarakat, (Siborongborong: Lembaga Bina Warga HKBP, 2019), Hal. 60
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H