Anda pasti sudah familiar dengan istilah "disabilitas" dan "difabel". Kedua istilah ini digunakan untuk menggantikan istilah penyandang cacat dalam konteks yang lebih lengkap, untuk menggambarkan kondisi orang yang tidak dapat melakukan aktivitas sebagai orang sehat dan normal.Â
Alasannya, para penyandang disabilitas dikatakan terdengar lebih kasar dan cenderung merendahkan orang lain. Memang, antara orang cacat dan orang yang bisa menyebar, mereka digunakan untuk menggantikan istilah orang cacat dan sepertinya memiliki arti yang sama. Namun, ternyata kedua istilah tersebut cukup berbeda. Tahukah Anda perbedaan antara disabilitas dan kata sifat yang menggambarkan kondisi seseorang dengan disabilitas fisik ini?
Faktanya, istilah disabilitas mencakup gangguan, pembatasan aktivitas, dan partisipasi atau partisipasi. Disability bermula dari penyerapan kata bahasa Inggris "disability ordisables", yang menggambarkan suatu disabilitas atau defisiensi fisik atau mental, yang membatasi pasien dalam melakukan aktivitas.Â
Karena itu, disabilitas bukan hanya masalah kesehatan. Ini merupakan fenomena yang agak rumit, yang mencerminkan interaksi antara ciri fisik seseorang dengan ciri masyarakat tempat tinggalnya. Namun penyandang disabilitas tentunya memiliki kebutuhan yang sama dengan orang normal dan orang sehat, seperti imunisasi, pemeriksaan untuk mengetahui ada tidaknya penyakit tertentu, dll. Sayangnya, penyandang disabilitas masih belum memiliki akses layanan kesehatan dan fasilitas umum. Â
Lihat contoh sederhana ini. Galang adalah seorang anak laki-laki berusia 4 tahun dengan cerebral palsy, disebut spastic paraplegia. Kondisi abnormal ini membuat kaki Galang kaku, kencang dan sulit digerakkan. Dia bahkan tidak bisa berdiri atau bahkan berjalan. Di sini, ketidakmampuan Galang untuk berjalan adalah disabilitas yang dapat dikurangi dengan alat bantu jalan atau peralatan khusus lainnya.
Lalu, apa perbedaan antara difabel? Faktanya, difusibilitas adalah bentuk yang lebih halus untuk menggambarkan kondisi penyandang disabilitas. Mereka yang disebut dengan disabilitas memiliki kemampuan yang berbeda karena kekurangan atau kecacatannya, dan unik dibandingkan dengan orang yang sehat secara fisik.Â
Masih ambil contoh dari Galang, yang menderita cerebral palsy. Keadaan ini membuat Galang kesulitan untuk menjalankan tugas normalnya dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Situasi ini disebut difusibel. Singkatnya, ketika penyandang keterbatasan fisik dan mental mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas tertentu, yang membedakan adalah kondisinya.
Faktanya, baik disabilitas maupun disabilitas menggambarkan kondisi yang dirampas. Namun, istilah difabel terdengar lebih halus dan sopan, dan dapat menggambarkan situasi ini, karena itu membuat penyandang disabilitas sama dengan orang lain dengan kemampuan yang sama, tetapi mereka berperilaku berbeda. Sedangkan disabilitas hanya menggambarkan orang-orang yang tidak dapat melakukan aktivitas tertentu karena keterbatasannya.
Menurut referensi dari Wikipedia dan berbagai sumber lainnya, Hari Disabilitas Internasional merupakan acara peringatan internasional yang dipimpin oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa atau Perserikatan Bangsa-Bangsa sejak tahun 1992. Kemudian disepakati memperingati tanggal 3 Desember setiap tahun.Â
Memperingati Hari Disabilitas Internasional ini yang bertujuan untuk menyadarkan masyarakat akan isu-isu yang terkait dengan kehidupan penyandang disabilitas dan memberikan dukungan untuk meningkatkan martabat, hak dan kesejahteraan mereka. Acara peringatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penyandang disabilitas, menghilangkan stigmatisasi terhadap penyandang disabilitas, dan memberikan dukungan untuk peningkatan kemandirian dan persamaan hak penyandang disabilitas dalam segala aspek kehidupan.
Ternyata hari ini adalah Hari Disabilitas Internasional gais, ayo tingkatkan kepedulian dan rasa empati untuk mereka yang memiliki kekurangan, angan selalu menganggap mereka atau melabeli mereka dengan stigma negative. Mereka juga sama layaknya kita, memiliki hak yang sama, memiliki martabat yang sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H