Mohon tunggu...
Faza Nailun
Faza Nailun Mohon Tunggu... Psikolog - Younger Mom

Merubah hobi sambat menjadi hobi baca dan nulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Penyandang Disabilitas Peraih Predikat Cumlaude S1 dan S2

21 Oktober 2020   18:28 Diperbarui: 21 Oktober 2020   18:32 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Liputan6.com

"Nothing is impossible"

Ya benar sekali, tidak ada yang tidak mungkin selama kita masih hidup dan masih berpijak dibumi. Semuanya bisa digapai selama kita memiliki niat dan kemauan agar sampai pada tujuan yang kita inginkan. Memiliki semangat dan selalu memotivasi diri sendiri itu hal yang sangat penting pemirsa. 

Oh iya, aku pengen berbagi cerita untuk klean ya gais.. Jadi, aku barusan liat YouTube channel nya Trans7 Official acaranya Talkshow di Hitam Putih. 

Aku tertarik nonton itu karena berawal dari clickbait nya begini Penyandang Disabilitas Lulus S1 dan S2 Cumlaude waw aku terkejut sekaligus tercengang dongse. 

Dalam batinku, subhanallah begitu besar semangat dan kemauan nya untuk bisa jadi yang terbaik, apa kabar aku yang tidak kurang apapun tapi masih gini gini aja :( 

Oke langsung saja, ku ceritakan inti sari dari clickbait tersebut. Dilansir dari channel YouTube Trans7 Official pada bulan September 2018 lalu, Host dari acara tersebut yakni om Deddy Corbuzier mendatangkan seorang Bintang tamu yang sangat spesial dan mampu memberikan motivasi untuk para penonton nya, termasuk saya sendiri hehe. 

Luthfi Azizatunnisa, penyandang disabilitas tetapi mampu mendapat predikat Cumlaude S1 dan S2 nya. Luthfi seorang mahasiswa akhir yang bertempat tinggal di klaten, waktu itu menempuh pendidikan S1 di UNS. 

Pada tanggal 15 Agustus bisa dikatan bahwa hari malang-nya, mengapa demikian? Ia mengalami kecelakaan dijalan jogja-solo yang kemudian membuat dia patah ruas tulang belakang leher yang mengakibatkan kaki nya lumpuh dan mengalami mati rasa pada bagian badan nya. Tentu saja kejadian ini membuat Luthfi sempat down dan memiliki rasa trauma pasca kecelakaan itu. 

Namun, seiring berjalan nya waktu, Luthfi mengikuti terapi agar bisa menggerakkan jari jari tangan nya. Setelah mengalami kecelakaan tersebut, luthfi mengambil cuti kuliah nya selama tiga tahun. 

Kemudian, dirasakan luthfi bahwa ia tidak bisa jika harus berdiam diri dan tidak melanjutkan pendidikan nya itu, Luthfi pun kembali masuk kuliah untuk menyusun skrisipnya. 

Pada saat ia memutuskan untuk kembali masuk kuliah, tentunya perjuangan besar pun sangat terasa, berawal dari seorang ibu Luthfi yang rela mengantar nya setia hari dari Klaten ke Solo, dan juga ketika menaiki tangga kampus yang harus dibopong oleh ibunya. 

Semangat dan motivasi yang dimiliki Luthfi sangatlah luar biasa, banyak sekali dukungan yang diperolehnya. Dukungan dari keluarga yang sangat memotivasi Luthfi untuk semangat menempuh pendidikannya. 

Tak jarang juga terbesit rasa putus asa dalam diri Luthfi, namun itu ia sadari bahwa hal yang wajar. Tetapi tidak boleh terus menerus hanyut dalam rasa putus asa. 

Dengan keadaan fisik Luthfi yang sekarang, tidak membuatnya patah semangat untuk menggapai cita cita nya. Karena ia merasa bahwa semua orang yang berada didekatnya sama sama berjuang untuk kelanjutan hidup Luthfi. Dimulai dari seorang ibu yang terpaksa harus berhenti mengajar dari sebuah lembaga pendidikan anak karena kecelakaan yang dialami anaknya. 

Kemudian ibunya mau tidak mau harus belajar menyetir supaya dapat mengantar Luthfi untuk menyelesaikan pendidikan nya. Tak hanya seorang ibu saja, saudara kandung Luthfi atau adik nya juga begitu. Ia merelakan pindah kuliah yang awalnya di Bandung kemudian pindah Jogja supaya dapat membantu ibu dan membantu kakak nya. 

Luthfi semakin merasa terpacu untuk terus semangat tanpa henti karena berada didalam lingkungan yang sangat membantu dan banyak memberi motivasinya. 

Tentu bukan hal yang mudah menyeselaikan skripsi dalam keterbatasan fisik seerti ini, apalagi pada waktu itu Luthfi adalah seorang mahasiswa akhir dari jurusan Kedokteran UNS. Namun, Luthfi menanamkan pada benak nya bahwa 'keterbatasan bukan menjadi halangan untuk orang menuju kesuksesan'. 

Tak sampai disitu saja, berkat dorongan serta dukungan dari orang tua, juga keinginan Luthfi untuk belajar sangat lah besar. Luthfi melanjutkan pendidikan S2 nya di UGM dengan mengambil jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat. Begitu juga dalam proses studi nya, Luthfi tak luput dari bantuan seorang ibu yang selalu mengantar dan menunggu nya kuliah. 

Jarak tidak menjadikan alasan ibu dan Luthfi untuk mencari ilmu, "saya berangkat jam 5 pagi dan terkadang pulang nya jam 7 malam" ucap ibu Luthfi. Namun, yang namanya proses tidak akan menghianati hasil, Luthfi berhasil menyelesaikan studi S2 nya tepat Dua Tahun dengan predikat Cumlaude. 

Rasa bangga dan haru menyelimuti perasaan sang ibu, betapa bahagia nya selama 3 tahun berjuang akhirnya hasil yang dipersembahkan Luthfi sangat membanggakan. 

Dapat kita ambil kesimpulan bahwasanya, disabilitas bukan berarti tidak memiliki hak atau kesempatan yang sama untuk meraih cita-cita. Semua tergantung pada niat dan kemauan untuk menuju tujuan yang kita harapkan. 

Dan juga, menjadi sebuah motivasi untuk kita semua, supaya selalu bersyukur dengan nikmat yang diberikan Tuhan kepada kita. Kita sebagai individu yang memiliki fisik sempurna dan tidak kurang suatu apapun, alangkah lebih baik nya jika tidak kalah semangat nya dengan individu yang memiliki kekurangan. 

Sangat wajar jika memiliki rasa capek atau rasa jenuh dalam menempuh studi, namun jangan gunakan alasan ini untuk bermalas malasan. Tetap semangat meraih cita sahabat sahabat.

Mungkin sampai disini dulu tulisan saya atau bisa dikatakan kilas balik dari tontonan di YouTube yang beberapa waktu lalu menarik perhatian saya untuk melihatnya. 

Semoga dapat menambah semangat dan membangkitkan rasa juang menempuh studi nya untuk para khalayak pembaca. Terimakasih telah membaca artikel saya, sampai jumpa lagi  :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun