Tak terasa waktu sudah membawaku hanyut dalam naungan langit sore
Ku berjalan menyusuri bangunan tua yang masih kokoh berdiri meskipun catnya mulai lapuk
Langkah kaki seakan tau kemana ia harus melangkah
Terus kutarik jemari di sepanjang dinding hingga langkahku terhenti diam dan mematung
Biru.....warna yang tak asing dalam ingatanku
Ada sebuah ruangan yang tak asing dengan warna itu
Kucermati tiap sudut ruangan, perabotan dan bahkan sampah daun yang berserakan
Ku temukan tulisan tangan yang sudah terselimuti oleh kerak lumut
Ku kedutkan kedua mataku terpusatkan pada tulisan itu
Kubaca dan ku lafalkan kalimat itu
Bagai aroma bawang yang menusuk mata
Yang tak pernah mengundang air mata untuk keluar.
Sebuah pesan dari sekumpulan remaja malas yang tak tau akan kemana mereka nantinya
Yang tak ada harganyaÂ
Namun diliputi sebuah harapan kecil
Harapan yang memaksa penulisnya untuk kembali dengan mereka yang pernah berjuang bersama
"Bau busuk keringat kita pada hari ini akan menjadi wangi semerbak di pertemuan kita selanjutnya"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H