Mohon tunggu...
Pendidikan

Perbandingan Hasil Tracer Study 2018 dengan Kondisi Saat Ini

14 Mei 2019   06:09 Diperbarui: 14 Mei 2019   06:19 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1. Latar Belakang

Sebagai lembaga pendidikan, perguruan tinggi pasti memiliki tujuan untuk menghasilkan lulusan-lulusan yang memiliki kontribusi yang tinggi dalam dunia pekerjaan dan pada tujuan besarnya lulusan tersebut dapat membangun bangsa. Oleh karena itu, suatu perguruan tinggi akan melakukan usaha agar setiap lulusannya dapat membangun bangsa ini dalam bidang keilmuannya masing-masing, yang artinya setiap pendidikan kurikuler dan non-kurikuler harus dirancang sedemikian rupa agar setiap lulusan dapat memiliki keahlian sesuai yang diperlukan di masyarakat.

ITB sebagai salah satu perguruan tinggi di Indonesia juga menyadari hal itu. ITB senantiasa melakukan perbaikan dan pengembangan program-program kurikulum dan kualitas dari pendidikan. Salah satu cara ITB memperbaiki kualitas pendidikannya adalah dengan melakukan Tracer Study. Hasil dari Tracer Study akan menjadi masukan ITB untuk meningkatkan kualitas pendidikan kurikuler maupun non-kurikuler.

Tracer study di ITB telah dilakukan sejak tahun 2010 untuk tiga program studi, yaitu Teknik Elektro, Arsitektur, dan Perencanaan Wilayah dan Kota dengan target alumni angkatan 2003, 2004, dan 2005. Tracer study di ITB terus dilakukan dan mengalami perkembangan setiap tahun. Tracer study terakhir dilakukan pada 2018 dengan seluruh prodi dari angkatan 2011 dengan cara sistem kuesioner online.

Agar tujuan dari tracer study dapat tercapai, maka hal yang harus dipastikan dari hasil tracer study adalah apakah masih dapat diberlakukan untuk angkatan saat ini. Makalah ini akan menunjukkan apakah hasil dari tracer study ITB yang terbaru, yaitu hasil tracer study untuk angkatan 2011 masih dapat diberlakukan untuk angkatan pada generasi saat ini.

2. Metodologi

2.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Institut Teknologi Bandung pada semester genap tahun ajaran 2018/2019 sejak tanggal 6 Mei 2019 sampai dengan 14 Mei 2019.

2.2 Subjek Penelitian dan Data yang Diambil

            Subjek penelitian ini adalah mahasiswa S1 Institut Teknologi Bandung. Jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 53 orang. Data yang diambil dari subjek penelitian adalah nomor induk mahasiswa (NIM), besarnya indeks prestasi kumulatif (IPK) di semester 2 tahun ajaran 2018/2019, aktivitas yang diinginkan setelah lulus, kategori perusahaan yang diinginkan, bidang pekerjaan yang diinginkan, serta alasannya.

2.3 Alur Penelitian

Berikut adalah alur penelitian dari makalah ini.

Gambar 1. Diagram alir penelitian
Gambar 1. Diagram alir penelitian

3. Data

3.1 Data Tracer Study ITB 2018

  1. Analisis IP dan Pekerjaan

Hasil analisis nilai IP dan pekerjaan dari hasil Tracer Study 2018 adalah seperti Gambar 2.

gambar-2-5cd9f40a75065718e3611e69.jpg
gambar-2-5cd9f40a75065718e3611e69.jpg

Gambar 2. IP vs Pekerjaan

(Sumber: Report Tracer Study ITB 2018)

b. Analisis IP dan Kategori Perusahaan

Perusahaan yang akan merekrut pekerja akan melakukan seleksi awal dengan melihat dari parameter Indeks Prestasi mahasiswa atau IP. Standar IP perekrutan pekerja setiap perusahaan berbeda-beda, umumnya perusahaan multinasional memberikan syarat IP lebih tinggi dibanding perusahaan lokal dan perusahaan nasional. Hasil analisis Tracer Study ITB, dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 IP vs Kategori Perusahaan

(Sumber: Report Tracer Study ITB 2018)

3.2 Data Hasil Kuesioner

Kuesioner diisi oleh 53 responden sesuai dengan subjek penelitian. Pada kuesioner tersebut, responden diberikan beberapa pertanyaan yang berlandaskan data pada Tracer Study ITB. Terdapat pertanyaan mengenai IPK saat ini, aktivitas/pekerjaan yang diinginkan setelah lulus, kategori perusahaan (hanya jika memilih bekerja), bidang perusahaan (hanya jika memilih bekerja), dan alasan terhadap pilihan-pilihan tersebut.

Pertama, dilakukan pengolahan terhadap persebaran pilihan aktivitas/pekerjaan impian yang diinginkan setelah lulus. Dari 53 responden, mayoritas memilih untuk bekerja sekaligus berwirausaha dengan persentase 43% atau 23 responden. Diikuti dengan pilihan bekerja sebesar 34% atau 18 responden, melanjutkan studi sebesar 21% atau 11 responden, dan wirausaha sebesar 2% atau 1 responden. Grafik persebaran pilihan aktivitas/pekerjaan impian ini dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. IP vs Pekerjaan Hasil Kuesioner
Gambar 4. IP vs Pekerjaan Hasil Kuesioner
Kedua, dilakukan pengolahan data berupa perbandingan antara IPK dengan aktivitas/pekerjaan impian pilihan mereka. Hasil pengolahan data tersebut divisualisasikan dalam bentuk grafik boxplot dan tabel. Perbandingan antara IPK dengan pekerjaan impian dapat dilihat dari persebaran IPK responden yang memilih suatu pekerjaan impian tertentu. Grafik perbandingan tersebut dapat dilihat pada Gambar 5

Gambar 5. Boxplot IP vs Pekerjaan
Gambar 5. Boxplot IP vs Pekerjaan

Ketiga, dilakukan pengolahan data berupa pendataan jumlah responden yang memilih kategori perusahaan impiannya. Hasil pendataan diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu perusahaan lokal, nasional dan multinasional. Responden juga diperbolehkan untuk tidak memilih kategori perusahaan impian serta diperbolehkan untuk memilih kategori perusahaan impian lebih dari satu. Walaupun terdapat responden yang memilih untuk melanjutkan studi, responden yang memilih untuk melanjutkan studi tetap diperbolehkan untuk memilih kategori perusahaan impian mereka. Hasil pengolahan data persebaran kategori perusahaan impian dilampirkan pada gambar 6 di bawah ini. Dari 53 responden, sebanyak 9 orang atau sekitar 16,9% memilih untuk bekerja di perusahaan lokal. Lalu, sebanyak 28 orang atau sekitar 52,8% memilih untuk bekerja di perusahaan nasional. Sedangkan sebanyak 42 orang atau sekitar 79,2% memilih untuk bekerja di perusahaan multinasional.

Gambar 6. Persebaran Kategori Perusahaan Impian
Gambar 6. Persebaran Kategori Perusahaan Impian

Terakhir, dilakukan pengolahan data terhadap perbandingan IPK dengan kategori perusahaan impian. Hasil pengolahan data perbandingan IPK dengan kategori perusahaan impian diklasifikasikan menjadi 3, yaitu perusahaan lokal, nasional dan multinasional. Hasil pengolahan data perbandingan IPK dengan kategori perusahaan impian direpresentasikan pada gambar 7 di bawah ini.

Gambar 7. Boxplot IPK vs Kategori Perusahaan Impian
Gambar 7. Boxplot IPK vs Kategori Perusahaan Impian

4. Analisis Perbandingan

4.1 Analisis IP dan Pekerjaan

Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa perbandingan IP untuk alumni yang bekerja dengan alumni yang bekerja dan berwirausaha tidak berbeda secara signifikan. Demikian juga jika dilihat pada Gambar 5, rata-rata dan rentang IP dari mahasiswa yang ingin bekerja dengan mahasiswa yang ingin bekerja dan berwirausaha tidak berbeda secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa IP tidak menentukan apakah seorang lulusan dapat melakukan wirausaha sambil bekerja atau tidak.

Perbedaan Gambar 2 dan Gambar 5 secara signifikan terletak pada IP dari lulusan yang bekerja sebagai wirausaha. Pada Gambar 2 dapat dilihat jika lulusan yang berwirausaha memiliki rata-rata IP yang lebih rendah dibandingkan dengan lulusan yang mengambil pekerjaan lain, sedangkan pada Gambar 5 dilihat bahwa IP dari mahasiswa yang ingin berwirausaha saja lebih tinggi daripada mahasiswa yang ingin melakukan pekerjaan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan berwirausaha seseorang tidak ditentukan dari IPnya.

IP dari lulusan yang melanjutkan studi secara rata-rata lebih tinggi daripada lulusan yang melakukan pekerjaan lain. Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa memang rentang IP dari mahasiswa yang ingin melanjutkan studi lebih tinggi daripada mahasiswa yang ingin melakukan pekerjaan lain. Namun jika dilihat dari rata-ratanya, perbedaan IP lulusan yang melanjutkan studi tidak terlalu berbeda signifikan.

4.2 Analisis IP dan Kategori Perusahaan

Dari 53 responden, sebanyak 48 orang mencantumkan kategori perusahaan yang diimpikan. Adapun kategori perusahaan impian responden sejak awal diklasifikasikan menjadi 3, yaitu perusahaan lokal, nasional dan multinasional. Responden diperbolehkan untuk tidak mengisi sama sekali serta diperbolehkan untuk memilih lebih dari satu jenis perusahaan impian mereka.

Sebanyak 9 responden memilih perusahaan lokal sebagai kategori perusahaan impian mereka. Dari 9 responden tersebut, rentang IPK responden berkisar antara 2,75 sampai 3,73 sehingga diperoleh nilai rata-rata IPK sebesar 3,27 dan nilai tengah sebesar 3,3. Sebanyak 28 responden memilih perusahaan nasional sebagai kategori perusahaan impian. Dari 28 responden tersebut rentang IPK responden berkisar antara 1,28 sampai 3,99 sehingga diperoleh nilai rata-rata IPK sebesar 3,29 serta nilai tengah sebesar 3,36. Sebanyak 42 responden memilih perusahaan multinasional sebagai kategori perusahaan impian. Dari 42 responden tersebut rentang IPK responden berkisar antara 1,28 sampai 3,87 sehingga diperoleh nilai rata-rata sebesar 3,38 dan nilai tengah sebesar 3,47.

Dari ketiga pengelompokan kategori perusahaan impian yang ada, perusahaan multinasional memiliki jumlah pemilih yang paling banyak yaitu sekitar 42 orang, disusul dengan perusahaan nasional sekitar 28 orang dan perusahaan lokal dengan 9 orang. Jika kita hanya melihat dari aspek jumlah respondennya saja, maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan multinasional merupakan kategori perusahaan yang paling diminati. Selanjutnya, akan dibandingkan rata-rata IPK dari ketiga kategori perusahaan impian di atas. Perusahaan multinasional memiliki nilai rata-rata tertinggi yaitu sebesar 3,38 disusul dengan perusahaan nasional sebesar 3,29 kemudian perusahaan lokal sebesar 3,27.

Menariknya, jarak antara nilai rata-rata dan nilai tengah pada perusahaan multinasional merupakan yang paling besar dengan nilai 0,09 disusul dengan perusahaan nasional dengan nilai 0,07 kemudian perusahaan lokal 0,03. Hal ini disebabkan oleh adanya jumlah data pencilan/outliers pada kategori perusahan multinasional yang lebih banyak dan ekstrim dibandingkan kategori perusahaan lainnya.

Jika kita membandingkan hasil penelitian di atas dengan hasil tracer study tahun 2018 (alumni angkatan 2011), ternyata tidak berbeda terlampau jauh. Pada hasil tracer study tahun 2018, diperoleh bahwa kategori perusahaan dengan nilai rata-rata IPK tertinggi adalah perusahaan multinasional diikuti oleh perusahaan nasional kemudian perusahaan lokal. Adapun perbedaan dari hasil tracer study dengan hasil penelitian terletak pada perbedaan sebaran data nilai IPK serta perbedaan nilai pencilan/outliers yang ada. Perbedaan data yang ada disebabkan oleh perbedaan tahun angkatan pengambilan sampel. Penelitian dilaksanakan pada rentang tahun angkatan 2015 sampai 2017, sedangkan pada tracer study dilaksanakan pada tahun angkatan 2011. Selain itu, adanya perbedaan nilai pencilan bawah pada data penelitian disebabkan oleh pengambilan sampel diadakan pada mahasiswa yang belum lulus sehingga masih diperoleh nilai IPK yang sangat kecil yaitu sebesar 1,28 (masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki) yang tidak mungkin kita temui pada nilai IPK para alumni ITB.

  

5. Kesimpulan dan Rekomendasi

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan dari hasil penelitian pada makalah ini adalah:

  1. Secara keseluruhan, hasil kuesioner yang disebarkan kepada angkatan yang masih berkuliah di ITB tidak jauh berbeda dengan hasil tracer study ITB 2018, artinya hasil dari tracer study ITB 2018 masih dapat dipergunakan sebagai acuan dalam memperbaiki program-program ITB untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
  2. Perbedaan yang didapatkan dari hasil penelitian dengan hasil tracer study menunjukkan bahwa nilai IP tidak terlalu merepresentasikan pekerjaan yang diambil seorang lulusan dan kategori perusahaan tempat seorang lulusan bekerja.

5.2 Rekomendasi

Rekomendasi untuk ITB terkait hasil penelitian dari makalah ini adalah:

  1. Sebaiknya ITB secara nyata menjadikan hasil tracer study 2018 sebagai acuan dalam memperbaiki program untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
  2. Selain menganalisis hasil tracer study pada satu tahun, sebaiknya pihak ITB juga melakukan pengujian dan membandingkan perbedaan hasil tracer study yang didapatkan setiap tahunnya. Sehingga didapatkan pola perkembangan dari tahun ke tahun.

Rekomendasi yang diajukan untuk penelitian berikutnya adalah responden yang dilibatkan dalam kuesioner semakin banyak, dengan variasi dari bermacam jurusan dan persebaran IPK, hal ini akan menghasilkan data yang semakin valid.

6. Pustaka

ITB, LK. (2018). Report Tracer Study ITB 2018. Bandung: ITB.

Catatan:

Makalah ini dibuat oleh Kelas 8, Kelompok 6: 

Luqman Yusuf Bharoto  (13216101)

Muhammad Farhan         (13315094)

M Daya Imannata             (13316026)

Faza Lisan Sadida             (13316038)

Evelyn Immanuel              (13415104)

Faiz Ghifari Haznitrama (13515010)

untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah KU4078 Studium Generale.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun