Kostum dan Atribut Penari
Kostum yang dikenakan oleh penari Glipang bernuansa Madura, dengan rincian: odheng, baju berlengan panjang, rompi hitam, celana panjen ¾ lancor (kain panjang), stagen, ikat pinggang, sampur, dan gongseng (Dinar, 2019). Uniknya, penari menggunakan keris sebagai pelengkap atribut yang diletakkan dibagian belakang, sebagaimana orang Jawa menggunakannya. Keris adalah senjata khas Jawa. Namun, pada tarian Kiprah Glipang yang pakaiannya dominan Madura justru menggunakan keris, bukan clurit sebagai senjata khas Madura.
Tata Rias Penari
Rias yang ditonjolkan dari wajah penari ialah aura sangar seorang kesatria (pria). Kendati Glipang dimainkan oleh perempuan, rias wajah tetap menggunakan aturan rias dalam Glipang, yaitu memunculkan aura kegagahan seorang prajurit. Dengan mempertebal garis-garis wajah, melukis kumis dan jawes. Meskipun kemaskulinan yang ditampakkan dalam rias Glipang, tapi nilai yang terkandung di dalamnya lah yang perlu dirasakan. Prajurit. Pemberani. Jiwa kesatria. Entah Jawa, Madura, Pria, Wanita, Islam ataupun selainnya, wajib memperjuangkan kemerdekaan Bangsa Indonesia.
Dari awal berdiri, Tari Glipang mampu mempertahankan eksistensinya dalam gejolak zaman yang fluktuatif. Mulai dari masa kolonialisme, populernya budaya modern, westernisasi, hingga arus perpolitikan di Indonesia tidak menjadikan Kiprah Glipang punah. Justru terus mengalami perkembangan. Bahkan, saat ini Tari Glipang telah dimodifikasi oleh para pegiat seni. Hal itu dapat dibuktikan dengan munculnya jenis-jenis Tari Glipang baik dalam wilayah regional maupun daerah sekitar Probolinggo, seperti Tari Glipang Lumajang dan Glipang Rodhat. Namun, semua pemekaran dari Tari Glipang tersebut, tetap mengandung nilai substansial dari Tari Glipang aslinya. Di sinilah kesuksesan Sari Truno dalam mengemas Gholiban. Perpaduan karakteristik jiwa Madura, Jawa, dan Islam pada tarian ini, mejadikan kesenian Kiprah Glipang memiliki keunikan tersendiri yang tidak dimiliki oleh kesenian lainnya. Sari Truno mampu meletakkan unsur-unsur tersebut sehingga masyarakat Pendil khususnya, dapat menerima satu kesenian ini, yang kemudian Glipang terus mengalami perkembangan dan kemajuan sejak awal hingga saat ini. Bahkan, sukses menjadikannya sebagai icon Kabupaten Probolinggo.
      Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H