Werongko Ukir Tawur merupakan kerajinan sarung pisau yang dibuat langsung oleh seniman dari desa Jelun Kabupaten Banyuwangi. Seniman yang satu ini biasa dikenal oleh masyarakat desa dengan panggilan Pak Nashruddin.Â
Pak Nashruddin asli warga desa Jelun. Beliau Lahir di Banyuwangi tanggal 3 Juli 1973. Pak Nashruddin adalah Seniman Pelukis dan sekaligus Pengukir Wrongko Ukir Tawur.Â
Beliau sudah berkecimpung di dunia melukis kurang lebih 10 tahun. Pak Nashruddin aktif mengikuti pameran-pameran lukisan baik tingkat lokal, Nasional hingga Internasional.Â
Di dalam komunitas seniman pelukis, biasanya beliau beserta seniman-seniman lainnya seperti seniman ukir, pemahat dan lain sebagainya saling bertukar pikiran dan pendapat tentang kesenian-kesenian yang ditekuni. Dari situlah Pak Nashruddin mendapatkan wawasan yang luas akan dunia kesenian melukis, mengukir, memahat dan lain-lain.
Pak Nashruddin adalah seniman pelukis, dengan kemampuannya melukis sesuai imajinasinya. Beliau teringat akan seni ukir yang mungkin bisa beliau aplikasikan dengan lukisannya. Dan akhirnya beliau mencoba untuk melukis Werongko lalu mengukirnya.Â
Pisau yang dilengkapi dengan Werongko Ukir Tawur ini terbuat dari besi baja pir mobil dan baja yang lainnya. Pisaunya ini dipesan dari pengrajin pisau langsung dari desa yang tak jauh dari Jelun  yaitu di desa Kemiren. Sedangkan ada beberapa macam kayu yang dibuat untuk Werongko seperti kayu Sono, Mahoni dan Lamtoro. Dan macam-macam kayu tersebut biasanya dibeli di daerah Bidak.
Dengan begitu Pak Nashruddin semakin menekuninya dan membuat design-design ukiran yang baru untuk mengembangkan usahanya tersebut. Tak hanya menerima pesanan Werongko Ukir saja, akan tetapi beliau juga menerima permintaan untuk tambahan tulisan ukiran nama di Werongko.
Lalu kayu tersebut dibelah menjadi dua dan permukaannya di haluskan. Setelah itu kayu tersebut diukur sesuai dengan ukiran pisau. Lalu kedua papan kayu tersebut dibuat cekung sesuai ukuran pisau. Setelah itu kedua kayu tersebut direkatkan menggunakan lem dan tunggu 5 menit sampai kering dan benar-benar merekat.Â
Kayu yang sudah terbentuk sesuai ukuran pisau tersebut, mulai diukir dengan motif ukiran sesuai pesanan pelanggan. Setelah proses pengukiran selesai dilanjutkan dengan proses penghalusan dengan cara diamplas. Setelah itu proses pewarnaan dengan memlitur Werongko Ukir Tawur tersebut lalu proses terkahir adalah menjemur Werongko tersebut.
Tidak hanya beliau saja yang harus pandai dan menguasai kesenin mengukir Werongko ini, akan tetapi beliau juga ingin menciptakan regenerasi-regenerasi muda. Agar seni mengukir Werongko ini tetap terjaga dan bisa menjadi ciri khas desa Jelun dan tentunya Kabupaten Banyuwangi.
Kesenian yang dimiliki Negeri Indonesia ini memang tak ada habisnya, akan tetapi akan selalu berkembang dengan pesat. dengan adanya seniman-seniman handal yang selalu mengasah kemampuannya, sehingga terciptalah sebuah karya-karya baru yang bisa dinikmati oleh masyarakat dan juga menunjang perekonomian.Â
Dengan Kesenian Indonesia yang begitu amat banyak bisa menjadi ciri khas Indonesia yang begitu kental akan perpaduan Bahasa daerah, Kebudayaan dan Kesenian yang tak dimiliki oleh Negara-Negara lainnya.
     Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H