Seperti yang kita tahu, pizza adalah makanan yang berasal dari Italia dan mulai populer di Indonesia sejak abad-19. Kepopuleran ini kemudian merambah menjadi masif ketika berbagai kedai dengan menu pizza didirikan.
Di antaranya yang terkenal adalah Pizza Hut dan Panties Pizza yang cabangnya sudah ada di berbagai penjuru Indonesia. Namun, akhir-akhir ini konsep penyajian pizza yang berupa restoran mulai mengalami perkembangan. Apabila mainseat orang-orang berpikir bahwa makan di restoran perlu biaya lebih, maka mainseat ini akan berubah ketika makanan restoran disajikan ala angkringan.
Ialah Tunqu Nangkring, sebuah kedai pizza di pinggiran trotoar Jalan Mangkubumi, Yogyakarta. Kedai ini termasuk sebagai salah satu tempat rekomendasi untuk makan-makanan barat tetapi suasana tetap khas nusantara.
Pernah kebayang gak, sih gimana rasanya makan pizza di angkringan? Jika pada lazimnya, pizza biasanya disajikan di sebuah restoran mewah nan berkelas, yang mana pelayanannya cukup modern.
Namun di Tunqu Nangkring, kita menikmati pizza pada suasana yang berbeda. Di pinggir jalan, pizza disajikan serta disantap, seraya melihat pemandangan jalanan dan motor yang berlalu-lalang. Bagi beberapa orang, bersantai di pinggir jalan melihat orang-orang sibuk di tengah jalan adalah kepuasan tersendiri.
Walaupun demikian, jangan salah persepsi kalau kedai Tunqu Nangkring ini kotor, jorok, dan tidak sedap dipandang seperti angkringan-angkringan pada normalnya.
Tempat ini terbilang cukup strategis, yaitu di pinggiran jalan raya. Kita dapat mudah kesana lewat Tugu Pal Putih Yogyakarta (Tugu Jogja), kemudian lurus ke selatan, lebih tepatnya arah Stasiun Tugu. Persis beberapa puluh meter sebelum rel kereta api, tempatnya berada di kiri jalan. Selain itu, kedai ini juga bersebelahan dengan Kopi Jozz yang merajalela karena menu khasnya, kopi arang!
Dimasak di Tungku
Salah satu inovasi lain adalah cara memasak pizza tidak dioven seperti yang lainnya. Kedai ini menghadirkan konsep makanan panggang di atas tungku yang berisi bara api. Wadah tungkunya terbuat dari besi yang cukup besar. Di tengahnya terdapat lubang guna memasukkan pizza ke dalam perapian yang telah diatur suhunya.
Jadi, kalau kita makan itu bagian bawah pizza nampak kehitam-hitaman karena ada bekas abu arang yang terbakar di tungku. Namun, rasanya tetap lezat dan malahan lebih lezat daripada dipanggang di oven. Justru, memasak di tungku memberi cita rasa khas tersendiri, karena benar-benar berbeda seperti pizza pada umumnya.
Metode memasak di dalam tungku menunjukkan bahwa pizza di Tunqu Nangkring, menggunakan metode memasak yang khas nusantara, lho! Â
Konsumen yang Selalu Padat
Kedai ini buka setiap hari mulai pukul 17.30 WIB hingga 23.45 WIB. Namun, antrean mulai dari satu jam sebelum buka pun telah memadat. Kawasan Jl. Mangkubumi memang terkenal dengan keramaian angkringan dan dan warung pinggiran trotoar. Selayaknya, Tunqu Nangkring, kedai ini bahkan terus dibanjiri konsumen setiap hari.
Sebagai alternatif dari masalah antrean, pihak Tunqu Nangkring menyediakan nomor antrean bagi konsumen. Setelah itu, mereka meminta nomor telepon kita unutk dihubungi di kala pesanan siap.
Kita dapat menunggu antrean dengan jalan-jalan di Malioboro hingga pesanan kita siap. Ketika pesanan kita telah tiba, kasir akan mengontak nomor telepon kita dan menghimbau untuk segera mengambil pesanan.
Kala itu, saya sekali datang ke sana dengan inisiatif datang lebih awal dari jam buka, sekitar pukul 17.00 WIB. Namun, saya kaget bahwa di jam segitu ternyata tempatnya sudah buka dan konsumennya banyak. Alhasil, saya dapat nomor antrean 25 dan harus menunggu sekitar satu jam.
Menu yang saya pesan kala itu adalah "Pizza Sakarepmu" dengan pilihan varian tiga toping yang dapat kita pilih sendiri. Menu tersebut dibanderol dengan harga sebesar Rp45.000. Menurut saya, harga segitu terbilang cukup normal dengan berbagai komponen pizza yang sangat banyak, dan tentunya serasa makan di angkringan yang tiap hari saya kunjungi sebelum kuliah, hehehe.
Selain itu, masih banyak pilihan jenis pizza yang dapat dipesan. Namun, saya tetap merekomendasikan "Pizza Sakkarepmu" karena dibanding yang lain, pizza jenis inilah satu-satunya yang dapat memilih toping sesuai selera.
Menurut pengakuan dari bapak parkir di sana, kedai telah buka dari pukul 16.00 tetapi belum bisa membuat orderan. Orderan hanya bisa dipesan dengan nomor antrean dan baru jadi sekitar pukul 17.30 WIB.
Untuk menunggu orderan saya datang, saya dan pasangan memutuskan berjalan-jalan ke Malioboro sambil melihat kerumunan massa.
Tiba-tiba, saya telah dikirimi pesan melalui Whatsapp oleh kasir yang bilang kalau pesanan saya telah siap dan saya bisa mengambilnya di tempat.
Setelahnya, saya kembali ke kedai dan menyantap pizza yang terlihat menggiurkan karena telah lama ditunggu-tunggu.
Untuk satu porsinya, pizza ini dipotong menjadi delapan bagian. Tiap bagiannya diisi dengan toping yang sama. Jadi, nggak perlu berebutan dengan pasangan mana yang lebih enak, hahaha.
Selain itu, minum di tempat ini juga tersedia ala-ala prasmanan. Ada dua tipe, yaitu air putih dan teh (es/hangat). Kedai menyediakan gelas kosong yang dapat kita isi sendiri dengan minum-minuman yang telah disajikan.
Kesan saya setelah berkunjung ke sini adalah bahwa tidak selamanya menikmati pizza hanya di restoran. Bahkan, di angkringan menurut saya lebih syahdu karena dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Menurut saya, Tunqu Nangkring cocok untuk dijadikan sebagai tempat kongkow dengan kawan-kawan atau menghabiskan waktu kuliner bersama pasangan. Salah satu rekomendasi tempat sederhana nan mewah di Yogyakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H