Breakeven point (atau titik impas) adalah tingkat penjualan di mana pendapatan perusahaan sama dengan total biaya. Dalam konteks ini, perusahaan tidak menghasilkan keuntungan atau mengalami kerugian. Dengan kata lain, ini adalah saat di mana pendapatan mencukupi untuk menutupi semua biaya produksi dan operasional. Di atas titik impas, perusahaan mulai menghasilkan laba, sementara di bawahnya, perusahaan akan mengalami kerugian. Breakeven point adalah informasi penting dalam perencanaan keuangan dan analisis bisnis.
Breakeven point pada bisnis dimsum adalah tingkat penjualan atau jumlah produk dimsum yang harus terjual agar total pendapatan dari penjualan cukup untuk menutupi semua biaya produksi dan operasional yang terkait dengan produksi dan penjualan dimsum tersebut. Dalam kata lain, breakeven point adalah saat di mana bisnis dimsum tidak menghasilkan laba atau mengalami kerugian, tetapi juga tidak mengalami kerugian.
Contohnya, jika biaya produksi, biaya tenaga kerja, biaya bahan baku, biaya operasional, dan biaya lainnya terkait dengan bisnis dimsum adalah sebesar $10,000 per bulan, maka breakeven point adalah jumlah dimsum yang harus terjual dengan total pendapatan minimal $10,000 per bulan.
Dalam bisnis dimsum, breakeven point sangat penting karena membantu pemilik bisnis memahami sejauh mana mereka harus menjual dimsum untuk mencapai titik impas dan mulai menghasilkan laba. Hal ini juga membantu dalam perencanaan keuangan dan pengambilan keputusan untuk mengatur harga produk, volume produksi, dan strategi penjualan.
Analisis breakeven point sangat penting dalam bisnis dimsum karena alasan-alasan berikut:
- Penentuan Titik Impas (Break-even): Analisis breakeven point memungkinkan pemilik bisnis dimsum untuk menentukan berapa banyak unit dimsum yang harus terjual agar bisnis mencapai titik impas, di mana pendapatan sama dengan biaya. Ini adalah informasi kunci untuk memahami kapan bisnis akan mulai menghasilkan laba.
- Pengambilan Keputusan Harga: Analisis breakeven point membantu dalam menentukan harga jual yang optimal untuk produk dimsum. Dengan mengetahui biaya tetap dan variabel, bisnis dapat menentukan apakah harga yang mereka tetapkan cukup tinggi untuk mencapai titik impas atau mencapai laba yang diinginkan.
- Perencanaan Keuangan: Analisis breakeven point membantu dalam merencanakan keuangan bisnis dimsum. Pemilik bisnis dapat memperkirakan berapa banyak pendapatan yang diperlukan untuk menutupi biaya operasional. Informasi ini penting untuk merencanakan sumber dana dan menghindari masalah keuangan.
- Evaluasi Kinerja: Bisnis dimsum dapat menggunakan analisis breakeven point untuk mengevaluasi kinerja mereka. Dengan membandingkan penjualan aktual dengan titik impas, mereka dapat melihat apakah bisnis berada dalam posisi menguntungkan atau mengalami kerugian. Ini membantu dalam mengidentifikasi area-area yang perlu ditingkatkan.
- Pengaturan Volume Produksi: Analisis breakeven point membantu dalam menentukan volume produksi yang diperlukan untuk mencapai titik impas. Bisnis dimsum dapat menghindari produksi berlebihan atau kekurangan dengan merencanakan produksi berdasarkan tingkat permintaan dan titik impas.
- Perencanaan Strategis: Dengan pemahaman yang lebih baik tentang breakeven point, bisnis dimsum ddapat merencanakan strategi jangka panjang dan pengembangan usaha. Mereka dapat menetapkan target laba dan merencanakan langkah-langkah untuk mencapainya.
- Pengelolaan Risiko: Analisis breakeven point membantu dalam mengidentifikasi risiko finansial yang mungkin dihadapi oleh bisnis dimsum. Dengan merencanakan untuk mencapai titik impas, bisnis dapat mengurangi risiko kerugian.
Secara keseluruhan, analisis breakeven point adalah alat yang sangat penting dalam manajemen bisnis dimsum. Ini membantu pemilik bisnis dalam mengambil keputusan yang bijak, merencanakan keuangan, dan mengevaluasi kinerja.
Analisis Breakeven Point (BEP) dapat dihitung dalam dua cara berbeda, yaitu dalam satuan mata uang dan dalam satuan unit. Ini akan membantu bisnis dimsum untuk memahami sejauh mana mereka perlu mencapai titik impas dari sudut pandang keuangan dan operasional.
1. BEP dalam Satuan Mata Uang:
Langkah 1: Identifikasi Biaya Tetap dan Biaya Variabel.
Biaya Tetap: Ini adalah biaya yang tidak berubah dengan peningkatan atau penurunan volume penjualan, seperti biaya sewa atau gaji tetap.
Biaya Variabel: Ini adalah biaya yang berubah seiring dengan peningkatan atau penurunan volume penjualan, seperti bahan baku atau biaya produksi variabel.
Langkah 2: Hitung Kontribusi Margin per Unit.
Kontribusi margin per unit adalah perbedaan antara harga jual per unit dan biaya variabel per unit.
Langkah 3: Hitung BEP dalam Mata Uang.
BEP dalam satuan mata uang dapat dihitung dengan rumus:
BEP (dalam mata uang) = Biaya Tetap / Kontribusi Margin per Porsi
2. BEP dalam Satuan Unit:
Langkah 1: Identifikasi Biaya Tetap dan Biaya Variabel (sama seperti langkah 1 di atas).
Langkah 2: Hitung Kontribusi Margin Ratio.
Kontribusi margin ratio adalah perbandingan antara kontribusi margin total dan pendapatan total.
Langkah 3: Hitung BEP dalam Satuan Unit.
BEP dalam satuan unit dapat dihitung dengan rumus:
 BEP (dalam unit) = Biaya Tetap / Kontribusi Margin Ratio
Dalam kedua kasus, BEP adalah titik di mana pendapatan mencukupi untuk menutupi seluruh biaya tetap dan variabel. BEP dalam satuan mata uang memberikan informasi tentang seberapa besar pendapatan yang diperlukan untuk mencapai titik impas dalam hal nilai uang, sementara BEP dalam satuan unit memberikan informasi tentang berapa banyak unit produk yang harus dijual. Kedua metode ini dapat membantu bisnis dimsum dalam perencanaan dan pengambilan keputusan yang lebih baik.
Mari kita terapkan perhitungan analisis Breakeven Point (BEP) dalam bisnis dimsum berikut:
Kasus
Sebuah usaha dimsum ingin menghitung BEP untuk produk tertentu.
Data:
- Biaya Tetap Bulanan: Rp 9.500.000
- Harga Jual per Porsi Dimsum: Rp 20.000
- Biaya Variabel per Porsi Dimsum: Rp 12.500
Perhitungan BEP dalam Satuan Mata Uang:
Langkah 1: Identifikasi Biaya Tetap dan Biaya Variabel.
- Biaya Tetap: Rp 9.500.000
- Biaya Variabel per Porsi Dimsum: Rp 12.500
Langkah 2: Hitung Kontribusi Margin per Porsi.
- Kontribusi Margin per Porsi = Harga Jual per Porsi - Biaya Variabel per Porsi = Rp 20.000 - Rp 12.500 = Rp 7.500
Langkah 3: Hitung BEP dalam Mata Uang.
- BEP (dalam mata uang) = Biaya Tetap / Kontribusi Margin per Porsi
- BEP = Rp 9.500.000 / Rp 7.500 = 1.266,66 porsi (bulatkan ke atas menjadi 1.267 porsi)
Jadi, bisnis dimsum harus menjual sekitar 834 porsi dimsum setiap bulan untuk mencapai titik impas dalam hal nilai mata uang.
Perhitungan BEP dalam Satuan Unit:
Langkah 1: Identifikasi Biaya Tetap dan Biaya Variabel (sama seperti langkah 1 di atas).
Langkah 2: Hitung Kontribusi Margin Ratio.
- Kontribusi Margin Ratio = (Harga Jual per Porsi - Biaya Variabel per Porsi) / Harga Jual per Porsi = (Rp 20.000 - Rp 12.500) / Rp 20.000 = 0,375 (atau 37,5%)
Langkah 3: Hitung BEP dalam Satuan Unit.
- BEP (dalam unit) = Biaya Tetap / Kontribusi Margin Ratio
- BEP = Rp 9.500.000 / 0,375 = 25.334 porsi
Jadi, bisnis dimsum harus menjual sekitar 25.334 porsi dimsum setiap bulan untuk mencapai titik impas dalam hal jumlah porsi.
Dengan perhitungan BEP ini, bisnis dimsum dapat menentukan target penjualan yang perlu dicapai untuk mencapai titik impas dan memperoleh keuntungan. Ini membantu dalam perencanaan dan pengambilan keputusan yang lebih baik dalam bisnis dimsum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H