Mohon tunggu...
Coretan Maba
Coretan Maba Mohon Tunggu... Mahasiswa - Maba 2020

No one can read this message.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sisi Unik: Ogoh-ogoh Khas Gresik

11 Maret 2021   23:09 Diperbarui: 11 Maret 2021   23:17 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menganti, Gresik -- Hari raya Nyepi sudah menjadi perayaan tahunan yang dirayakan oleh umat Hindu. Umumnya kaum Hindu merayakan hari raya Nyepi dengan tetap di rumah untuk berpuasa. Namun, ada suatu festival kaum Hindu yang dilaksanakan sebelum hari raya Nyepi tiba. Hmm, kira-kira apa ya? Istilah Ogoh-ogoh mungkin tidak begitu familiar di telinga masyarakat kota, khusunya anak-anak milenial zaman sekarang. Berbeda dengan masyarakat perdesaan khususnya Pulau Bali yang kental akan kekayaan tradisinya. Sekilas info, Ogoh-ogoh merupakan patung buatan berukuran besar yang diarak memutari desa untuk memperingati tahun baru Saka. Ogoh-ogoh memang berasal dari Pulau Dewata, namun apakah di luar Bali Ogoh-ogoh dapat disemarakkan? Tentu, inilah letak keunikannya. Budaya di Indonesia tidak mengenal asal kelahirannya, Ogoh-ogoh dapat diperingati di seluruh penjuru Indonesia, baik di kota-kota besar maupun kota-kota kecil sekalipun.

Tepatnya di Desa Laban, Kecamatan Menganti, Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur tiap tahunnya memperingati perayaan tahun baru Saka dengan mengarak patung Ogoh-ogoh di sepanjang Jalan Raya Menganti. Umumnya prosesi mengarak ini titik start (dimulai) dan titik finish-nya (selesai) di pure masing-masing desa di daerah tersebut. Fakta menariknya adalah tingginya support dan antusias masyarakat sekitar untuk meyaksikan prosesi pengarakan Ogoh-ogoh, usut punya usut bahkan ada pengunjung yang datang dari luar kota hingga luar provinsi untuk melihat prosesi perayaan tahun baru Saka ini. Dapat dilihat dari sini, tingginya toleransi masyarakat baik dari kaum Islam, Kristen, ataupun agama lainnya terhadap budaya umat Hindu masih terjalin di Desa Laban ini. Aktivitas semacam inilah yang dapat memperkokoh persatuan negara kita, Indonesia.

Prosesi Ogoh-ogoh yang umumnya dilaksanakan pada malam hari sangat menjadi pusat perhatian sekaligus hiburan yang menarik bagi masyarakat sekitar. Ditambah lagi, di sepanjang Jalan Raya Menganti akan ramai penjual baik makanan, minuman, mainan, pakaian, miniatur Ogoh-ogoh seperti gantungan kunci, poster-poster, dan lain-lainnya selayaknya pusat perbelanjaan di pasar. Dapat kita simpulkan, dengan adanya perayaan tahun baru Saka ini, membuka peluang ekonomi bagi masyarakat setempat, baik dari jasa parkir, jasa keamanan, dan sektor jual beli. Tak diherankan lagi arus transportasi sepanjang Jalan Raya Menganti akan mengalami kemacetan sejak sore hingga tengah malam. Bahkan ketika prosesi Ogoh-ogoh sudah berlangsung arus kendaraan di Jalan Raya Menganti dialihkan menuju jalan alternatif lain.

Mengusut Ogoh-ogoh, sebenarnya apasih Ogoh-ogoh itu? Dari informasi yang penulis dapat, Ogoh-ogoh merupakan tradisi kesenian khas Pulau Dewata berupa patung yang menyimbolkan "Buto" dengan harapan manusia tidak meniru sifat-sifat jahat yang dimiliki Buto. Ogoh-ogoh diarak keliling desa sebelum hari raya Nyepi tiba, kurang lebih sekitar 2 -- 4 hari sebelum hari raya Nyepi. Menurut narasumber, Ogoh-ogoh sebagai simbol kekhilafan manusia serta kekuatan alam serta waktu. Fungsi Ogoh-ogoh adalah sebagai ngerupukan (upacara pembersihan jiwa manusia). Umumnya Ogoh-ogoh terbuat dari rangkaian bambu, kayu, atau kawat dan dibungkus kertas koran atau kain yang dicat, dibentuk hingga menyerupai Buto, hewan, manusia, bahkan tokoh terkenal. Ogoh-ogoh sama halnya dengan tradisi takbiran dalam Islam yang dilaksanakan oleh masyarakat secara beramai-ramai dengan membawa obor. Ogoh-ogoh sendiri juga menggotong patung Ogoh-ogoh beramai-ramai dengan mengarak keliling desa dengan membawa obor dan diiringi lantunan musik gamelan khas Bali yang disebut Blajegur Patung. Ogoh-ogoh dikirabkan menuju sebuah tempat yang nantinya akan dibakar, tempat tersebut dinamakan sema (tempat peletakkan jenazah kaum Hindu saat dibakar). Pembakaran Ogoh-ogoh ini melambangkan penyucian jiwa manusia dari sifat dan energi negatif sehingga jiwa dan sukma umat Hindu sudah bersih dan siap untuk melaksanakan meditasi saat hari raya Nyepi.

Kira-kira, kenapa namanya Ogoh-ogoh ya? Penamaan Ogoh-ogoh diambil dari bahasa Bali. Ogoh-ogoh sendiri memiliki arti digoyang-goyangkan. Sehingga ketika prosesi Ogoh-ogoh kaum Hindu mengangkat patung Ogoh-ogoh sambil menggoyang-goyangkannya. Fakta unik lainnya, festival Ogoh-ogoh ini tidak boleh dilaksanakan di sembarang waktu. Festival Ogoh-ogoh dirayakan ketika malam hari agar aura sakral dan khidmatnya lebih didapat. Menurut kepercayaan kaum Hindu, malam hari adalah waktu yang spesial bagi mereka, karena dipercaya mahluk-mahluk jahat seperti Buto sedang beraktivitas.

Menurut Surya Pratama (25), warga Desa Laban, Kecamatan Menganti -- Kab. Gresik, proses membuat Ogoh-ogoh memakan waktu kurang lebih satu bulan, tergantung dari jumlah orang yang membuat, ukuran patung, tingkat kerumitan, dan jenis bahannya. Masyarakat setempat biasanya membuat Ogoh-ogoh lebih dari lima buah. Pembuatan patung Ogoh-ogoh menjadi sarana kreativitas warga setempat dalam menorehkan kreasinya.

"Di sini membuat Ogoh-ogohnya bareng-bareng, dari tetangga yang Islam juga ikut membantu. Jadi, rukun sesama warga meskipun berbeda keyakinan" kata Hadi Pramono (22), warga Dusun Laban Wetan, Kecamatan Menganti, Rabu (10/3/2021).

Namun sangat disayangkan, saat ini seluruh pelosok dunia sedang menghadapi wabah virus Corona. Sehingga festival Ogoh-ogoh di Desa Laban, Kec. Menganti, Kab. Gresik ditiadakan mengingat festival ini menyebabkan kerumunan masyarakat. Hal ini disebabkan karena angka penularan virus Corona masih terbilang tinggi di Indonesia. Sehingga ritual penyucian hari raya Nyepi dilaksanakan secara mandiri di pure masing-masing. Oke readers, mari kita berdoa agar bumi cepat pulih seperti semula dan kita bisa melakukan aktivitas kembali seperti sedia kala. Terimakasih atensinya, salam sehat, jangan sampai sekarat! ;)

Narasumber : I Gede Prambudi Kusuma

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun