Mohon tunggu...
Faza Sephiana
Faza Sephiana Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Strategi Pembelajaran Sastra pada Kurikulum Merdeka

12 Januari 2023   18:56 Diperbarui: 12 Januari 2023   19:14 3343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kurikulum mempunyai peran yang sangat strategis dan menentukan dalam pelaksanaan dan keberhasilan pendidikan. Kualitas pendidikan dapat dicapai jika kurikulum yang dibuat juga berkualitas. Pada hakikatnya, merdeka atau tidknya manusia sudah tercermin didalam system Bahasa. Sastra dan juga Bahasa merupakan jagad simbol terenting yang kita punya. Darisana kita bisa tahu tentang kemerdekan berpikir, berimajinasi, berkreasi serta berekspresi.
Dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia konsep merdeka belajar bisa berhasil apabila tersedianya sistem bahasa dan sastra yang bisa menjadi instrumen sekaligus pengintegrasi kebebasan, keberanian, kemandirian, ketangguhan berpikir, berimajinasi, dan berekspresi tentang bahasa dan sastra Indonesia. Guru perlu merancang dan mendaur ulang model, pendekatan, metode, alat dan sumber yang sesuai dengan dimensi kekinian. Komunikasi multi arah, yaitu guru dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa harus dirancang dengan merdeka.
Pembelajaran cerpen yang inovatif dan kreatif dapat dilakukan dengan cara menulis cerpen atau membaca cerpen. Dengan strategi seperti itu pembelajaran cerpen yang apresiatif dapat ditingkatkan. Prosa apapun bentuknya baik puisi, novel, dan roman bahkan dongeng memiliki daya kontemplasi yang tidak bisa diremehkan. Cara pengajaran prosa yang kreatif, inovatif, dan aktif tentu dapat dilaksanakan dengan berbagai teknik pengajaran, terutama teknik yang berdimensi permainan dan kerja tim.
Strategi pembelajaran cerpen biasanya menggunakan teknik diskusi dan tanya jawab, kelebihan teknik ini adalah memberikan pemahaman yang lebih baik kepada peserta didik bahwa semua permasalahan selalu ada penyelesaiannya, siswa bisa berpikir lebih kritis, mendorong para siswa menyampaikan pendapatnya, mendorong siswa untuk memberikan masukan dalam proses pemecahan masalah, mengambil beberapa alternatif pemecahan masalah, dan membuat peserta didik lebih paham mengenai toleransi pendapat sekaligus dapat mendengarkan orang lain. Apabila diterapkan juga teknik tanya jawab maka kelas pun lebih aktif dan menarik.
Demi mendukung implementasi Profil Pelajar Pancasila dalam Kurikulum Merdeka, guru Bahasa Indonesia lebih mengutamakan menggunakan metode diskusi. Metode diskusi merupakan metode pembelajaran yang erat hubungannya degan belajar pemecahan masalah. Metode ini dapat dilakukan secara berkelompok atau diskusi kelompok. Jadi, sistem yang digunakan adalah presentasi. Peserta didik diminta untuk berusaha dan berdiskusi dengan anggota kelompoknya tentang sub-bab yang akan dibahas. Saat kegiatan presentasi dilaksanakan, peserta didik harus sudah siap dengan materi yang akan dibahas, entah berbentuk PowerPoint, word, atau yang lain. setelah penyampaian materi, lalu ada sesi tanya jawab 6 yang mana setiap kelompok audiens wajib memberikan minimal satu pertanyaan kepada kelompok yang sedang presentasi. Pada saat itulah terjadinya diskusi antar kelompok. Metode diskusi berbentuk tukar menukar informasi, pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian yang sama, lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu atau untuk mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama. Tugas guru adalah mengkoordinasi lalu melengkapi apabila ada kekurangan pada diskusi.
Penerapan kurikulum merdeka pada pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia harus dibarengi dengan perubahan orientasi kurikulum pengalaman belajar, kuantitas dan kualitas materi dan Sastra Indonesia, proses-proses pembelajaran dan evaluasi pembelajaran yang otentik. Reposisi Guru sebagai manager kelas, Guru menata refleksi pembelajarannya, sebagai interpreter materi ajar untuk disampaikan secara merdeka, membekali pengetahuan kritis lewat bahasa dan sastra, menata assessment penilaian dan sudut pandang hubungan guru siswa, pelajaran bahasa, pelajaran sastra , dan analisis content materi yang tidak saja secara filsafat bahasa atau sastra tetapi juga pragmatis dan keterampilan yang berguna bagi kehidupan siswa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun